Elkan tersenyum kecut melihat orang-orang di depannya. Dia memang berhasil membujuk Kalea untuk makan bersama di restoran. Namun siapa sangka jia gadis itu malah mengajak semua karyawanya. Berakhir dengan mereka semua yang berkumpul di satu meja besar.Lain Elkan, lain juga Kalea. Di justru puas karena bisa mengerjai pria di depannya. Karyawan butiknya terlihat senang saat mereka mendapat makanan gratis dari restoran ternama. Tak tanggung-tanggung, Kalea bahkan memesan menu termahal."Kenapa gak dimakan? Marah, ya?" tanya Kalea kemudian memasukan makanan ke dalam mulutnya. Orang-orang sedang fokusdengan makanan, namun hanya Elkan yang tak menyentuh makanannya."Aku gak marah, Beb.""Jujur aja kali. Nanti gue yang bayar, kok. Tadi aja sok kaya," sindirnya.Elkan yang tak terima langsung mengeluarkan blackcard di dompetnya. "Kamu gak perlu bayar. Aku gak masalah untuk bayar semua pesanannya. Tapi maksudku kita mungkin bisa makan di meja yang lain. Berdua, supaya lebih romantis.""Banyak
"Papa mau kemana?" Kalea memghampiri Wilan yang membawa sebuah koper."Ada kerjaan ke luar kota. Tapi cuma satu hari. Besok sore Papa langsung pelang. "Gadis itu beralih menatap sang Ibu. "Mama ikut?""Enggak. Lagian cuma satu hari."Vita membantu merapikan pakaian yang dikenakan suaminya. Wilan harus berangkat sore ini agar datang ke hotel malam. Ini tugas dadakan dari kantor, yang seharusnya dilakukan oleh rekan kerjanya yang lain. Berhubung rekan kerjanya sedang sakit jadi Wilan yang diberangkatkan."Biasanya kalau Papa mau ke luar kota selalu ngabarin dari kemarin-kemarin. Katanya hari ini mau makan malam di luar. Terus besok mau pergi bertiga." Kalea membuang nafasnya pelan. Mereka sudah membuat rencana agar malam ini pergi ke restoran bersama. Dalam rangka merayakan hari jadi pernikahan kedua orang tuanya."Tapi kita masih bisa pergi nanti. Kalau Papa sudah pulang," balas Vita menatap sang anak yang terlihat kecewa.Wilan juga merasa tak enak. Mereka sudah sama-sama menyiapkan
"Lepas!" Kalea memberontak saat kedua tangannya ditahan ke belakang tubuh. Dia tertangkap. Orang itu kembali membawa Kalea masuk ke dalam kamar. Membanting tubuh Kalea ke arah kasur hingga kepalanya membentur kepala ranjang."Akh! Mau kalian itu apa?! Lepasin Nyokap gue!"Vita menggeleng. "Jangan. Lepaskan saja anak saya. Jangan kalian macam-macam.""Berisik!"Plak! Orang itu menampar wajah Kalea dan menjambak rambutnya. "Kita cuma perlu sama lo."Kalea memejamkan matanya menahan sakit. Belum lagi dengan pipinya terasa panas akibat tamparan. Bayangkan saja jika yang menampar kalian adalah seorang pria kekar. Teriakan Ibunya semakin membuat Kalea tak tahan. Perlahan Kalea membuka matanya. Tangannya meraih lampu tidur di atas nakas dan memukup pria itu dengan kencang. "Lepas!!"Pria itu sempat mengaduh. Hingga memegangi punggungnya yang terasa nyeri. Satu pria lain yang memegangi Vita langsung menghampiri Kalea siap menangkap. Ia mendorong Kalea hingga gadis tersebut kembali jatuh ke
Saat ini Kalea berada di dalam sebuah mobil, menuju ke kampus. Cuaca di luar sana cukup terik karena matahari sudah naik hampir di atas kepala kepala. Karena Wilan sudah berangkat ke kantor pagi tadi, jadi Kalea memesan taxi online. Adel juga tidak bisa menjemput karena mobilnya sedang berada di bengkel."Mbak, kayaknya ada yang ngikutin kita," ucap sang supir taxi tersebut.Kalea yang sedang membaca buku langsung mengangkat kepalanya. "Ngikutin?""Iya, Mbak. Mereka ngikutin dari belakang."Suara gemuruh motor menarik perhatiannya. Kalea menatap ke belakang dan melihat beberapa motor besar yang mengikuti dari belakang. Karena berpikir mereka memiliki niat jahat Kalea meminta sang supir taxi untuk mempercepat laju mobilnya.Sayang sekali di depan sana ada lampu merah. Mobilnya terpaksa berhenti, dan Kalea menyaksikan motor-motor itu juga berhenti di samping kanan, kiri dan belakang. Gadis memberanikan dirinya untuk membuka kaca jendela mobil."Kalian ngikutin dari tadi? Siapa kalian?"
