Share

Bab 74

Penulis: Daes Eag
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-17 19:07:07

Kedua mata milik Moa terbuka begitu pedang miliknya bergetar saat ada angin kencang berembus melewatinya.

“Tuan, ini aneh.” Seorang biksu berujar seraya menghentikan langkahnya di anak tangga yang terakhir.

“Ada apa?” Salah seorang rekannya yang ada di sana bertanya.

“Apa kalian tidak merasakannya? Aku rasa sesuatu yang buruk sedang terjadi.” Ditatapnya langit yang berwarna jingga kemerahan dengan angin yang sesekali berembus lebih kencang dari biasanya, sehingga menerbangkan daun-daun yang sudah tua pada pohon-pohon di sana.

“Aku rasa sesuatu memang sedang terjadi,” ujar salah seorang biksu seraya menatap ke sekitarnya. Entah kenapa ia merasa kalau suasana di sore itu menjadi agak berubah dan membuatnya merasa tak nyaman.

"Tuan!! Ini gawat!" Tiba-tiba seseorang berlari memasuki area kuil dengan tergesa.

"Ada apa? Kenapa kau berlari seperti itu Apa yang terjadi?"

Dengan napas yang terengah dan juga kedua kaki yang gemetar, pria itu berusaha menjelaskan pada biksu di hadapannya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Beauty & The Monster   Bab 75

    “Cepat panggil tabib!”Salah seorang anak buah Seungmo berlari keluar dari ruangan itu dan pergi mencari tabib yang biasa dipanggil untuk menangani kediaman itu.“Denyut jantungnya lemah,” ujar Seungmo usai memeriksa nadi cucunya. Wajah Nara terlihat pucat dan suhu tubuh gadis itu juga semakin menurun.“Maafkan saya, Tuan Kim!” Secara tiba-tiba Haewon menjatuhkan tubuhnya ke atas permukaan lantai dan bersujud di sana, memohon pengampunan. “Maaf karena saya lalai dan tidak bisa menjaga Nona dengan benar!” ujarnya dengan tangisan yang kembali pecah.Melihat itu, Yooshin mengepalkan kedua tangannya kuat. Lelaki itu menundukkan kepala. Pandangannya semakin buram begitu melihat Nara yang tak kunjung sadarkan diri di sana. Ia … merasa gagal, sepenuhnya.Untuk ke sekian kalinya ia gagal melindungi gadis itu.“Ini semua salah saya, Tuan. Saya benar-benar meminta maaf.” Yooshin tak sanggup mengangkat wajahnya dan lelaki itu memilih untuk memejamkan mata di sana, kian merasa pilu saat mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • The Beauty & The Monster   Bab 76

    “Kau tidak perlu berterimakasih seperti itu. Kau mungkin akan menyesal. Lebih baik pergilah … dan katakan pada Si Hwang agar dia menjaga gadis itu dengan benar,”Kedua kaki milik Haewon sudah sampai di pekarangan kediaman Kim Seungmo. Sejenak ia terdiam di sana usai teringat ucapan Moa beberapa saat yang lalu. Entah kenapa begitu ia tahu kalau sosok yang menolongnya waktu itu adalah Moa, pandangannya pada mahluk itu menjadi agak aneh. Selama ini semua orang, tak terkecuali dirinya sendiri sudah beranggapan kalau Moa akan tetap menjadi mahluk jahat sampai kapan pun. Namun saat Haewon sendiri yang mengalami, ia ditolong oleh mahluk itu, ia merasa aneh.Bukankah ada yang salah dengan Moa? Bukankah mahluk itu begitu membenci manusia terutama penduduk dari desanya? Terlebih lagi … Moa yang melindungi Nara yang jelas-jelas adalah musuhnya. Tujuan awalnya adalah membunuh sang pendeta. Mahluk itu sudah menghabiskan waktu belasan tahun atau mungkin lebih sejak Nara masih kecil hingga tumbuh d

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • The Beauty & The Monster   Bab 77

