Setelah kejadian kemarin, semalaman Elkan sulit tidur. Biasanya dia akan pergi ke luar menemui para keasihnya, atau paling tidak berkumpul dengan Deon dan Jonan di club malam. Namun rasanya malam tadi behitu beda. Dia tak memiliki selera ke luar rumah, dan memilih untuk tetap menjaga adiknya.Ngomong-ngomong, Elkan terlihat seperti ABG yang baru patah hati. Dia merasa semua ini tidak adil. Elkan merasa kesal karena mengetahui Kalea masih menyukai Dosennya, dan perasaannya terbalaskan. Seolah hanya dia yang merasa tersakiti. Sebagian hatinya mengatakan kalau di cemburu, dan mulai menyukai gadis itu. Tapi pemikiran seperti itu langsung ditepis."Gak mungkin saya suka sama dia secepat ini. Mugkin ini cuma karena saya takut kalah taruhan.""Kak." Balina menghampiri Elkan dengan ragu. Ia menyimpan secangkir kopi di atas meja. "Belum berangkat kerja?""Hari ini gak ke kantor.""Masalah kemarin aku minta maaf, ya. Kalau Kak El mau aku pulang, besok aku pulang. Tapi tolong jangan perbesar mas
Malam ini Kalea menghadiri acara makan malam yang diadakan oleh keluarga Elkan. Ini adalah kali pertamanya Kalea diperkenalkan secara resmi pada semua keluarga Elkan. Kalea tidak merasa grogi sama sekali, karena apapun respon keluarga Elkan bukan masalah untuknya. Bahkan jika mereka tidak suka dengannya nanti. Bagi Kalea, itu justru sebuah jalan keluar. Jika keluarga Elkan tak menyukainya, mereka pasti akan meminta hubungan antara Elkan dan Kalea berakhir. Itu akan jadi alasan agar sandiwara ini tak perlu berlanjut."Seharusnya kamu jangan pakai pakaian seperti ini," kata Elkan dengan nada tak suka. Kalea mendengus pelan. Kenapa pria ini jadi terlihat mengatur hidupnya? Kalea hanya mengenakan dress putih selutut, dan menurutnya itu wajar. Oke, bagian bahunya terlihat, tapi itu masih normal. "Suka-suka gue, lah. Yang pake baju itu gue, bukan lo. Minggir sana!"Belina yang berada di belakang mereka terkekeh pelan. Skakmat! Baru kali ini Belina melihat ada orang yang melawan ucapan Kak
Setelah malam dimana Kalea dibuat bingung dengan sikap Elkan, pagi harinya Kalea harus segera pergi ke kampus. Ini hari pertama setelah Kalea mendapat skors-nya. Ternyata banyak pelajaran yang terlewat, dan itu pasti akan membuatnya susah sendiri.Kalea masuk ke dalam kelas dengan terburu-buru. Di sana sudah ada Oliv yang tengah membaca buku di depannya. Gadis itu duduk di bangku pojok."Adel belum datang?" tanya Kalea mengeluarkan ponselnya."Belum. Mungkin masih di jalan. Kayaknya dia telat lagi.""Dasar cewek murahan. Lo pasti godain Pak Elkan biar suka sama lo, kan?"Kalea menoleh menatap Yumi di sampingnya. Ah, dia lupa kalau ternyata Yumi juga mulai masuk ke kampus. Yumi terlihat menatap Kalea rendah. Dia sudah tau berita yang tersebar soal Kalea dan Elkan."Sorry, ya. Gue gak ada waktu buat nanggepin lo."Yumi berdecih. "Sok, banget. Mau minta bantuan sama pacar lo itu?""Ya iya, lah. Kenapa punya pacar gak dimanfaatin?" jawab Kalea santainya. Padahal dia sendiri tak pernah mau
