Aduh, ini charger mana, sih?"
Kalea membuka laci meja belajarnya untuk kesekian kali mencari benda tersebut. Ponselnya hampir mati, tapi sejak tadi caharger miliknya belum ketemu. Padahal malam nanti dia mau menghubungi orang tuanya."Tadi pagi itu ada di atas meja, terus gue masukin ke tas..." Gadis itu menepuk keningnya sendiri. "Loker! Yah, ketinggalan di loker kampus."Bukan sekali, dua kali, Kalea membawa benda tersebut ke kampus. Biasanya untuk ikut mengisi daya, namun tadi siang dia menyimpannya di loker. Bersama dengan tumpukan buku miliknya.Tidak mungkin dia pergi ke kampus sekarang hanya untuk mengambilnya, kan? Ini sudah sore, jadi Kalea harap charger milik Papa atau Mamanya tertinggal di rumah. Gadis itu pergi ke kamar orang tuanya namun tetap tidak ada. Sedangkan ponselnya sudah menunjukan angka 5%."Paket!" teriak seseorang dari luar rumah."Paket apaan? Perasaan gak ada yang pesen paket."Meski begitu dKejadian kemarin membuat Kalea terus memikirkannya. Elkan pikir dia tidak bisa membalasnya? Tapi sayangnya Kalea tidak akan menunjukan secara terang-terangan balasan yang akan diberikan. Kalea akan masuk ke dalam permainan pria itu.So, mari bersenang-senang mulai hari ini."Dari sekian banyak laki-laki di dunia ini, kenapa gue harus liat dia diawal hari?"Kalea mengunci pintu rumahnya siap pergi menuju ke butik. Hari ini dia tidak akan pergi ke kampus. Lagipula dosen pengajarnya yang tidak bisa hadir. Kalea juga bisa bersiap untuk acara nanti malam.Di luar sana Elkan juga baru saja bersiap pergi menuju ke kantor. Ia menyapa Kalea dengan sedikit berteriak. "Mau ke kampus? Mau pergi sama siapa? Gimana kalau berangkat sama saya?"Kalea sama sekali tak menjawab. Bahkan menoleh pun tidak. Dia mencoba untuk menganggapnya seperti angin lalu. Namun sepertinya Elkan masih gencar untuk mendapat jawaban."Ayolah, kamu masih marah soal kem
Elkan melangkahkan kakinya menuju sebuah gedung, pesta pernikahan. Dia datang bersama Jonan dan Deon yang menjadi pusat perhatian. Karena sebagian tamu undangan pasti kenal dengannya.Matanya tak sengaja menatap seorang gadis yang berdiri tepat di depannya. Kalea, dia berada di sana. Penampilannya terlihat berbeda dari biasanya. Malam ini auranya memancarkan kesan feminim. Tubuh mungil yang selalu mengenakan pakaiam oversize, kini menampilkan lekuk tubuhnya. "Selamat malam nona," sapanya tersenyum menggoda.Seakan tak mau kalah, kedua temannya juga ikut menyapa. "Hai, Sista!" ucap mereka serentak.Kalea menatap mereka tanpa ekspresi apapun. Bohong, dalam hatinya dia sedang berdebat. Antara ingin memuji mereka yang terlihat tampan, atau bertahan dengan ego yang menyebalkan. Ingat Kalea, mereka semua adalah buaya darat."Kalian ada di sini?" "Kita juga diundang," celetuk Jonan."Oh, God. Harusnya tadi gue gak datang," gu
Arti kata pesta itu apa? Acara hiburan, sebuah perayaan, atau tempat dimana kita bisa menemukan teman baru? Diantara itu semua Kalea tidak tau yang mana arti dari pesta sesungguhnya. Dia hanya menikmati begitu saja. Karena terus dibujuk oleh tiga pria di depannya, Kalea menyerah. Dia meminta pendapat pada Adel dan Oliv sebelum mengambil keputusan. Terutama untuk Oliv yang paling tidak bisa pulang malam. Tapi untungnya Oliv tidak keberatan. Itu semua berkat Adel yang ikut membujuknya.Mereka penasaran bagaimana cara Elkan dan kedua temannya itu menikmati pesta. Jadi tiga gadis itu hanya ikut bergabung di salah satu meja di ujung."Jadi, nama kalian siapa? Waktu itu kita belum sempat kenalan.""Gue udah lupa nama lo," jawab Kalea santai.Deon mengulurkan tangannya. "Saya Deon, dan yang itu Jonan. Kalau Elkan gak harus saya kenalin juga, kan?""Saya Adel, ini Oliv, dan yang nyebelin itu Kalea," jawab Adel cepat sambil menerima uluran tangannya."Nama yang cantik untuk orang yang cantik.
