Malam ini Elkan kembali pergi ke club malam milik Deon setelah sekian lama tak berkunjung ke tempat itu. Jujur saja akhir-akhir ini dia tidak bermain dengan wanita. Pdahal biasanya dia selalu mencari mangsa untuk menyalurkan hasratnya. Ini berlangsung seja dirinya mulai dekat dengan Kalea."Lo gak cari cewe? Biasanya lo udah narik satu buat dibawa ke kamar," tawa Jonan sambil memeluk wanita di pangkuannya saat ini. Oh, jangan tanyakan Deon. Pria yang satu itu sudah bersenang-senang lebih dulu. Bahkan sudah ada satu jam dia belum datang lagi.Wanita di pangkuan Jonan itu ikut menceletuk. "Mau aku kenalkan sama temanku? Dia cantik, kok. Lihat yang pakai baju merah itu. Dia pasti bisa puasin kamu."Elkan menghembuskan asap rokok yang keluar di mulutnya. "Cantik, tapi saat ini saya tidak butuh.""Dia sudah punya Ibu negara," tambah Jonan yang membuat Elkan tertawa renyah.Wanita itu hanya tersenyum. Meski dia sedang berada di pangkuan Jonan, matanya hanya terfokus pada Elkan. Pria yang t
"Gila! Itu namanya lo lagi diteror, Kal."Kalea menjatuhkan kepalanya di atas meja. Mungkin benar kata Adel, ada orang yang mencoba mengusik hidupnya. Tapi siapa? Kini mereka berdua sedang berada di butik Kalea, di dalam ruangan. Kalea menceritakan semuanya hingga membuat Adel terkejut. Menurutnya Kalea bisa melaporkan ke pihak berwajib atas tindakan yang tidak menyenangkan."Terus lo belum cerita sama orang tua lo tentang masalah ini? Lo harus cerita supaya pelakunya itu tertangkap."Kalea mengangkat bahunya acuh. "Gue males. Mungkin cuma orang iseng.""Baru kali ini gue ketemu orang diteror gak panik sama sekali," kata Adel menatap jengkel.Gadis itu terkekeh sambil menegakan tubuhnya. Dia bukan orang yang mudah dipermainkan. Kalea pernah memiliki masalah seperti ini saat berada di bangku sekolah menengah atas. Ada siswi yang tak suka dengannya, jadi dia mencoba menggangu Kalea dengan menyimpan sesuatu yang menakutkan di bawah meja. Bahkan di loker dan di dalam tas miliknya. Jadi
Rendi mencoba mengejar Airin yang terus menghindar darinya. Keputusannya tidak akan berubah. Dia akan tetap mencintai Airin bahkan disaat wanita itu mencintai orang lain. Tanpa peduli jika perasannya hanya bertepuk sebelah tangan."Ai, ayolah kita bicara. Kamu gak akan dapat apa-apa kalau mengejar Elkan.""Berhenti ganggu aku. Kamu pulang sana! Sampai kapanpun perasaan aku hanya untuk Elkan." Airin menyingkirkan tangan Rendi yang mencoba menahannya. "Apa karena dia kaya? Aku juga bisa mengimbangi gaya hidup kamu. Aku bisa bayarin semua kebutuhan kamu."Wanita itu berdecih pelan. Ia berhadapan dengan Rendi dan tersenyum remeh. "Bahkan dalam hal apapun Elkan lebih baik dari kamu. Aku bukan merendahkan profesi kamu sebagai Dosen, karena aku tau itu profesi yang baik. Tapi Elkan punya banyak hal yang gak ada dalam diri kamu, bahkan pria manapun. Jadi sebesar apapun kamu berusaha, kamu gak akan pernah gantiin posisi dia di hati aku."Mendengar hal itu Rendi mengepalkan tangannya kesal. T