"Makasih, Bro, traktirannya," ucap Jonan mengusap perutnya yang sudah terisi makanan.Tumben saja Elkan mengajaknya makan bersama di retoran bersama Deon dan Kalea beserta temannya. Untungnya urusan kantor sudah selesai, jadi dia bisa langsung ke sini. Dia pikir ini sebuah peresmian yang dilakukan Elkan setelah berhasil membatalkan perjodohannya dengan Airin."Loh, siapa yang bilang itu gratis? Kalian berdua bayar sendiri. Gue cuma bayarin Kalea sama temannya," jawab Elkan kemudian menyeruput kopi di akhir."Aelah, lo bilang ada traktiran tadi."Deon tertawa pelan. "Udah tau gue. Mana mau Elkan kasih traktiran.""Eh, eh, ada berita baru," ucap Adel tiba-tiba sambil menatap layar ponselnya. "Ada yang buat klarifikasi kalau Kalea pelakor."Kalea yang mendengar namanya disebut langsung mendekatkan diri oada Adel. Begitu juga yang lain, seperti Deon yang kini berdiri di belakang gadis itu. Terlihat sebuah video yang direkam oleh Airin. Dia mengatakan jika dirinya adalah calon tunangan Elk
Malam ini Elkan kembali pergi ke club malam milik Deon setelah sekian lama tak berkunjung ke tempat itu. Jujur saja akhir-akhir ini dia tidak bermain dengan wanita. Pdahal biasanya dia selalu mencari mangsa untuk menyalurkan hasratnya. Ini berlangsung seja dirinya mulai dekat dengan Kalea."Lo gak cari cewe? Biasanya lo udah narik satu buat dibawa ke kamar," tawa Jonan sambil memeluk wanita di pangkuannya saat ini. Oh, jangan tanyakan Deon. Pria yang satu itu sudah bersenang-senang lebih dulu. Bahkan sudah ada satu jam dia belum datang lagi.Wanita di pangkuan Jonan itu ikut menceletuk. "Mau aku kenalkan sama temanku? Dia cantik, kok. Lihat yang pakai baju merah itu. Dia pasti bisa puasin kamu."Elkan menghembuskan asap rokok yang keluar di mulutnya. "Cantik, tapi saat ini saya tidak butuh.""Dia sudah punya Ibu negara," tambah Jonan yang membuat Elkan tertawa renyah.Wanita itu hanya tersenyum. Meski dia sedang berada di pangkuan Jonan, matanya hanya terfokus pada Elkan. Pria yang t
"Gila! Itu namanya lo lagi diteror, Kal."Kalea menjatuhkan kepalanya di atas meja. Mungkin benar kata Adel, ada orang yang mencoba mengusik hidupnya. Tapi siapa? Kini mereka berdua sedang berada di butik Kalea, di dalam ruangan. Kalea menceritakan semuanya hingga membuat Adel terkejut. Menurutnya Kalea bisa melaporkan ke pihak berwajib atas tindakan yang tidak menyenangkan."Terus lo belum cerita sama orang tua lo tentang masalah ini? Lo harus cerita supaya pelakunya itu tertangkap."Kalea mengangkat bahunya acuh. "Gue males. Mungkin cuma orang iseng.""Baru kali ini gue ketemu orang diteror gak panik sama sekali," kata Adel menatap jengkel.Gadis itu terkekeh sambil menegakan tubuhnya. Dia bukan orang yang mudah dipermainkan. Kalea pernah memiliki masalah seperti ini saat berada di bangku sekolah menengah atas. Ada siswi yang tak suka dengannya, jadi dia mencoba menggangu Kalea dengan menyimpan sesuatu yang menakutkan di bawah meja. Bahkan di loker dan di dalam tas miliknya. Jadi
Rendi mencoba mengejar Airin yang terus menghindar darinya. Keputusannya tidak akan berubah. Dia akan tetap mencintai Airin bahkan disaat wanita itu mencintai orang lain. Tanpa peduli jika perasannya hanya bertepuk sebelah tangan."Ai, ayolah kita bicara. Kamu gak akan dapat apa-apa kalau mengejar Elkan.""Berhenti ganggu aku. Kamu pulang sana! Sampai kapanpun perasaan aku hanya untuk Elkan." Airin menyingkirkan tangan Rendi yang mencoba menahannya. "Apa karena dia kaya? Aku juga bisa mengimbangi gaya hidup kamu. Aku bisa bayarin semua kebutuhan kamu."Wanita itu berdecih pelan. Ia berhadapan dengan Rendi dan tersenyum remeh. "Bahkan dalam hal apapun Elkan lebih baik dari kamu. Aku bukan merendahkan profesi kamu sebagai Dosen, karena aku tau itu profesi yang baik. Tapi Elkan punya banyak hal yang gak ada dalam diri kamu, bahkan pria manapun. Jadi sebesar apapun kamu berusaha, kamu gak akan pernah gantiin posisi dia di hati aku."Mendengar hal itu Rendi mengepalkan tangannya kesal. T