Pagi ini Elkan bangun lebih awal untuk membuat sarapan sendiri. Meski terlihat tidak meyakinkan, sebenarnya Elkan bisa memasak beberapa menu kesukaannya. Untuk jaga-jaga saat asisten rumah tangganya tidak bisa masuk kerja seperti ini."Aaaa!"Teriakan dari lantai atas membuatnya terkejut. Elkan mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum bergegas menyusul ke arah suara tadi,.yang berasal dari kamarnya. Memastikan jika tidak terjadi sesuatu di sana.Sebagai informasi, semalam Elkan membawa Kalea ke rumahnya. Dia sudah mencari kunci rumah milik Kalea di dalam tas gadis tersebut, namun tak juga ditemukan. Karena saat itu Kalea juga sedang mabuk, jadi tak pikir panjang untuk Elkan membawa Kalea ke rumah.Di dalam kamar sana terlihat Kalea yang menutupi tubuhnya dengan sebuah selimut. Elkan mencoba menahan tawa saat gadis itu berguling di atas kasurnya. Entah apa yang sedang dilakukan Kalea saat ini."Kamu sudah bangun?" tanya Elkan masuk ke dalam kamar. Kalea langsung menghentika aksinya. I
Kalea mendorong pria di depannya. Setelah melakukan ciuman yang panas Kalea baru sadar apa dilakukannya. Gadis itu menjauh sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan.Sementara itu Elkan terkihat mengusap bibirnya yang basah karena saliva. Elkan tidak bohong jika ciuman tadi memang memabukan untuknya. Dari cara Kalea membalas sepertinya ini yang pertama untuk gadis itu. Ah, rasanya Elkan tidak terima ciuman itu berakhir begitu saja."i think, you look like you've never been kissed," bisiknya dari samping. "but you're so charming, girl."Kalea membuang wajahnya ke samping dengan menghela nafas kasar. "You're bastard!""Yes, I'am baby," jawab Elkan santai. "Jadi itu memang ciuman pertama? Tidak buruk juga, walaupun kamu tidak membalasnya tadi. Kita harus coba lagi lain waktu.""In your dream!""Of course. In my dreams we'll kiss and go fuck so hard!"Kalea membulatkan matanya. Ingin sekali Kalea memukul mulut kotornya itu. Memang gila pria di depannya ini. Dia tau Elkan hanya ingin ber
Saat ini Kalea berada di dalam bis menuju kampus. Kebetulan sekarang dia ada kelas siang. Tubuhnya bersandar di kursi sambil menatap jendela mengarah ke jalan. Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Sekelibat kejadian tadi pagi melintas di kepalanya.Tanpa sadar tangannya menyentuh bibirnya sendiri. Kenapa dia membayangkan saat ciuman bersama Elkan? Tidak! Kalea menggeleng cepat. Dia tidak boleh memikirkan si pria mesum itu."Dia itu pria hidung belang. Pasti bukan cuma gue korbannya. Liat aja, gue yang akan bikin lo bertekuk lutut.""Ck, dompetnya ke mana, ya?"Kalea menoleh saat mendengar decakan di sampingnya. Entah sejak kapan di sana ada siswi SMA yang baru pulang sekolah. Terlihat sedang membuka tas-nya mencari sesuatu."Cari apa?" tanya Kalea basa-basi."Ini, Kak. Lagi cari dompet.""Buat ongkosnya gak ada?" Kalea merogoh saku celananya. "Pakai uang aku aja."Gadis remaja itu sempat m
Kalea berjalan masuk ke butik. Setelah kuliahnya selesai dia langsung pergi ke butik karena salah satu karyawan bilang ada yang menunggunya sejak tadi. Padahal tadinya Kalea hendak pergi bersama Adel ke luar."Mbak, Ibunya ada di sana. Kami sudah mau melayani tapi maunya sama Mbak Kalea," ucap karyawannya."Emang Mbak Mia kemana?""Gak masuk kerja. Memangnya gak kasih tau Mbak Kalea?"Ia menggeleng pelan. "Enggak, tuh. Gak ada bilang apa-apa. Yaudah aku masuk dulu ke dalam."Kalea melepas tas-nya dan disimpan di kursi. Ia menghampiri seorang wanita yang memunggunginya, melihat-lihat pakaian. Kalau tidak salah beberapa hari yang lalu Ibu ini pernah datang ke butiknya."Ada yang bisa saya bantu, Bu?"Wanita itu membalikan badannya. "Saya suka sama bahan pakaian yang ada di butik kamu. Kebetulan seminggu lagi anak saya mau betunangan. Saya mau pesan pakaiannya di sini, dan nanti lusa saya balik lagi. Kalau hasilnya bagus sa