    Para pelayan yang ada di rumah terlihat sudah beraktivitas bahkan sebelum si pemilik rumah itu bangun. Diedarkannya pandangan mata itu ke setiap sudut rumah yang ia lewati, berusaha menemukan seseorang yang belum ia lihat sejak kemarin sore.“Di mana Yooshin?” tanyanya pada seorang pelayan yang sedang menyapu halaman rumah.“Saya belum melihat beliau pagi ini, Tuan,” jawab gadis itu.“Maaf, Tuan. Sepertinya Tuan Hwang masih berada di kediaman Kim,” ujar salah seorang anak buah Tuan Hwang yang berjalan menghampiri.“Dia masih di sana? Jadi dia tidak ikut pulang?”Sang anak buah itu menganggukkan kepala. “Iya, Tuan. Semalam, setelah pulang dari rumah Tuan Yoo, beliau meminta agar kami kembali ke sini terlebih dulu dan beliau mampir ke kediaman Tuan Kim. Saya awalnya berpikir kalau beliau hanya ingin melihat keadaan Nona Son akan tetapi ternyata Tuan Yooshin memilih tinggal di sana,” jelasnya.“Begitu, ya.” Tuan Hwang membuang napasnya secara perlahan.“Dia … pasti masih merasa bersalah

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • The Beauty & The Monster   Bab 78

    “Dengan kondisi Nona Son yang terluka parah, kurasa mustahil kalau Moa tak melakukan apa-apa.” Tuan Hwang meminum teh miliknya, lalu menatap cangkir yang masih berada di tangannya. “Moa … apa ia menunjukkan dirinya kemarin? Kau melihat keberadaannya?”Pertanyaan itu membuat Yooshin terdiam selama beberapa saat. Sebisa mungkin ia akan menyembunyikan soal mahluk itu kemarin untuk menghindari konflik yang semakin rumit dan juga berkepanjangan.“Tidak, Ayah.”“Aneh,” gumam Tuan Hwang. “Aku mengira kalau mahluk itu tak akan tinggal diam begitu ‘mangsanya’ tengah diganggu oleh mahluk lain. Apalagi setelah mendengar beberapa rumor yang beredar, rasanya tak mungkin jika Moa tak menyadari sama sekali kalau mahluk seperti goblin itu datang. Hanya saja … aku tak tahu harus bereaksi seperti apa nanti jika memang dugaanku itu benar, kalau Moa menolong Nona Son. Bahkan Tuan Kim juga akan kehilangan kata-kata. Karena ia … tak mungkin berterima kasih terhadap mahluk itu apalagi jika sampai harus mera

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • The Beauty & The Monster   Bab 79

    “Ingat ini, Hwang Yooshin. Membunuhmu adalah hal yang sangat mudah dan itu bisa saja aku lakukan sejak lama. Tapi apa? Nara memintaku agar tidak mengusikmu dan ia bahkan memohon agar aku tidak melukaimu meski aku ingin. Jadi, bukan kau yang melindunginya. Tapi justru gadis itulah yang melindungimu.” Yooshin menggenggam erat pedang yang masih berada di tangannya. Sejak kedatangan Moa ke sana, perasaan lelaki itu menjadi tak menyenangkan. Segala perasaan sedih, bersalah, serta menyesal kembali menggeluti dirinya. Rasanya Yooshin seperti ditampar oleh perkataan Moa.“Tuan Hwang terlihat gelisah sejak tadi. Apa ada sesuatu?”Kepala Yooshin menoleh pada Haewon yang sudah berdiri di sebelahnya. “A-ah, tidak ada.”“Anda pasti merasa bersalah sekali atas kejadian kemarin. Tapi ucapan Tuan Kim juga memang benar, kalau semua ini bukan semata-mata karena kelalaian Anda. Jika ada yang perlu disalahkan, aku rasa semua ini salahku karena saat itu hanya akulah yang berada di dekat Nona Son.”Usai

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • The Beauty & The Monster   Bab 80

    Haewon menatap pintu kamar Nara yang menutup. Sudah beberapa menit ia berdiri di sana tanpa berniat masuk ke dalam atau memanggil Yooshin yang masih berada di sana untuk meminta izin masuk. Hari sudah cukup larut jadi Haewon berpikir kalau Yooshin kemungkinan sedang tertidur di dalam sana atau meskipun lelaki itu masih terjaga, tak ada sedikit pun ia memiliki niatan untuk mengganggunya.“Nona akan baik-baik saja bersama dengan Tuan Hwang,” batin Haewon. Gadis itu menatap ke sekitar dan tak melihat siapa pun. Kemudian ia membuang napasnya pelan seraya memakaikan jangot hingga menutupi rambut dan sebagian tubuhnya, sebelum akhirnya melangkah pergi dari sana.Langkahnya sempat berhenti begitu mendengar derap langkah kaki mendekat. Gadis itu pun dengan segera berpindah ke salah satu dinding hingga dua orang lelaki benar-benar berjalan melewatinya. Penjagaan kediaman Kim Seungmo sedikit lebih ketat dari biasanya semenjak Nara jatuh sakit. Hal itu membuat Haewon semakin yakin kalau Nara aka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • The Beauty & The Monster   Bab 81