"Makasih, Pak." Kalea turun dari atas motor dan menberikan helm yang sempat dikenakannya pada Rendi.Beberapa mahasiswa menatap kehadiran Kalea yang datang bersama sang Dosen killer. Namun Kalea terlihat biasa saja, tanpa memperdulikan tatapan sinis yang terlontar untuknya. Bahkan ada yang mengatakan jika Kalea sedang selingkuh.Mereka hanya tau jika Kalea adalah kekasihnya Elkan. Mereka juga mempermasalahkan sikap sang Dosen pada Kalea. Bagaimana mungkin orang yang terkenal cuek kini pergi ke kampus bersama salah satu mahasiswinya. "Setelah kuliah kamu ada acara?" tanya Rendi, melepas jaket bomber-nya."Kebetulan gak ada.""Jalan sama saya, ya."Kalea sontak terdiam. Matanya mengerjapkan beberapa kali seolah tak percaya. "Serius? Dalam rangka apa?"'Mau kenal kamu lebih dekat. Gak akan ada yang marah, kan?" Pria itu menarik sedikit sudut bibirnya. "Elkan maksud saya. Dia gak akan cemburu?"Lq"Ya enggak, lah." ***Seorang pria terlihat sedang bergulat dengan berkas di depannya. Elk
Pagi ini Elkan bangun sedikit lebih siang. Karena semalam dia harus lembur dan pulang larut. Bahkan adiknya, Belina, sampai mengomel. Gadis itu belum tidur sambil menunggu Elkan pulang. Belina juga terus menelpon beberapa kali karena tidak mau tidur di rumah sendiri.Detik itu juga Elkan mendengar suara bel rumahnya ditekan. "Belina!"Suara itu, suara yang tak asing. Elkan berjalan ke depan mencoba membuka pintu. Terlihat Kalea yang berdiri di depan pintu dengan santainya. Sementara itu Kalea terkejut karena yang membuka ointu adalah Elkan, bukan Belina. Apalagi pria itu hanya mengenakan celana pendek kaus yang pas ditubuh kekarnya. Bagaimana bisa dia tidak salah fokus?Pria itu tersenyum. "Hai, Beb.""Belina mana?" tanya Kalea tanpa menatapnya. "Hari ini gue ada janji buat ngajarin dia belajar.""Belina lagi beli bubur di depan komplek. Ayo, tunggu di dalam."Elkan membuka pintunya lebar, mempersilahkan Kalea masuk. Gadis itu mengikuti Elkan dari belakang. Karena Elkan pergi ke dapur
"Akhirnya selesai juga." Belina menutup bukunya. Sekitar 3 jam belajar mereka akhirnya selesai juga. Kalea benar-benar memberi penjelasan yang mudah dipahami. Walaupun ada yang masih belum dipahami, tapi Kalea tidak keberatan jika Belina mau belajar bersamanya lagi.Ngomong-ngomong Elkan juga ikut bergabung bersama mereka. Dia duduk di atas sofa dan selalu memperhatikan gerak-gerik dua gadis di depannya. Kebetulannya dia tidak masuk kantor hari ini."Sekarang aku jadi lapar," lanjut Belina mengusap perut.Kalea menggeleng sambil terkekeh. "Yaudah, makan sana.""Tapi gak ada makanan. Gak ada yang masak di rumah, jadi kalau mau makan harus pesen online.""Kakak pesan makanan sekarang? Kalea, kamu mau pesan apa?" tanya Elkan mengeluarkan ponsel. Namun Kalea lebih dulu menahannya."Daripada beli, mending kita masak aja. Di dapur ada bahan makanan? Kalian bantu aku masak."Belina menatap Kakaknya sekikas kemudian mengangguk setuju. "Boleh. Kak Kalea bisa masak?""Eum, sedikit. Tapi tenang
Kalea masih menatap Elkan yang kini juga menatapnya. Dia masih mencerna dengan baik ucapan Elkan barusan. Pria itu menyukainya? Atau ini hanya prank? Tapi setiap kali matanya menelisik, Kalea tak melihat kebohongan."Saya serius, Kalea," ucapnya seolah tau isi pikiran gadis di depannya."Lo sakit, ya?" Kalea sontak mendaratkan punggung tangannya di kening Elkan. Tidak, dia tidak panas. "Ketempelan hantu di sini?""Apa kamu pikir saya sedang bercanda sekarang?"Elkan mengatur nafasnya sesaat. Bagaimana dia harus menjelaskannya? Meskipun Elkan terus menepis perasaannya, tapi dia tidak bisa bohong. Kalea selalu mengganggu pikirannya. Sampai akhirnya Elkan sadar jika dirinya sedang jatuh cinta."Saya gak tau kapan semuanya bermula. Sekarang saya kalah. Saya bisa kasih kamu uang lebih dari taruhan seratus juta. Asalkan kamu jangan tinggalin saya.""Enggak. Lo cuma mau main-main, kan? Transfer uangnya dan permainan kita selesai. Lagipula lama-lama orang akan tau kalau kita cuma pura-pura,"