"Emang paling pusing kalau udah semester akhir. Gila aja lo suka sama sama Dosen killer kayak gitu."Adel mencak-mencak sambil keluar dari ruang Dosen. Dia baru saja mengirimkan tugas miliknya pada Pak Rendi, sang Dosen pengajar yang menurut temannya lebih menarik. Padahal apa yang menarik?Dia sudah mengerjakan tugas semalaman namun ditolak begitu saja, sedangkan Kalea malah tertawa melihatnya. Memang dosen yang satu itu tidak menerima tugas mahasiswanya begitu saja. Apalagi untuk orang yang telat seperti Kalea dan Adel."Selera kita itu beda. Daripada tetangga gue yang mesum itu, mending Pak Rendi," kata Kalea menunjukan senyum lebarnya."Tunggu! Maksud lo Pak Elkan? Kenapa tiba-tiba lo bahas dia?" Adel memasang senyum mengejek. "Lo lagi mikirin dia?"Kalea yang mendengar itu mengibaskan tangannya asal. "Ya enggak, lah. Gue cuma kasih tau lo aja, kalau cowok kayak Pak Rendi lebih menggoda. Keliatan keren gitu.""Alah, nanti jug
Huek...Kalea mengusap mulutnya dengan air mengalir dan menatapnya di depan cermin. Tiba-tiba saja ia merasa mual. Kalea sempat berpikir ke arah lain apalagi dia telat haid 2 Minggu."Masa udah hamil lagi, sih? Jangan dulu dong. Kenan masih kecil."Kalea memang selalu menjaga dirinya setiap berhubungan dengan Elkan. Dengan memiliki suami yang selalu berhasrat membuat Kalea takut kebobolan. Dia ingin memiliki anak kedua jika Kenan memang sudah berusia 5 tahun agar dia juga masih mendapat perhatian dengan cukup.Wanita itu pergi ke luar kamar mandi dan mencari Elkan dan Kenan. Ayah dan anak itu ternyata berada di luar rumah. Elkan tengah mencuci mobilnya sedangkan Kenan bermain busa dengan sebuah bebek mainan yang terapung."Kenan main apa?" tanya Kalea ikut berjongkok di samping anaknya."Bun..""Main sabun? Bajunya basah ini. Nanti masuk angin sayang. Ini pasti Papa yang ajarin, kan?"Kenan yang dibawa-bawa langsung berbalik. "Kenapa aku? Itu mau anak kamu kok.""Anak kamu juga ini. S
2 tahun kemudian.Waktu terasa begitu cepat bagi orang tua untuk melihat tumbuh kembang sang anak. Contohnya Elkan, apalagi semenjak memiliki anak dia banyak menghabiskan waktu di rumah dan bekerja dari rumah. Hal itu juga yang membuat Kalea senang karena Elkan bisa membagi waktunya dengan baik.Kenan, anak itu sudah berusia 2 tahun sekarang. Semakin lucu dan semakin terlihat tampan seperti ayahnya. Bukan hanya parasnya yang menarik perhatian, tapi juga kepintarannya karena dia sudah mulai belajar berbicara. Selama di tahun kedua itu juga Kalea dan Elkan sama-sama banyak belajar. Menjadi orang tua tidak semudah itu. Bahkan tak menampik jika terkadang mereka bertengkar kecil. Namun itu juga tak akan lama karena diantara mereka akan selalu ada yang mengalah. Mungkin bisa dikatakan Elkan lebih banyak mengalah."Elkan! Udah siap belum?" teriak Kalea dari lantai bawah. Tak lama kemudian datanglah Elkan dengan Kenan di gendongannya. Bocah dua tahun itu merentangkan tangannya saat melihat K
"El bangun," bisik Kalea menepuk pipi Elan dengan pelan. Dia tidak ingin sang anak yang tengah tertidur jadi ikut terbangun."Eum.. ada apa?" gumam Elkan membuka matanya perlahan. Ia menarik tangan Kalea agar kembali berbaring di atasnya. "Aku masih ngantuk, Beb.""Bangun! Ini udah jam tujuh, nanti kan mama sama Papa mau ke sini. Aku mau mandi, kamu jagain Kenan, ya."Pria itu menekuk wajahnya. "Gak bisa mandi bareng, dong?"Kalea terkekeh pelan dan mengecup suaminya lembut. Maklumi saja karena Elkan ini memang sedikit gila dan dia mesum. Tapi terhitung sudah 4 bulan mereka tidak melakukan hubungan suami istri. Jadi sebagai pria Elkan sangat menginginkan hal itu. "Nanti tunggu Kenan besar.""Lama banget dong, Beb.""Aku mau mandi dulu, ya. Dah..." Wanita itu tertawa sambil bergegas masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Elkan yang kini mendengus pelan.Tapi tidak apa-apa, dia juga hanya bercanda. Elkan tau Kalea masih baru beberapa hari ini melahirkan anaknya. Jadi Elkan hanya meng