"Makasih, Pak." Kalea turun dari atas motor dan menberikan helm yang sempat dikenakannya pada Rendi.Beberapa mahasiswa menatap kehadiran Kalea yang datang bersama sang Dosen killer. Namun Kalea terlihat biasa saja, tanpa memperdulikan tatapan sinis yang terlontar untuknya. Bahkan ada yang mengatakan jika Kalea sedang selingkuh.Mereka hanya tau jika Kalea adalah kekasihnya Elkan. Mereka juga mempermasalahkan sikap sang Dosen pada Kalea. Bagaimana mungkin orang yang terkenal cuek kini pergi ke kampus bersama salah satu mahasiswinya. "Setelah kuliah kamu ada acara?" tanya Rendi, melepas jaket bomber-nya."Kebetulan gak ada.""Jalan sama saya, ya."Kalea sontak terdiam. Matanya mengerjapkan beberapa kali seolah tak percaya. "Serius? Dalam rangka apa?"'Mau kenal kamu lebih dekat. Gak akan ada yang marah, kan?" Pria itu menarik sedikit sudut bibirnya. "Elkan maksud saya. Dia gak akan cemburu?"Lq"Ya enggak, lah." ***Seorang pria terlihat sedang bergulat dengan berkas di depannya. Elk
Huek...Kalea mengusap mulutnya dengan air mengalir dan menatapnya di depan cermin. Tiba-tiba saja ia merasa mual. Kalea sempat berpikir ke arah lain apalagi dia telat haid 2 Minggu."Masa udah hamil lagi, sih? Jangan dulu dong. Kenan masih kecil."Kalea memang selalu menjaga dirinya setiap berhubungan dengan Elkan. Dengan memiliki suami yang selalu berhasrat membuat Kalea takut kebobolan. Dia ingin memiliki anak kedua jika Kenan memang sudah berusia 5 tahun agar dia juga masih mendapat perhatian dengan cukup.Wanita itu pergi ke luar kamar mandi dan mencari Elkan dan Kenan. Ayah dan anak itu ternyata berada di luar rumah. Elkan tengah mencuci mobilnya sedangkan Kenan bermain busa dengan sebuah bebek mainan yang terapung."Kenan main apa?" tanya Kalea ikut berjongkok di samping anaknya."Bun..""Main sabun? Bajunya basah ini. Nanti masuk angin sayang. Ini pasti Papa yang ajarin, kan?"Kenan yang dibawa-bawa langsung berbalik. "Kenapa aku? Itu mau anak kamu kok.""Anak kamu juga ini. S
2 tahun kemudian.Waktu terasa begitu cepat bagi orang tua untuk melihat tumbuh kembang sang anak. Contohnya Elkan, apalagi semenjak memiliki anak dia banyak menghabiskan waktu di rumah dan bekerja dari rumah. Hal itu juga yang membuat Kalea senang karena Elkan bisa membagi waktunya dengan baik.Kenan, anak itu sudah berusia 2 tahun sekarang. Semakin lucu dan semakin terlihat tampan seperti ayahnya. Bukan hanya parasnya yang menarik perhatian, tapi juga kepintarannya karena dia sudah mulai belajar berbicara. Selama di tahun kedua itu juga Kalea dan Elkan sama-sama banyak belajar. Menjadi orang tua tidak semudah itu. Bahkan tak menampik jika terkadang mereka bertengkar kecil. Namun itu juga tak akan lama karena diantara mereka akan selalu ada yang mengalah. Mungkin bisa dikatakan Elkan lebih banyak mengalah."Elkan! Udah siap belum?" teriak Kalea dari lantai bawah. Tak lama kemudian datanglah Elkan dengan Kenan di gendongannya. Bocah dua tahun itu merentangkan tangannya saat melihat K
