Share

Bab 57

Penulis: Daes Eag
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-17 09:00:55

Nara berjalan memasuki halaman rumahnya dan ia langsung berhadapan dengan sang kakek yang entah sejak kapan menunggunya di sana. Nara sudah hampir berjalan melewati pria tua itu namun kedua kakinya berhenti ketika namanya dipanggil. 

"Nara." Seungmo berujar pelan. "Ke mana kau bawa norigae itu?"

"Norigae?"

"Kau sudah menemukannya, kan? Aku menggunakan benda itu sebagai penghalang di rumah ini agar Moa tak bisa menembusnya. Aku mencarinya tadi dan tidak menemukannya. Kau pasti sudah menemukannya. Ke mana kau membawa benda itu, Nara?"

"Aku sudah membuangnya," jawab Nara.

Kalimat yang baru saja Nara lontarkan itu membuat Seungmo menatap cucunya tak percaya. "Ka-kau... Membuangnya?"

"Ya. Aku membuangnya," tegas Nara dengan rahang yang sudah mengeras. 

"Kenapa kau melakukan itu? Kau sendiri tahu kalau benda itu bisa melindungimu dari Moa!"

"Bertahun-tahun aku menjaga benda peninggalan ibu dan kake

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Beauty & The Monster   Bab 58

    Begitu malam tiba, Nara secara diam-diam keluar dari kamarnya. Gadis itu berjalan keluar melewati pagar rumah setelah memastikan kalau tak ada satu pun orang di rumahnya yang melihat."Aku harus segera kembali ke sana agar bisa mengetahui kelemahan Moa," batinnya seraya mempercepat langkah. Hari belum terlalu malam yang artinya perpustakaan yang ada di desanya itu kemungkinan masih dalam keadaan buka."Nona, Anda kembali?" Seorang penjaga tampak langsung menyapanya dengan begitu ramah.Nara mencoba menarik sudut bibirnya agar tak menimbulkan kecurigaan. "Hm, rasanya aku ingin membaca sesuatu di sini," ujarnya diiringi kikihan. Gadis itu lalu segera masuk ke dalam dan mendekati salah satu rak tempatnya menemukan buku itu."Nara?"Merasa namanya dipanggil, Nara pun menolehkan kepalanya ke sumber suara dan ia terkejut karena bertemu dengan Yooshin di sana. Gadis itu seketika langsung mengurungkan niatnya dan mengambil buku yang lain agar Yoos

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-17
  • The Beauty & The Monster   Bab 59

    Nara membawa serta peralatan memanahnya dan bergegas keluar rumah. Tepat ketika ia mencapai pagar, ia bertemu dengan kakeknya yang entah pulang dari mana, padahal hari masih pagi."Mau ke mana kau?" tanya Seungmo seraya menatap cucunya."Hanya ingin berjalan-jalan mencari udara segar," jawab Nara singkat dan kembali melangkahkan kedua kakinya hingga benar-benar melewati sang kakek.Seungmo berbalik dan menatap punggung Nara yang menjauh. Pria itu membuang napasnya pelan dan kembali berjalan memasuki rumahnya.la memasuki ruang makan dan ia terdiam begitu melihat mangkuk milik Nara yang terlihat sudah dalam keadaan kosong."Nara sudah sarapan?" tanyanya pada pelayan yang ada di sana."Iya, Tuan. Nona Nara baru saja selesai sarapan dan langsung pergi keluar," jawab pelayan itu."Apa dia mengatakan sesuatu? Mau pergi ke mana dia, ini masih begitu pagi, tidak biasanya dia pergi sepagi ini apalagi dia sendiri.""Maaf, Tuan Kim

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-17
  • The Beauty & The Monster   Bab 60

    Nara berdiri di perbatasan hutan seraya menatap Moa yang tengah duduk di salah satu dahan pohon."Aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi, apa lagi yang kau tunggu? Kau bisa ikut denganku sekarang," ujar Moa dengan napas yang memberat."Tidak bisa, Moa. Sebentar lagi, perjanjian kita akan berakhir sebentar lagi dan jika kau berhasil bertahan hingga hari itu, maka aku akan ikut denganmu dengan sukarela." Nara membalas. Bisa ia lihat Moa sedang menahan diri. Wajahnya tampak agak pucat dari biasanya.Moa terdiam tanpa melepaskan pandangannya dari Nara. "Kau sedang mempersiapkan jebakan untukku? Kau sedang menunggu waktu yang tepat untuk menikamku dari belakang? kau sengaja melakukan ini hingga tenagaku terkuras habis dan kau akan menyerangku?"Nara menggelengkan kepalanya. "Aku tidak merencanakan apa-apa." Gadis itu perlahan tersenyum."Mungkin benar, aku yang sekarang memang lemah," batin Nara. Ya, dia lemah. Dia berjala