Airin menatap bingkai foto di tangannya dengan wajah datar. Setelah hubungannya kandas dengan Elkan, dia semakin malas ke luar rumah. Bahkan beberapa tawaran pekerjaan dari studia dia tolak. Mungkin ini sebagai bentuk protes yang dilakukannya. Klarifikasi yang dia buat memang sempat menjadi buah bibir, namun itu tak berselang lama karena beritanya langsung kembali turun. Airin tau ini pasti ulah Elkan yang menutup para media.Soal Kalea, gadis itu masih menjadi pusat rasa kebenciannya. Dia mengambil Elkannya. Dia mengambil orang yang yang dicintainya."Kamu liat aja, El. Aku bisa bertingkah lebih. Jadi kamu harus lebih menjaga pacar sialan kamu itu. Walaupun aku gak bisa dapetin kamu, tapi aku masih bisa merebut semua harta kamu."Wanita itu tertawa senang. "Kamu akan bertekuk lutut. Gadis sok cantik ini akan mendapat kejutan dariku."Pintu ruangan tersebut terbuka. Menapilkan sosok pria berbadan kekar yang mengenakan pakaian serba hitam. Dia adalah salah satu orang suruhannya."Ada a
Huek...Kalea mengusap mulutnya dengan air mengalir dan menatapnya di depan cermin. Tiba-tiba saja ia merasa mual. Kalea sempat berpikir ke arah lain apalagi dia telat haid 2 Minggu."Masa udah hamil lagi, sih? Jangan dulu dong. Kenan masih kecil."Kalea memang selalu menjaga dirinya setiap berhubungan dengan Elkan. Dengan memiliki suami yang selalu berhasrat membuat Kalea takut kebobolan. Dia ingin memiliki anak kedua jika Kenan memang sudah berusia 5 tahun agar dia juga masih mendapat perhatian dengan cukup.Wanita itu pergi ke luar kamar mandi dan mencari Elkan dan Kenan. Ayah dan anak itu ternyata berada di luar rumah. Elkan tengah mencuci mobilnya sedangkan Kenan bermain busa dengan sebuah bebek mainan yang terapung."Kenan main apa?" tanya Kalea ikut berjongkok di samping anaknya."Bun..""Main sabun? Bajunya basah ini. Nanti masuk angin sayang. Ini pasti Papa yang ajarin, kan?"Kenan yang dibawa-bawa langsung berbalik. "Kenapa aku? Itu mau anak kamu kok.""Anak kamu juga ini. S
2 tahun kemudian.Waktu terasa begitu cepat bagi orang tua untuk melihat tumbuh kembang sang anak. Contohnya Elkan, apalagi semenjak memiliki anak dia banyak menghabiskan waktu di rumah dan bekerja dari rumah. Hal itu juga yang membuat Kalea senang karena Elkan bisa membagi waktunya dengan baik.Kenan, anak itu sudah berusia 2 tahun sekarang. Semakin lucu dan semakin terlihat tampan seperti ayahnya. Bukan hanya parasnya yang menarik perhatian, tapi juga kepintarannya karena dia sudah mulai belajar berbicara. Selama di tahun kedua itu juga Kalea dan Elkan sama-sama banyak belajar. Menjadi orang tua tidak semudah itu. Bahkan tak menampik jika terkadang mereka bertengkar kecil. Namun itu juga tak akan lama karena diantara mereka akan selalu ada yang mengalah. Mungkin bisa dikatakan Elkan lebih banyak mengalah."Elkan! Udah siap belum?" teriak Kalea dari lantai bawah. Tak lama kemudian datanglah Elkan dengan Kenan di gendongannya. Bocah dua tahun itu merentangkan tangannya saat melihat K