    Sepulang dari kediaman Hwang untuk mengambil pakaian milik Yooshin, Haewon kembali menaikkan jangot miliknya dan diam-diam pergi ke sebuah tempat sepi yang ada di desa, tak jauh dari kediaman Kim.Usai berhasil menemukan sosok yang ia cari, perlahan gadis itu menurunkan jangot-nya. “Yang semalam—apa mungkin artinya Anda … tak mau membantuku?” ujar Haewon. Ia sekali lagi memastikan kalau di sekitar tempatnya berada tak ada satu orang pun yang menguping pembicaraannya.“Kau tidak perlu sampai melakukan ini, kan?” ujar Moa. “Si Tua Bangka dan anak buahnya sedang berusaha mencari—”“Apa Anda benar-benar tidak merasa kasihan pada Nona Son?” Haewon dengan segera berujar begitu Moa berniat beranjak dari posisinya. “Apa Anda … benar-benar tidak peduli?” Ia kembali berujar.“Jika si Hwang tahu kalau kau melakukan hal ini, dia akan sangat marah padamu. Tunggu saja hasil pencarian Si Tua Bangka itu dan jangan terlalu berharap padaku.”Setelahnya Moa benar-benar pergi dari sana, meninggalkan Haew

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • The Beauty & The Monster   Bab 82

    “Detak jantungnya lemah sekali.”Haewon sudah menjatuhkan tubuhnya di sebelah Nara dengan air mata yang berderai. Kemungkinan racun yang masih tersisa di tubuh gadis malang itu sudah semakin menyebar ke sebagian besar anggota tubuhnya, mengingat sang tabib juga tak bisa menghilangkan seluruh racunnya.“No-Nona … kumohon bertahanlah.” Haewon menggenggam salah satu tangan Nara yang kian dingin.“Kau tunggu di sini, aku akan memanggil tabib—” Kalimat Yooshin mendadak berhenti begitu ia baru saja beranjak dari posisinya.Menyadari hal itu pun Haewon perlahan mengangkat wajahnya dan mengikuti arah pandangan Yooshin. Tepat di sebelah pohon camelia yang ada di luar, seseorang terlihat berdiri menghadap ke arah mereka.“Mo-Moa … “ Suara Haewon nyaris tak terdengar.“Mau apa kau ke sini?” Yooshin dengan segera mencabut keluar pedangnya begitu melihat Moa yang mulai melangkah mendekat. Ia mengeratkan pegangannya dan sesekali menatap Nara yang terbaring di belakang.“Jangan harap kau bisa—”“Ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13

Bab terbaru

  • The Beauty & The Monster   Extra Bab

    Seorang anak kecil terlihat berlari mengejar-ngejar seekor kelinci yang ada di halaman rumahnya. Beberapa orang wanita yang ada di sana melihat ke arah itu dengan seulas senyuman lebar yang terlihat begitu bahagia. "Nona Sowon terlihat begitu senang, bukankah begitu?" Salah seorang wanita yang baru saja selesai menjemur pakaian itu pun berujar. "Dia terlihat menggemaskan, sama seperti Nona Nara dahulu sewaktu beliau masih kecil," jawab rekannya. "Aku dulu sempat khawatir jika Nona Nara benar-benar akan berakhir persis seperti mendiang ibunya dulu, tapi aku benar-benar bersyukur karena ternyata Nona Nara memiliki seseorang di dekatnya seperti Tuan Yooshin, bahkan hingga mereka berdua menikah pun, Tuan Yooshin terlihat semakin bahagia, kurasa beliau memang sudah memiliki perasaan yang lebih kepada Nona Nara sejak lama, atau mungkin sejak mereka masih anak-anak karena mereka sering sekali menghabiskan waktunya berdua." Wanita yang merupakan seorang pelayan di kediaman itu pun membuan

  • The Beauty & The Monster   Bab 101

    Sebuah upacara pernikahan baru saja selesai diadakan begitu hari menjelang siang. Orang-orang yang datang terlihat begitu bergembira, menatap sepasang pengantin baru yang beberapa saat lalu mengucapkan janji sehidup semati.Takdir memang tak ada yang tahu, begitu pun dengan setiap rencana milik Tuhan. Namun sebaik apapun rencana yang manusia pilih, rencana dari Tuhan adalah rencana yang terbaik dari yang paling baik.Langit pun tampak begitu cerah, seolah mendukung pasangan muda ini untuk menikmati waktu bahagia mereka.Pasangan yang dulu dikenal sebagai sahabat dekat sedari usia mereka masih belia, kini bertranformasi menjadi pasangan yang sesungguhnya. Nara melingkarkan tangannya di salah satu lengan milik Yooshin, menatap pria itu selama beberapa saat sebelum akhirnya mereka berdua berjalan menyapa para tamu undangan.Kedua sudut bibir milik Nara naik ke atas melihat betapa bahagianya orang-orang di sana. Dan tanpa ia sadari pula, sedari tadi Yooshin menatapnya dari samping, menat