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • The Beauty & The Monster   Bab 61

    Hari sudah mulai gelap ketika Nara menginjakkan kedua kakinya kembali ke perbatasan hutan. Gadis itu lantas berbalik untuk menatap sosok yang masih berdiri di belakangnya. "Pulanglah. Mungkin ... orang-orang akan panik karena mengira aku telah menculikmu." Moa terkikih pelan, membuat Nara menahan tawanya. Sebelum Nara benar-benar pergi, suara Moa kembali menyapa indra pendengarannya sehingga gadis itu berbalik dan kembali menatapnya. Lelaki itu memanggilnya dengan suara yang begitu lembut. "Ada apa?" tanya Nara. "Besok ... apa kau akan ke sini lagi?" Pertanyaan itu sempat membuat Nara menautkan kedua alisnya sejenak, sebelum akhirnya ia mengulum senyum. "Kau berkata seperti itu karena memang ingin aku kembali lagi ke sini, kan?" ujarnya. "A-apa? Tidak--" "Aku akan ke sini lagi besok. Jadilah anak baik malam ini." Nara tersenyum sehingga kedua matanya membentuk sebuah lengkungan yang menyerupai bulan sabit ke atas. Ia pun pergi dari sana dan melambaikan tangannya pada Moa

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • The Beauty & The Monster   Bab 62

    Pagi ini Nara mendapat laporan kalau beberapa pemuda yang mengganggunya sudah diamankan oleh kepala desa dan akan segera diberikan sanksi. Sang kepala desa secara langsung pergi ke kediaman gadis itu untuk sekalian mengucapkan permintaan maaf. "Tidak perlu meminta maaf, ini sama sekali bukan kesalahan Anda," ujar Nara. "Mereka pasti membuat Anda merasa tak nyaman, Nona. Sekali lagi saya meminta maaf." "Tidak apa-apa. Yang penting sekarang mereka harus segera ditindak setidaknya agar jera, apalagi Yooshin bilang ada yang masih umurnya belum legal. Saya percaya Anda bisa melakukannya." Sang kepala desa kemudian membungkukkan badannya dan segera berpamitan dari sana. "Jangan terlalu sering pergi sendiri saat malam hari jika memang tak ada kepentingan. Atau setidaknya jika memang ingin pergi, suruh seseorang untuk menemanimu pergi," ujar Seungmo. Nara hanya bergumam pelan sebagai bentuk jawaban. "Aku akan pergi menjenguk Tuan Hwang dan mungkin pergi bersama Yooshin setelahn

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • The Beauty & The Monster   Bab 63

    "Mereka mencarimu." "A-apa?" "Ada seseorang yang menyuruh mereka ke sini dan mencarimu. Kurasa, kemarin orang-orang itu memang sudah mencurigai kau yang secara diam-diam pergi ke sini," ujar Moa seraya menurunkan Nara di suatu tempat. "Sungguh? Apa mungkin kakekku?" "Aku tidak tahu soal itu. Tapi, yang memimpin mereka adalah ayahnya si Yooshin itu, orang yang menjadi kepercayaan sekaligus tangan kanan kakekmu." "Jadi, maksudmu ... kemarin Tuan Hwang dan pengikutnya ke sini?" Moa mengangguk. "Mereka sudah merasa curiga padamu. Meski kemarin aku berhasil mengusir mereka, akan tetapi aku masih tak yakin kalau mereka tak akan kembali lagi." Lelaki itu menolehkan kepalannya ke belakang sana. "Tapi kemungkinan pemimpin mereka saat ini tak akan bisa pergi, karena kemarin aku tanpa sengaja melihatnya memakan buah yang kau temukan tadi." "A-apa kau bilang?" Kedua mata milik Nara lantas membulat. "Aku ingat kalau Yooshin juga berkata kalau saat ini ayahnya sedang sakit dan kemarin

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • The Beauty & The Monster   Bab 64