"El bangun," bisik Kalea menepuk pipi Elan dengan pelan. Dia tidak ingin sang anak yang tengah tertidur jadi ikut terbangun."Eum.. ada apa?" gumam Elkan membuka matanya perlahan. Ia menarik tangan Kalea agar kembali berbaring di atasnya. "Aku masih ngantuk, Beb.""Bangun! Ini udah jam tujuh, nanti kan mama sama Papa mau ke sini. Aku mau mandi, kamu jagain Kenan, ya."Pria itu menekuk wajahnya. "Gak bisa mandi bareng, dong?"Kalea terkekeh pelan dan mengecup suaminya lembut. Maklumi saja karena Elkan ini memang sedikit gila dan dia mesum. Tapi terhitung sudah 4 bulan mereka tidak melakukan hubungan suami istri. Jadi sebagai pria Elkan sangat menginginkan hal itu. "Nanti tunggu Kenan besar.""Lama banget dong, Beb.""Aku mau mandi dulu, ya. Dah..." Wanita itu tertawa sambil bergegas masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Elkan yang kini mendengus pelan.Tapi tidak apa-apa, dia juga hanya bercanda. Elkan tau Kalea masih baru beberapa hari ini melahirkan anaknya. Jadi Elkan hanya meng
Hari ini Kalea sudah bisa dibawa pulang bersama bayinya. Kalea menggendong bayinya dengan hati-hati dengan Elkan yang membawa tas, berjalan di belakangnya. Hari ini katanya khusus hari untuk Kalea dan Elkan bersama anaknya. Setelah ini barulah nanti orang-orang bisa bebas bermain dengan anak mereka.Untuk membiasakan diri sebagai orang tua baru. Kalea dan Elkan ingin mereka memiliki waktu bertiga terlebih dahulu. Dan dimulai sekarang Elkan akan menetapkan bahwa satu Minggu sekali dia ingin ada hari dimana mereka benar-benar bertiga."Selamat datang." Elkan membuka pintu apartemen lebar, membiarkan istri dan anaknya masuk lebih dulu."Makasih Papa," kata Kalea dengan suara anak kecil.""Sama-sama sayang."Elkan meletakan tas-tas berisi pakaian Kalea dan menghampiri istrinya tersebut. Setelah dipikir-pikir sepertinya Elkan berniat untuk pindah membeli rumah lagi. Jika tetap tinggal di apartemen pasti sulit juga, apalagi kini mereka sudah punya bayi. Sebenarnya Elkan juga belum menjual r
Setelah dua bulan perginya Belina ke Swiss, keluarga Cyrano mulai terbiasa. Mereka sering mendapat kabar dari Belina. Dan jika tidak ada kabar darinya maka Elkan akan meminta kabar dari Jonan. Pria itu cukup sering melihat Belina di asrama sekolah untuk memastikan keadaannya. Hal yang terdengar menenangkan adalah Belina kembali bisa bersosialisasi seperti biasa. Contohnya dengan Jonan, dia tidak takut seperti sebelumnya. Belina mulai terbiasa dan mulai melupakan masalahnya. Fokusnya hanya pada sekolah."Aw!" Kalea mendudukkan dirinya di kursi sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Kalea! Lo kenapa?" Adel bergegas menghampiri sahabatnya itu. Hari ini Kalea, Adel, dan Oliv berada di apartemen Kalea. Akhir-akhir ini mereka berdua memang sering menemui Kalea. Karena tengah hamil besar, tidak mungkin juga mereka membiarkan Kalea keluar rumah hanya untuk bertemu, jadi lebih aman jika Adel dan Oliv yang mendatanginya. Lagipula Elkan tidak mengizinkan istrinya itu keluar rumah tanpa
Belina berjalan masuk ke dalam rumah dan menatap Kakaknya yang tengah diobati oleh Kalea. Akibat kecelakaan tadi mereka langsung pulang. Kalea benar-benar khawatir meskipun Elkan mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Memang tidak ada luka serius. Hanya telapak tangan yang berdarah dan celana bagian lutut yang sobek, namun tak ada luka parah di lututnya. Belina tak berani mendekat karena dia merasa bersalah. Dengan perlahan Jonan lagi-lagi mendekatinya. Namun kali ini Belina menghindar."Jangan deket-deket!"Pria itu tersenyum kecut. "Maaf." Ia sedikit menjauh dari perempuan di sampingnya. "Elkan itu gak sebrengsek yang kamu pikir. Dia cuma main-main sama ceweknya dulu. Gak ada paksaan sama sekali. Mungkin kamu jijik dengernya, tapi itu Elkan. Setelah Kalea datang, Kakak kamu itu gak pernah main cewek lagi. Dan ketakutan Elkan itu, adek ceweknya ketemu sama cowok yang gak bener. Karena dia gak mau kamu kenapa-napa.""Tetep aja ini karma." Belina menunduk memainkan ujung kaosnya."Jan