  • The Beauty & The Monster   Bab 100

    Moa menyentuh permukaan wajahnya yang lain menggunakan tangan, dan menemukan adanya darah di sana, sebelum akhirnya kembali menatap Nara. Kini gadis itu bersungguh-sungguh untuk membunuhnya, tanpa mau memikirkan hal lain lagi. Nara beberapa kali melayangkan serangan padanya tanpa adanya ragu sedikit pun. "Nara ... " Yooshin berniat berdiri untuk membantu Nara. Dengan menggunakan pedangnya untuk tumpuan, pria itu berdiri dari posisinya dan mendekati Nara secara perlahan. Yooshin berlari sekuat yang ia bisa dengan pedang yang sudah bersiap di tangannya. Namun sebelum ia benar-benar mendekati Moa, mahluk itu sudah terlebih dulu berbalik dan menangkis serangannya dan memukul bahu Yooshin beberapa kali hingga tubuh pria itu terdorong beberapa kali ke belakang. "Yooshin!!" Di saat lengah itulah, Moa memanfaatkan kesempatan untuk melancarkan serangan terakhirnya pada Yooshin. "Matilah kau!!!" Tangan Moa sudah siap mengoyak perut Yooshin, membuat Nara membelalakkan kedua matanya. "Ti

  • The Beauty & The Monster   Bab 99

    "A-aku percaya Paman adalah orang yang baik." Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang keluar dari gadis kecil malang yang berusaha menyelamatkan Nara. Haewon tak bisa berkata-kata lagi. Wanita itu terduduk di atas permukaan tanah dengan air mata yang berderai."Tidakkk!!" Nara langsung bergerak dari posisinya dan meraih tubuh kecil yang kini tak berdaya itu. Air matanya berderai, tak percaya kalau seorang gadis kecil akan berbuat sampai sejauh itu demi menyelamatkan hidupnya. Gadis itu tak bersalah. Ia tak ada kaitannya dengan ini dan tak seharusnya berkorban sampai sejauh itu. Yooshin yang melihat itu tampak tak menduga kalau hal seperti ini akan terjadi, bahkan Moa sekalipun tak bisa menghindar. Gadis kecil yang baru saja meregang nyawa di hadapannya itu tak lain adalah gadis kecil yang beberapa waktu terakhir pernah ia selamatkan. Satu-satunya orang lain yang menganggapnya sebagai orang baik dan memperlakukannya layaknya seperti orang yang tak pernah membunuh.Dan siapa sangka

  • The Beauty & The Monster   Bab 98

    "Nara, kau—" Kedua mata Yooshin membulat saat melihat Nara yang benar-benar berhasil mencabut pedang itu sepenuhnya. "Yooshin, aku berhasil." Nara menatap Yooshin. Gadis itu berhasil. Yooshin dengan segera membantu Nara agar gadis itu tak kehilangan keseimbangannya. Pria itu lalu menatap luka yang ada di punggung Nara. "Nara, tapi lukamu tak menghilang sedikit pun." Napas Nara tersengal, "tak apa, Yooshin. Aku sudah tak lagi merasakan sakitnya. Ha-hanya saja—" Tubuhnya tiba-tiba limbung namun Yooshin dengan sigap menahannya. "Nara, kau tak apa?" tanya Yooshin cemas. "Aku tak apa, rasa sakitnya sudah berkurang, hanya saja aku merasa kalau tenagaku terkuras banyak hingga aku merasa kalau kedua kakiku tak sanggup menahan beban tubuhku sendiri," lirih Nara. "Ayo, kembali ke desa. Kita harus menolong semua orang. Mereka pasti memerlukan bantuan." Yooshin mengangguk. Ia segera memapah Nara dan mulai bergerak keluar dari hutan. *** Moa menggeram dengan darah yang menetes dari ujung