    “Ke mana dua orang yang tadi di sini? Apa mereka memesan ini untukmu?” Si pemilik kedai itu menatap seorang anak perempuan yang ada di meja itu.“Iya, mereka pergi dan meninggalkan ini di sini.”Wanita yang umurnya diperkirakan sudah hampir mencapai setengah abad itu lantas menatap sejumlah uang ditinggalkan di meja, lalu menghitungnya. Percakapannya dengan bocah itu sempat diperhatikan oleh salah seorang pengunjung yang ada di sana tanpa ia ketahui.“Uangnya pas untung semua pesanannya, berarti ini memang untukmu,” ujar wanita itu. “Ya ampun, dasar pasangan muda. Padahal ini masih hujan tapi malah langsung pergi.” Ia menatap ke sekitar dan sepertinya mereka berdua memang sudah pergi dari sana.“Tapi mereka berdua serasi, ya?” Bocah itu berujar di tengah kegiatan mengunyahnya.“Ah, kau juga berpikir begitu? Hanya saja aku tidak bisa melihat wajah prianya.”“Tuan itu memiliki wajah yang sangat tampan. Garis rahangnya tegas, warna kedua matanya juga agak kebiruan namun cantik. Aku juga

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • The Beauty & The Monster   Bab 65

    Nara membuka pintu kamarnya dan ia melihat Moa yang berada di sana, duduk bersila menghadap ke luar.“Kupikir kau langsung pulang,” ujar Nara.“Aku kedinginan.”Jawaban jujur itu membuat Nara tersenyum. “Kasihan sekali. Kupikir kau tak pernah merasa kedinginan,” ujarnya. “Kau pasti lelah. Tidur saja di sini sebelum kembali ke hutan. Kau mau mengganti pakaianmu? Mungkin aku bisa membawakanmu pakaian yang kering.”“Tidak usah. Aku akan tetap seperti ini, lagi pula sebentar lagi aku akan kembali ke hutan.”“Baiklah.” Nara kemudian terdiam saat gadis itu berniat menarik tali hanbok miliknya, lalu berbalik menatap Moa. “Aku … akan mengganti pakaian dulu—”“Ganti saja di sini.” Lelaki yang masih belum mengubah posisinya itu menginterupsi, mengabaikan reaksi Nara yang sudah membulatkan kedua matanya.“Kau gila?”&ld

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06

Bab terbaru

  • The Beauty & The Monster   Extra Bab

    Seorang anak kecil terlihat berlari mengejar-ngejar seekor kelinci yang ada di halaman rumahnya. Beberapa orang wanita yang ada di sana melihat ke arah itu dengan seulas senyuman lebar yang terlihat begitu bahagia. "Nona Sowon terlihat begitu senang, bukankah begitu?" Salah seorang wanita yang baru saja selesai menjemur pakaian itu pun berujar. "Dia terlihat menggemaskan, sama seperti Nona Nara dahulu sewaktu beliau masih kecil," jawab rekannya. "Aku dulu sempat khawatir jika Nona Nara benar-benar akan berakhir persis seperti mendiang ibunya dulu, tapi aku benar-benar bersyukur karena ternyata Nona Nara memiliki seseorang di dekatnya seperti Tuan Yooshin, bahkan hingga mereka berdua menikah pun, Tuan Yooshin terlihat semakin bahagia, kurasa beliau memang sudah memiliki perasaan yang lebih kepada Nona Nara sejak lama, atau mungkin sejak mereka masih anak-anak karena mereka sering sekali menghabiskan waktunya berdua." Wanita yang merupakan seorang pelayan di kediaman itu pun membuan

  • The Beauty & The Monster   Bab 101

    Sebuah upacara pernikahan baru saja selesai diadakan begitu hari menjelang siang. Orang-orang yang datang terlihat begitu bergembira, menatap sepasang pengantin baru yang beberapa saat lalu mengucapkan janji sehidup semati.Takdir memang tak ada yang tahu, begitu pun dengan setiap rencana milik Tuhan. Namun sebaik apapun rencana yang manusia pilih, rencana dari Tuhan adalah rencana yang terbaik dari yang paling baik.Langit pun tampak begitu cerah, seolah mendukung pasangan muda ini untuk menikmati waktu bahagia mereka.Pasangan yang dulu dikenal sebagai sahabat dekat sedari usia mereka masih belia, kini bertranformasi menjadi pasangan yang sesungguhnya. Nara melingkarkan tangannya di salah satu lengan milik Yooshin, menatap pria itu selama beberapa saat sebelum akhirnya mereka berdua berjalan menyapa para tamu undangan.Kedua sudut bibir milik Nara naik ke atas melihat betapa bahagianya orang-orang di sana. Dan tanpa ia sadari pula, sedari tadi Yooshin menatapnya dari samping, menat