"Weh, buset. Lo datang sampe dikawal gitu."Kalea hanya tersenyum menanggapi. Setelah sampai di kampus, rombongan motor itu langsung kembali pergi. Ngomong-ngomong Kalea tidak memberitahu Adel maupun Oliv tentang teror di rumahnya. Dia juga tak berniat memberitahunya. Menurut Kalea tak semua orang harus tau masalah ini. Yang ada mereka akan mengkhawatirkannya."Itu suruhan Elkan," jawab Kalea berjalan lebih dulu."Emangnya ada apa? Kok, sampai dikawal kayak gitu."Gak tau. Dia emang aneh, jadi biarin aja."Oliv mensejajarkan langkahnya dengan Kalea. "Minggu depan udah masuk liburan. Apa kita jadi pergi? Aku udah bilang sama Bosku kalau liburan nanti aku ambil cuti."Liburan memang berada di depan mata. Mereka sudah merencanakan pergi ke pantai dan meninap di hotel selama beberapa hari. Sedangkan hari ini mereka akan mengumpulkan tugas akhir agar liburan nanti menjadi lebih tenang."Jadi. Tapi kalau adiknya Elkan mau ikut boleh? Soalnya dia bilang liburan gak kemana-mana. Mending ikut,
Beberapa minggu kemudian kemudian. Saat ini sudah masuk liburan sekolah. Seperti yang direncanakan sebelumnya jika Kalea dan yang lainnya akan pergi berlibur ke pantai. Tentunya bersama Elkan, Deon dan Jonan. Untungnya teman-teman Kalea tidak keberatan.Mereka pergi dengan dua mobil. Pertama dikemudikan oleh Jonan, dan mobil kedua oleh Elkan. Mereka berangkat siang hari supaya sampai di pantai sore. Jadi saat mereka datang disuguhkan pemandangan sanset. Walaupun niat awal Kalea hanya pergi bersama kedua temannya, itu tak merubah apapun. Karena Elkan sudah berjanji jika dia tidak akan merusak liburan Kalea.Saat ini di dalam mobil, suasana terasa hangat ketika Belina menyalakan musik di ponsel. Gadis itu bosan karena diantara Kalea dan Elkan tidak ada yang berbicara. Padahal mereka duduk berdampingan. Eh, ngomong-ngomong Elkan juga membawa anjingnya liburan. Berhubung tidak ada yang dapat menjaganya jika ditinggal di rumah. "Beb, apa masih ada yang mengganggu kamu sekarang? Aku udah c
"Ah, gue beneran puas banget. Ini baru yang namanya liburan. Pokoknya besok pagi kita harus balik lagi ke sana buat main selancar. Gak sabar banget," heboh Adel sambil memeluk bantal tidurnya.Setelah melihat sanset mereka langsung kembali ke hotel. Karena harus istirahat jadi mereka tak bisa lama di luar sana. Lagipula anginnya cukup besar tadi. Sekarang para gadis itu berkumpul di kamar Kalea dan Belina, setelah berganti pakaian."Abis sarapan kita langsung ke pantai buat berjemur. Terus main papan seluncur sama banana boat. Pasti seru banget," kata Belina menatap mereka bertiga dengan sumringah. Ngomong-ngomong Belina sudah lumayan dekat dekat Adel dan Oliv. Itu karena Kalea yang mengenalkannya. Untungnya Belina juga mudah beradaptasi ketika bersama orang yang lebih dewasa darinya. "Ide bagus." Kalea menunjukan kedua Ibu jarinya. "Eh, gue baru inget. Tadi sore gue liat Deon liatin lo terus tau. Kalian ada hubungan apa, sih?""Waktu di mobil juga mereka keliatan deket banget. Dudu