"El bangun," bisik Kalea menepuk pipi Elan dengan pelan. Dia tidak ingin sang anak yang tengah tertidur jadi ikut terbangun."Eum.. ada apa?" gumam Elkan membuka matanya perlahan. Ia menarik tangan Kalea agar kembali berbaring di atasnya. "Aku masih ngantuk, Beb.""Bangun! Ini udah jam tujuh, nanti kan mama sama Papa mau ke sini. Aku mau mandi, kamu jagain Kenan, ya."Pria itu menekuk wajahnya. "Gak bisa mandi bareng, dong?"Kalea terkekeh pelan dan mengecup suaminya lembut. Maklumi saja karena Elkan ini memang sedikit gila dan dia mesum. Tapi terhitung sudah 4 bulan mereka tidak melakukan hubungan suami istri. Jadi sebagai pria Elkan sangat menginginkan hal itu. "Nanti tunggu Kenan besar.""Lama banget dong, Beb.""Aku mau mandi dulu, ya. Dah..." Wanita itu tertawa sambil bergegas masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Elkan yang kini mendengus pelan.Tapi tidak apa-apa, dia juga hanya bercanda. Elkan tau Kalea masih baru beberapa hari ini melahirkan anaknya. Jadi Elkan hanya meng
Hari ini Kalea sudah bisa dibawa pulang bersama bayinya. Kalea menggendong bayinya dengan hati-hati dengan Elkan yang membawa tas, berjalan di belakangnya. Hari ini katanya khusus hari untuk Kalea dan Elkan bersama anaknya. Setelah ini barulah nanti orang-orang bisa bebas bermain dengan anak mereka.Untuk membiasakan diri sebagai orang tua baru. Kalea dan Elkan ingin mereka memiliki waktu bertiga terlebih dahulu. Dan dimulai sekarang Elkan akan menetapkan bahwa satu Minggu sekali dia ingin ada hari dimana mereka benar-benar bertiga."Selamat datang." Elkan membuka pintu apartemen lebar, membiarkan istri dan anaknya masuk lebih dulu."Makasih Papa," kata Kalea dengan suara anak kecil.""Sama-sama sayang."Elkan meletakan tas-tas berisi pakaian Kalea dan menghampiri istrinya tersebut. Setelah dipikir-pikir sepertinya Elkan berniat untuk pindah membeli rumah lagi. Jika tetap tinggal di apartemen pasti sulit juga, apalagi kini mereka sudah punya bayi. Sebenarnya Elkan juga belum menjual r
Setelah dua bulan perginya Belina ke Swiss, keluarga Cyrano mulai terbiasa. Mereka sering mendapat kabar dari Belina. Dan jika tidak ada kabar darinya maka Elkan akan meminta kabar dari Jonan. Pria itu cukup sering melihat Belina di asrama sekolah untuk memastikan keadaannya. Hal yang terdengar menenangkan adalah Belina kembali bisa bersosialisasi seperti biasa. Contohnya dengan Jonan, dia tidak takut seperti sebelumnya. Belina mulai terbiasa dan mulai melupakan masalahnya. Fokusnya hanya pada sekolah."Aw!" Kalea mendudukkan dirinya di kursi sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Kalea! Lo kenapa?" Adel bergegas menghampiri sahabatnya itu. Hari ini Kalea, Adel, dan Oliv berada di apartemen Kalea. Akhir-akhir ini mereka berdua memang sering menemui Kalea. Karena tengah hamil besar, tidak mungkin juga mereka membiarkan Kalea keluar rumah hanya untuk bertemu, jadi lebih aman jika Adel dan Oliv yang mendatanginya. Lagipula Elkan tidak mengizinkan istrinya itu keluar rumah tanpa
Belina berjalan masuk ke dalam rumah dan menatap Kakaknya yang tengah diobati oleh Kalea. Akibat kecelakaan tadi mereka langsung pulang. Kalea benar-benar khawatir meskipun Elkan mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Memang tidak ada luka serius. Hanya telapak tangan yang berdarah dan celana bagian lutut yang sobek, namun tak ada luka parah di lututnya. Belina tak berani mendekat karena dia merasa bersalah. Dengan perlahan Jonan lagi-lagi mendekatinya. Namun kali ini Belina menghindar."Jangan deket-deket!"Pria itu tersenyum kecut. "Maaf." Ia sedikit menjauh dari perempuan di sampingnya. "Elkan itu gak sebrengsek yang kamu pikir. Dia cuma main-main sama ceweknya dulu. Gak ada paksaan sama sekali. Mungkin kamu jijik dengernya, tapi itu Elkan. Setelah Kalea datang, Kakak kamu itu gak pernah main cewek lagi. Dan ketakutan Elkan itu, adek ceweknya ketemu sama cowok yang gak bener. Karena dia gak mau kamu kenapa-napa.""Tetep aja ini karma." Belina menunduk memainkan ujung kaosnya."Jan