  • The Beauty & The Monster   Bab 100

    Moa menyentuh permukaan wajahnya yang lain menggunakan tangan, dan menemukan adanya darah di sana, sebelum akhirnya kembali menatap Nara. Kini gadis itu bersungguh-sungguh untuk membunuhnya, tanpa mau memikirkan hal lain lagi. Nara beberapa kali melayangkan serangan padanya tanpa adanya ragu sedikit pun. "Nara ... " Yooshin berniat berdiri untuk membantu Nara. Dengan menggunakan pedangnya untuk tumpuan, pria itu berdiri dari posisinya dan mendekati Nara secara perlahan. Yooshin berlari sekuat yang ia bisa dengan pedang yang sudah bersiap di tangannya. Namun sebelum ia benar-benar mendekati Moa, mahluk itu sudah terlebih dulu berbalik dan menangkis serangannya dan memukul bahu Yooshin beberapa kali hingga tubuh pria itu terdorong beberapa kali ke belakang. "Yooshin!!" Di saat lengah itulah, Moa memanfaatkan kesempatan untuk melancarkan serangan terakhirnya pada Yooshin. "Matilah kau!!!" Tangan Moa sudah siap mengoyak perut Yooshin, membuat Nara membelalakkan kedua matanya. "Ti

  • The Beauty & The Monster   Bab 99

    "A-aku percaya Paman adalah orang yang baik." Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang keluar dari gadis kecil malang yang berusaha menyelamatkan Nara. Haewon tak bisa berkata-kata lagi. Wanita itu terduduk di atas permukaan tanah dengan air mata yang berderai."Tidakkk!!" Nara langsung bergerak dari posisinya dan meraih tubuh kecil yang kini tak berdaya itu. Air matanya berderai, tak percaya kalau seorang gadis kecil akan berbuat sampai sejauh itu demi menyelamatkan hidupnya. Gadis itu tak bersalah. Ia tak ada kaitannya dengan ini dan tak seharusnya berkorban sampai sejauh itu. Yooshin yang melihat itu tampak tak menduga kalau hal seperti ini akan terjadi, bahkan Moa sekalipun tak bisa menghindar. Gadis kecil yang baru saja meregang nyawa di hadapannya itu tak lain adalah gadis kecil yang beberapa waktu terakhir pernah ia selamatkan. Satu-satunya orang lain yang menganggapnya sebagai orang baik dan memperlakukannya layaknya seperti orang yang tak pernah membunuh.Dan siapa sangka

  • The Beauty & The Monster   Bab 98

    "Nara, kau—" Kedua mata Yooshin membulat saat melihat Nara yang benar-benar berhasil mencabut pedang itu sepenuhnya. "Yooshin, aku berhasil." Nara menatap Yooshin. Gadis itu berhasil. Yooshin dengan segera membantu Nara agar gadis itu tak kehilangan keseimbangannya. Pria itu lalu menatap luka yang ada di punggung Nara. "Nara, tapi lukamu tak menghilang sedikit pun." Napas Nara tersengal, "tak apa, Yooshin. Aku sudah tak lagi merasakan sakitnya. Ha-hanya saja—" Tubuhnya tiba-tiba limbung namun Yooshin dengan sigap menahannya. "Nara, kau tak apa?" tanya Yooshin cemas. "Aku tak apa, rasa sakitnya sudah berkurang, hanya saja aku merasa kalau tenagaku terkuras banyak hingga aku merasa kalau kedua kakiku tak sanggup menahan beban tubuhku sendiri," lirih Nara. "Ayo, kembali ke desa. Kita harus menolong semua orang. Mereka pasti memerlukan bantuan." Yooshin mengangguk. Ia segera memapah Nara dan mulai bergerak keluar dari hutan. *** Moa menggeram dengan darah yang menetes dari ujung