Elkan duduk di kursi rotan sambil menjulurkan kakinya. Dimatas pangkuannya ada Molly yang sama-sama ikut bersantai. Andai kata anjing itu anak kecil mereka sudah terlihat seperti Bapak dan anak. Elkan sesekali mengusap anjing kesayangannya sambil memainkan ponsel.Berbeda dengan yang lain, mereka kini terlihat berlarian bermain volly pantai. Elkan justru hanya menatap tak minat. Daripada bermain voly dia akan lebih memilih untuk olahraga yang lain. Walaupun kelihatannya voly adalah permainan yang menyenangkan."Elkan! Woy, gabung sini, lah!" panggil Jonan sedokit berteriak. Namun Elkan tetap tak menanggapi dia hanya menangangkat satu tangan seolah membiarkan mereka lanjut bermain."Kak Kalea bujuksana biar ikut. Jadi tambah rame," kata Belina."Kenapa gue? Mereka berdua temennya.""Tapi lo pawangnya," celetuk Adel. Walaupun Kalea pintar ternyata dia tak paham soal cinta. Mungkin itu menjadi salah satu alasan Kalea tidak pernah memiliki pacar. Sangat tidak peka."Terserah, deh."Meski
Huek...Kalea mengusap mulutnya dengan air mengalir dan menatapnya di depan cermin. Tiba-tiba saja ia merasa mual. Kalea sempat berpikir ke arah lain apalagi dia telat haid 2 Minggu."Masa udah hamil lagi, sih? Jangan dulu dong. Kenan masih kecil."Kalea memang selalu menjaga dirinya setiap berhubungan dengan Elkan. Dengan memiliki suami yang selalu berhasrat membuat Kalea takut kebobolan. Dia ingin memiliki anak kedua jika Kenan memang sudah berusia 5 tahun agar dia juga masih mendapat perhatian dengan cukup.Wanita itu pergi ke luar kamar mandi dan mencari Elkan dan Kenan. Ayah dan anak itu ternyata berada di luar rumah. Elkan tengah mencuci mobilnya sedangkan Kenan bermain busa dengan sebuah bebek mainan yang terapung."Kenan main apa?" tanya Kalea ikut berjongkok di samping anaknya."Bun..""Main sabun? Bajunya basah ini. Nanti masuk angin sayang. Ini pasti Papa yang ajarin, kan?"Kenan yang dibawa-bawa langsung berbalik. "Kenapa aku? Itu mau anak kamu kok.""Anak kamu juga ini. S
2 tahun kemudian.Waktu terasa begitu cepat bagi orang tua untuk melihat tumbuh kembang sang anak. Contohnya Elkan, apalagi semenjak memiliki anak dia banyak menghabiskan waktu di rumah dan bekerja dari rumah. Hal itu juga yang membuat Kalea senang karena Elkan bisa membagi waktunya dengan baik.Kenan, anak itu sudah berusia 2 tahun sekarang. Semakin lucu dan semakin terlihat tampan seperti ayahnya. Bukan hanya parasnya yang menarik perhatian, tapi juga kepintarannya karena dia sudah mulai belajar berbicara. Selama di tahun kedua itu juga Kalea dan Elkan sama-sama banyak belajar. Menjadi orang tua tidak semudah itu. Bahkan tak menampik jika terkadang mereka bertengkar kecil. Namun itu juga tak akan lama karena diantara mereka akan selalu ada yang mengalah. Mungkin bisa dikatakan Elkan lebih banyak mengalah."Elkan! Udah siap belum?" teriak Kalea dari lantai bawah. Tak lama kemudian datanglah Elkan dengan Kenan di gendongannya. Bocah dua tahun itu merentangkan tangannya saat melihat K
"El bangun," bisik Kalea menepuk pipi Elan dengan pelan. Dia tidak ingin sang anak yang tengah tertidur jadi ikut terbangun."Eum.. ada apa?" gumam Elkan membuka matanya perlahan. Ia menarik tangan Kalea agar kembali berbaring di atasnya. "Aku masih ngantuk, Beb.""Bangun! Ini udah jam tujuh, nanti kan mama sama Papa mau ke sini. Aku mau mandi, kamu jagain Kenan, ya."Pria itu menekuk wajahnya. "Gak bisa mandi bareng, dong?"Kalea terkekeh pelan dan mengecup suaminya lembut. Maklumi saja karena Elkan ini memang