  • The Beauty & The Monster   Bab 97

    "AKU TAK AKAN MENGAMPUNMU!" Seungmo merasakan rasa sakit yang luar biasa pada bagian perutnya begitu salah satu tangan Moa berhasil merobek permukaan kulitnya. "Entah apa saja yang sudah kau katakan pada Nara yang jelas kau sudah menghancurkan semuanya!!" Moa berteriak tepat di depan wajah Kim Seungmo. Ia seakin mendorong masuk kuku-kuku di tangannya ke dalam, membuat Sungmo terbatu dengan darah yang keluar dari mulutnya. "Tuan Kim!" Tuan Hwang berdiri sekuat tenaga dengan bertumpu pada pedangnya dan pria itu berjalan mendekat ke arah Moa dan Seungmo. Moa langsung melompat menghindar tapat ketika Tuan Hwang mengayunkan pedang ke arahnya. "Semua kekacauan yang terjadi di desa ini, aku takkn pernah bisa memaafkanmu!" murka Tuan Hwang. "Kenapa, Kim Seungmo?" Kedua tangan Moa mengepal dengan kuat. "Kenapa kau melakukan hal ini lagi? Kenapa kau selalu saja menggagalkan semua rencanaku?!" "Ka-karena aku tak ingin menyerahkan cucuku padamu, Moa." Seungmo kembali terbatuk setelahnya.

  • The Beauty & The Monster   Bab 96

    Nara mencoba bergerak namun ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian punggungnya. Salah satu tangannya mencoba meraih punggungnya dan ia berhasil menemukan sebuah luka di sana. Ia merasa permukaan kulitnya robek dan itu pasti berasal dari serangan Moa tadi. Rasa sakit ini seolah membawa Nara kembali ke hari di mana ia mendapatkna luka di lehernya. Kedua tangannya meremas kuat dedaunan kering yang berada di sekitarnya namun rasa sakit itu masih bisa ia rasakan. Sementara itu, Yooshin yang menemukan kuda milik Nara berada di perbatasan hutan pun segera turun dari kudanya dan ia dengan segera berlari masuk ke dalam hutan. Ia harus cepat sebelum Moa melakukan sesuatu yang buruk pada Nara. Tidak lama setelah ia masuk ke dalam hutan itu, ia melihat siluet seseorang mendekat dari depan dengan cepat. Yooshin segera menyembunyikan dirinya di balik sebuah pohon besar dan lelaki itu mengintip dari baliknya. Moa terlihat bergerak menjauhi hutan sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari

  • The Beauty & The Monster   Bab 95

    "Mau ke mana kau sepagi ini?" Seungmo mengadang Nara yang yang hendak pergi. Gadis itu sudah bersiap dengan pedang dan juga panah yang berada di punggungnya. "Minggir," tegas Nara seraya menatap kakeknya dengan pandangan tajam. "Nara, ini masih terlalu pagi. Kau berencana menemui Moa dengan kondisi seperti itu? Jangan menemuinya dengan ambisi seperti itu-" "Kubilang minggir!" ulang Nara dengan nada yang lebih keras, membuat tubuh Seungmo tersentak pelan dan pria itu itu pada akhirnya memilih menyingkir dan membiarkan gadis itu berjalan melewatinya. "Nara!" Dengan sedikit berlari, Seungmo berusaha mencegah Nara yang kini sudah menaiki kudanya. Namun gadis itu seakan menulikan indra pendengarannya dan ia benar-benar diselimuti oleh kebencian yang timbul dalam dirinya. Perasaan sakit hati yang ia rasakan membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Nara merasa dipermainkan, setelah apa yang ia lakukan. "Naraaa!!" Nara sudah melesat keluar dari kediamannya. Beberapa orang pela

  • The Beauty & The Monster   Bab 94

    Musim dingin kali ini benar-benar dimanfaatkan oleh Nara dengan sebaik mungkin, karena ia yang tak ingin kehilangan momen berharga bersama dengan orang-orang terdekatnya. Salju-salju sudah mulai menghilang dan hanya tersisa sebagian kecil. Bunga-bunga dan pohon sudah mulai mempersiapkan diri menyambut angin musim baru.Keadaan desa juga baik-baik saja, membuat Nara bersyukur. Ia, Yooshin dan juga Haewon sempat berhenti di tengah perjalanan pulang ke rumah.“Bintang-bintang banyak bermunculan malam ini, Nona,” ujar Haewon.“Kau benar.” Nara tersenyum tipis, akan tetapi hal itu tak berlangsung lama begitu ia kembali mengingat apa yang harus ia lakukan setelah ini. Mungkin, momen seperti ini akan menjadi salah satu yang ia rindukan.Diam-diam, Nara menatap Yooshin yang berdiri di sebelahnya. Wajah itu terlihat menanggung tanggung jawab yang teramat besar, akan tetapi tak pernah sekali pun Nara mendengar lelaki itu mengeluh padanya. Malahan justru Nara yang lebih sering meminta maaf padan

DMCA.com Protection Status