  • The Beauty & The Monster   Bab 97

    "AKU TAK AKAN MENGAMPUNMU!" Seungmo merasakan rasa sakit yang luar biasa pada bagian perutnya begitu salah satu tangan Moa berhasil merobek permukaan kulitnya. "Entah apa saja yang sudah kau katakan pada Nara yang jelas kau sudah menghancurkan semuanya!!" Moa berteriak tepat di depan wajah Kim Seungmo. Ia seakin mendorong masuk kuku-kuku di tangannya ke dalam, membuat Sungmo terbatu dengan darah yang keluar dari mulutnya. "Tuan Kim!" Tuan Hwang berdiri sekuat tenaga dengan bertumpu pada pedangnya dan pria itu berjalan mendekat ke arah Moa dan Seungmo. Moa langsung melompat menghindar tapat ketika Tuan Hwang mengayunkan pedang ke arahnya. "Semua kekacauan yang terjadi di desa ini, aku takkn pernah bisa memaafkanmu!" murka Tuan Hwang. "Kenapa, Kim Seungmo?" Kedua tangan Moa mengepal dengan kuat. "Kenapa kau melakukan hal ini lagi? Kenapa kau selalu saja menggagalkan semua rencanaku?!" "Ka-karena aku tak ingin menyerahkan cucuku padamu, Moa." Seungmo kembali terbatuk setelahnya.

  • The Beauty & The Monster   Bab 96

    Nara mencoba bergerak namun ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian punggungnya. Salah satu tangannya mencoba meraih punggungnya dan ia berhasil menemukan sebuah luka di sana. Ia merasa permukaan kulitnya robek dan itu pasti berasal dari serangan Moa tadi. Rasa sakit ini seolah membawa Nara kembali ke hari di mana ia mendapatkna luka di lehernya. Kedua tangannya meremas kuat dedaunan kering yang berada di sekitarnya namun rasa sakit itu masih bisa ia rasakan. Sementara itu, Yooshin yang menemukan kuda milik Nara berada di perbatasan hutan pun segera turun dari kudanya dan ia dengan segera berlari masuk ke dalam hutan. Ia harus cepat sebelum Moa melakukan sesuatu yang buruk pada Nara. Tidak lama setelah ia masuk ke dalam hutan itu, ia melihat siluet seseorang mendekat dari depan dengan cepat. Yooshin segera menyembunyikan dirinya di balik sebuah pohon besar dan lelaki itu mengintip dari baliknya. Moa terlihat bergerak menjauhi hutan sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari

  • The Beauty & The Monster   Bab 95

    "Mau ke mana kau sepagi ini?" Seungmo mengadang Nara yang yang hendak pergi. Gadis itu sudah bersiap dengan pedang dan juga panah yang berada di punggungnya. "Minggir," tegas Nara seraya menatap kakeknya dengan pandangan tajam. "Nara, ini masih terlalu pagi. Kau berencana menemui Moa dengan kondisi seperti itu? Jangan menemuinya dengan ambisi seperti itu-" "Kubilang minggir!" ulang Nara dengan nada yang lebih keras, membuat tubuh Seungmo tersentak pelan dan pria itu itu pada akhirnya memilih menyingkir dan membiarkan gadis itu berjalan melewatinya. "Nara!" Dengan sedikit berlari, Seungmo berusaha mencegah Nara yang kini sudah menaiki kudanya. Namun gadis itu seakan menulikan indra pendengarannya dan ia benar-benar diselimuti oleh kebencian yang timbul dalam dirinya. Perasaan sakit hati yang ia rasakan membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Nara merasa dipermainkan, setelah apa yang ia lakukan. "Naraaa!!" Nara sudah melesat keluar dari kediamannya. Beberapa orang pela

  • The Beauty & The Monster   Bab 94

    Musim dingin kali ini benar-benar dimanfaatkan oleh Nara dengan sebaik mungkin, karena ia yang tak ingin kehilangan momen berharga bersama dengan orang-orang terdekatnya. Salju-salju sudah mulai menghilang dan hanya tersisa sebagian kecil. Bunga-bunga dan pohon sudah mulai mempersiapkan diri menyambut angin musim baru.Keadaan desa juga baik-baik saja, membuat Nara bersyukur. Ia, Yooshin dan juga Haewon sempat berhenti di tengah perjalanan pulang ke rumah.“Bintang-bintang banyak bermunculan malam ini, Nona,” ujar Haewon.“Kau benar.” Nara tersenyum tipis, akan tetapi hal itu tak berlangsung lama begitu ia kembali mengingat apa yang harus ia lakukan setelah ini. Mungkin, momen seperti ini akan menjadi salah satu yang ia rindukan.Diam-diam, Nara menatap Yooshin yang berdiri di sebelahnya. Wajah itu terlihat menanggung tanggung jawab yang teramat besar, akan tetapi tak pernah sekali pun Nara mendengar lelaki itu mengeluh padanya. Malahan justru Nara yang lebih sering meminta maaf padan

DMCA.com Protection Status