"Udah siap? Kita berangkat sekarang, yuk." Pagi ini Kalea dan Belina bersiap untuk jalan-jalan pagi ke luar. Bukan hanya mereka berdua, tapi ada Adel dan Oliv juga. Mereka mendukung Belina agar bisa berani ke luar rumah. Karena mereka juga tau kalau Belina tidak memiliki teman dekat di sekolahnya."Tapi, aku takut, Kak. Aku takut ketemu sama cowok," kata Belina memainkan jarinya."Gak semua laki-laki itu sama. Lagian ada aku, ada Adel, sama Oliv. Kita jagain kamu. Tapi kalau kamu gak mau gak apa-apa, deh. Padahal sebenernya aku lagi ngidam pengen makan bubur di taman sama kamu juga.""Kak..""Gak apa-apa kalau kamu mau ponakan ileran. Aku pergi sama temen-temen aku aja." Kalea mengusap perutnya dengan wajah memelas. Melihat itu Belina jadi tidak enak. Bagaimanapun juga ngidamnya ibu hamil kan harus dituruti. Diam-diam Kalea tersenyum senang saat adik iparnya itu mulai berpikir ulang. "Ya udah, kita berangkat sekarang."Adel membuka pintu kamar Belina lebar. "Ayo pergi sekarang."Kee
Sudah sekitar beberapa hari ini keadaan Belina semakin membaik. Dia tidak lagi berteriak saat melihat pria, namun untuk soal komunikasi memang masih sedikit sulit. Hari ini lagi-lagi Kalea mengantarkan makanan untuknya. Kali ini kesukaan Belina, yaitu sup Ayam.Ketika pintu kamar terbuka Kalea bisa melihat Belina yang sedang menyiapkan obat yang akan diminumnya. Namun bukan satu atau dua, tapi sekitar lima. Itu gila. Dengan cepat Kalea menghampirinya dan meletakan nampan di atas meja."Kamu ngapain?!" Kalea menepis tangan Belina hingga obat-obat itu berserakan. "Kamu mau overdosis?"Belina menatap obat miliknya yang jatuh. "Kenapa dibuang?" tanya Belina sambil mengepalkan tangannya."Kamu overdosis kalau minum obat sebanyak itu sekaligus. Obat apa itu?""Supaya aku gak hamil. Aku gak mau hamil."Kalea tertegun beberapa saat. Ternyata Belina beberapa hari ini mengkonsumsi obat anti hamil agar tidak ada janin yang tumbuh di rahimnya setelah kejadian itu. Namun jika meminum sebanyak itu
Hari ini adalah pemeriksaan Belina untuk kedua kalinya. Belum ada perubahan, dan dia terus melamun dan menyendiri. Untuk masalah makan, dia hanya makan sedikit itupun dengan susah payah dibujuk. Dan tau siapa yang berhasil membujuknya? Psikolog itu sendiri.Kalea turun dari tangga menuju ke ruang bawah menyusul Elkan yang menunggunya di mobil. Hari ini Elkan mau kembali bekerja seperti biasanya, dan Kalea akan pergi bertemu dengan Adel. Karena masalah yang menimpa Belina, mereka berdua memang sepakat untuk tinggal di rumah orang tuanya Elkan sampai Belina menjadi lebih baik."Kalea," panggil Domini yang baru saja keluar dari kamar Belina. Ya, pria tua itu datang pagi-pagi untuk melihat keadaan cucunya. Dia menghampiri Kalea yang menuju ke luar rumah. "Bisa bicara sebentar?""Oh, boleh."Kalea tersenyum canggung saat mereka kini berdiri berhadapan. Setelah mengetahui bahwa Kakek ini adalah Kakeknya Elkan, Kalea jadi sedikit sungkan. Sementara Domini terlihat biasa saja."Ada apa, Kek?