"Udah siap? Kita berangkat sekarang, yuk." Pagi ini Kalea dan Belina bersiap untuk jalan-jalan pagi ke luar. Bukan hanya mereka berdua, tapi ada Adel dan Oliv juga. Mereka mendukung Belina agar bisa berani ke luar rumah. Karena mereka juga tau kalau Belina tidak memiliki teman dekat di sekolahnya."Tapi, aku takut, Kak. Aku takut ketemu sama cowok," kata Belina memainkan jarinya."Gak semua laki-laki itu sama. Lagian ada aku, ada Adel, sama Oliv. Kita jagain kamu. Tapi kalau kamu gak mau gak apa-apa, deh. Padahal sebenernya aku lagi ngidam pengen makan bubur di taman sama kamu juga.""Kak..""Gak apa-apa kalau kamu mau ponakan ileran. Aku pergi sama temen-temen aku aja." Kalea mengusap perutnya dengan wajah memelas. Melihat itu Belina jadi tidak enak. Bagaimanapun juga ngidamnya ibu hamil kan harus dituruti. Diam-diam Kalea tersenyum senang saat adik iparnya itu mulai berpikir ulang. "Ya udah, kita berangkat sekarang."Adel membuka pintu kamar Belina lebar. "Ayo pergi sekarang."Kee
Sudah sekitar beberapa hari ini keadaan Belina semakin membaik. Dia tidak lagi berteriak saat melihat pria, namun untuk soal komunikasi memang masih sedikit sulit. Hari ini lagi-lagi Kalea mengantarkan makanan untuknya. Kali ini kesukaan Belina, yaitu sup Ayam.Ketika pintu kamar terbuka Kalea bisa melihat Belina yang sedang menyiapkan obat yang akan diminumnya. Namun bukan satu atau dua, tapi sekitar lima. Itu gila. Dengan cepat Kalea menghampirinya dan meletakan nampan di atas meja."Kamu ngapain?!" Kalea menepis tangan Belina hingga obat-obat itu berserakan. "Kamu mau overdosis?"Belina menatap obat miliknya yang jatuh. "Kenapa dibuang?" tanya Belina sambil mengepalkan tangannya."Kamu overdosis kalau minum obat sebanyak itu sekaligus. Obat apa itu?""Supaya aku gak hamil. Aku gak mau hamil."Kalea tertegun beberapa saat. Ternyata Belina beberapa hari ini mengkonsumsi obat anti hamil agar tidak ada janin yang tumbuh di rahimnya setelah kejadian itu. Namun jika meminum sebanyak itu
Hari ini adalah pemeriksaan Belina untuk kedua kalinya. Belum ada perubahan, dan dia terus melamun dan menyendiri. Untuk masalah makan, dia hanya makan sedikit itupun dengan susah payah dibujuk. Dan tau siapa yang berhasil membujuknya? Psikolog itu sendiri.Kalea turun dari tangga menuju ke ruang bawah menyusul Elkan yang menunggunya di mobil. Hari ini Elkan mau kembali bekerja seperti biasanya, dan Kalea akan pergi bertemu dengan Adel. Karena masalah yang menimpa Belina, mereka berdua memang sepakat untuk tinggal di rumah orang tuanya Elkan sampai Belina menjadi lebih baik."Kalea," panggil Domini yang baru saja keluar dari kamar Belina. Ya, pria tua itu datang pagi-pagi untuk melihat keadaan cucunya. Dia menghampiri Kalea yang menuju ke luar rumah. "Bisa bicara sebentar?""Oh, boleh."Kalea tersenyum canggung saat mereka kini berdiri berhadapan. Setelah mengetahui bahwa Kakek ini adalah Kakeknya Elkan, Kalea jadi sedikit sungkan. Sementara Domini terlihat biasa saja."Ada apa, Kek?