sedikit gila dan dia mesum. Tapi terhitung sudah 4 bulan mereka tidak melakukan hubungan suami istri. Jadi sebagai pria Elkan sangat menginginkan hal itu. "Nanti tunggu Kenan besar.""Lama banget dong, Beb.""Aku mau mandi dulu, ya. Dah..." Wanita itu tertawa sambil bergegas masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Elkan yang kini mendengus pelan.Tapi tidak apa-apa, dia juga hanya bercanda. Elkan tau Kalea masih baru beberapa hari ini melahirkan anaknya. Jadi Elkan hanya meng
Hari ini Kalea sudah bisa dibawa pulang bersama bayinya. Kalea menggendong bayinya dengan hati-hati dengan Elkan yang membawa tas, berjalan di belakangnya. Hari ini katanya khusus hari untuk Kalea dan Elkan bersama anaknya. Setelah ini barulah nanti orang-orang bisa bebas bermain dengan anak mereka.Untuk membiasakan diri sebagai orang tua baru. Kalea dan Elkan ingin mereka memiliki waktu bertiga terlebih dahulu. Dan dimulai sekarang Elkan akan menetapkan bahwa satu Minggu sekali dia ingin ada hari dimana mereka benar-benar bertiga."Selamat datang." Elkan membuka pintu apartemen lebar, membiarkan istri dan anaknya masuk lebih dulu."Makasih Papa," kata Kalea dengan suara anak kecil.""Sama-sama sayang."Elkan meletakan tas-tas berisi pakaian Kalea dan menghampiri istrinya tersebut. Setelah dipikir-pikir sepertinya Elkan berniat untuk pindah membeli rumah lagi. Jika tetap tinggal di apartemen pasti sulit juga, apalagi kini mereka sudah punya bayi. Sebenarnya Elkan juga belum menjual r
Setelah dua bulan perginya Belina ke Swiss, keluarga Cyrano mulai terbiasa. Mereka sering mendapat kabar dari Belina. Dan jika tidak ada kabar darinya maka Elkan akan meminta kabar dari Jonan. Pria itu cukup sering melihat Belina di asrama sekolah untuk memastikan keadaannya. Hal yang terdengar menenangkan adalah Belina kembali bisa bersosialisasi seperti biasa. Contohnya dengan Jonan, dia tidak takut seperti sebelumnya. Belina mulai terbiasa dan mulai melupakan masalahnya. Fokusnya hanya pada sekolah."Aw!" Kalea mendudukkan dirinya di kursi sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Kalea! Lo kenapa?" Adel bergegas menghampiri sahabatnya itu. Hari ini Kalea, Adel, dan Oliv berada di apartemen Kalea. Akhir-akhir ini mereka berdua memang sering menemui Kalea. Karena tengah hamil besar, tidak mungkin juga mereka membiarkan Kalea keluar rumah hanya untuk bertemu, jadi lebih aman jika Adel dan Oliv yang mendatanginya. Lagipula Elkan tidak mengizinkan istrinya itu keluar rumah tanpa
Belina berjalan masuk ke dalam rumah dan menatap Kakaknya yang tengah diobati oleh Kalea. Akibat kecelakaan tadi mereka langsung pulang. Kalea benar-benar khawatir meskipun Elkan mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Memang tidak ada luka serius. Hanya telapak tangan yang berdarah dan celana bagian lutut yang sobek, namun tak ada luka parah di lututnya. Belina tak berani mendekat karena dia merasa bersalah. Dengan perlahan Jonan lagi-lagi mendekatinya. Namun kali ini Belina menghindar."Jangan deket-deket!"Pria itu tersenyum kecut. "Maaf." Ia sedikit menjauh dari perempuan di sampingnya. "Elkan itu gak sebrengsek yang kamu pikir. Dia cuma main-main sama ceweknya dulu. Gak ada paksaan sama sekali. Mungkin kamu jijik dengernya, tapi itu Elkan. Setelah Kalea datang, Kakak kamu itu gak pernah main cewek lagi. Dan ketakutan Elkan itu, adek ceweknya ketemu sama cowok yang gak bener. Karena dia gak mau kamu kenapa-napa.""Tetep aja ini karma." Belina menunduk memainkan ujung kaosnya."Jan
"Udah siap? Kita berangkat sekarang, yuk." Pagi ini Kalea dan Belina bersiap untuk jalan-jalan pagi ke luar. Bukan hanya mereka berdua, tapi ada Adel dan Oliv juga. Mereka mendukung Belina agar bisa berani ke luar rumah. Karena mereka juga tau kalau Belina tidak memiliki teman dekat di sekolahnya."Tapi, aku takut, Kak. Aku takut ketemu sama cowok," kata Belina memainkan jarinya."Gak semua laki-laki itu sama. Lagian ada aku, ada Adel, sama Oliv. Kita jagain kamu. Tapi kalau kamu gak mau gak apa-apa, deh. Padahal sebenernya aku lagi ngidam pengen makan bubur di taman sama kamu juga.""Kak..""Gak apa-apa kalau kamu mau ponakan ileran. Aku pergi sama temen-temen aku aja." Kalea mengusap perutnya dengan wajah memelas. Melihat itu Belina jadi tidak enak. Bagaimanapun juga ngidamnya ibu hamil kan harus dituruti. Diam-diam Kalea tersenyum senang saat adik iparnya itu mulai berpikir ulang. "Ya udah, kita berangkat sekarang."Adel membuka pintu kamar Belina lebar. "Ayo pergi sekarang."Kee
Sudah sekitar beberapa hari ini keadaan Belina semakin membaik. Dia tidak lagi berteriak saat melihat pria, namun untuk soal komunikasi memang masih sedikit sulit. Hari ini lagi-lagi Kalea mengantarkan makanan untuknya. Kali ini kesukaan Belina, yaitu sup Ayam.Ketika pintu kamar terbuka Kalea bisa melihat Belina yang sedang menyiapkan obat yang akan diminumnya. Namun bukan satu atau dua, tapi sekitar lima. Itu gila. Dengan cepat Kalea menghampirinya dan meletakan nampan di atas meja."Kamu ngapain?!" Kalea menepis tangan Belina hingga obat-obat itu berserakan. "Kamu mau overdosis?"Belina menatap obat miliknya yang jatuh. "Kenapa dibuang?" tanya Belina sambil mengepalkan tangannya."Kamu overdosis kalau minum obat sebanyak itu sekaligus. Obat apa itu?""Supaya aku gak hamil. Aku gak mau hamil."Kalea tertegun beberapa saat. Ternyata Belina beberapa hari ini mengkonsumsi obat anti hamil agar tidak ada janin yang tumbuh di rahimnya setelah kejadian itu. Namun jika meminum sebanyak itu
Hari ini adalah pemeriksaan Belina untuk kedua kalinya. Belum ada perubahan, dan dia terus melamun dan menyendiri. Untuk masalah makan, dia hanya makan sedikit itupun dengan susah payah dibujuk. Dan tau siapa yang berhasil membujuknya? Psikolog itu sendiri.Kalea turun dari tangga menuju ke ruang bawah menyusul Elkan yang menunggunya di mobil. Hari ini Elkan mau kembali bekerja seperti biasanya, dan Kalea akan pergi bertemu dengan Adel. Karena masalah yang menimpa Belina, mereka berdua memang sepakat untuk tinggal di rumah orang tuanya Elkan sampai Belina menjadi lebih baik."Kalea," panggil Domini yang baru saja keluar dari kamar Belina. Ya, pria tua itu datang pagi-pagi untuk melihat keadaan cucunya. Dia menghampiri Kalea yang menuju ke luar rumah. "Bisa bicara sebentar?""Oh, boleh."Kalea tersenyum canggung saat mereka kini berdiri berhadapan. Setelah mengetahui bahwa Kakek ini adalah Kakeknya Elkan, Kalea jadi sedikit sungkan. Sementara Domini terlihat biasa saja."Ada apa, Kek?