Hari ini Kalea sudah bisa dibawa pulang bersama bayinya. Kalea menggendong bayinya dengan hati-hati dengan Elkan yang membawa tas, berjalan di belakangnya. Hari ini katanya khusus hari untuk Kalea dan Elkan bersama anaknya. Setelah ini barulah nanti orang-orang bisa bebas bermain dengan anak mereka.Untuk membiasakan diri sebagai orang tua baru. Kalea dan Elkan ingin mereka memiliki waktu bertiga terlebih dahulu. Dan dimulai sekarang Elkan akan menetapkan bahwa satu Minggu sekali dia ingin ada hari dimana mereka benar-benar bertiga."Selamat datang." Elkan membuka pintu apartemen lebar, membiarkan istri dan anaknya masuk lebih dulu."Makasih Papa," kata Kalea dengan suara anak kecil.""Sama-sama sayang."Elkan meletakan tas-tas berisi pakaian Kalea dan menghampiri istrinya tersebut. Setelah dipikir-pikir sepertinya Elkan berniat untuk pindah membeli rumah lagi. Jika tetap tinggal di apartemen pasti sulit juga, apalagi kini mereka sudah punya bayi. Sebenarnya Elkan juga belum menjual r
Setelah dua bulan perginya Belina ke Swiss, keluarga Cyrano mulai terbiasa. Mereka sering mendapat kabar dari Belina. Dan jika tidak ada kabar darinya maka Elkan akan meminta kabar dari Jonan. Pria itu cukup sering melihat Belina di asrama sekolah untuk memastikan keadaannya. Hal yang terdengar menenangkan adalah Belina kembali bisa bersosialisasi seperti biasa. Contohnya dengan Jonan, dia tidak takut seperti sebelumnya. Belina mulai terbiasa dan mulai melupakan masalahnya. Fokusnya hanya pada sekolah."Aw!" Kalea mendudukkan dirinya di kursi sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Kalea! Lo kenapa?" Adel bergegas menghampiri sahabatnya itu. Hari ini Kalea, Adel, dan Oliv berada di apartemen Kalea. Akhir-akhir ini mereka berdua memang sering menemui Kalea. Karena tengah hamil besar, tidak mungkin juga mereka membiarkan Kalea keluar rumah hanya untuk bertemu, jadi lebih aman jika Adel dan Oliv yang mendatanginya. Lagipula Elkan tidak mengizinkan istrinya itu keluar rumah tanpa
Belina berjalan masuk ke dalam rumah dan menatap Kakaknya yang tengah diobati oleh Kalea. Akibat kecelakaan tadi mereka langsung pulang. Kalea benar-benar khawatir meskipun Elkan mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Memang tidak ada luka serius. Hanya telapak tangan yang berdarah dan celana bagian lutut yang sobek, namun tak ada luka parah di lututnya. Belina tak berani mendekat karena dia merasa bersalah. Dengan perlahan Jonan lagi-lagi mendekatinya. Namun kali ini Belina menghindar."Jangan deket-deket!"Pria itu tersenyum kecut. "Maaf." Ia sedikit menjauh dari perempuan di sampingnya. "Elkan itu gak sebrengsek yang kamu pikir. Dia cuma main-main sama ceweknya dulu. Gak ada paksaan sama sekali. Mungkin kamu jijik dengernya, tapi itu Elkan. Setelah Kalea datang, Kakak kamu itu gak pernah main cewek lagi. Dan ketakutan Elkan itu, adek ceweknya ketemu sama cowok yang gak bener. Karena dia gak mau kamu kenapa-napa.""Tetep aja ini karma." Belina menunduk memainkan ujung kaosnya."Jan
"Udah siap? Kita berangkat sekarang, yuk." Pagi ini Kalea dan Belina bersiap untuk jalan-jalan pagi ke luar. Bukan hanya mereka berdua, tapi ada Adel dan Oliv juga. Mereka mendukung Belina agar bisa berani ke luar rumah. Karena mereka juga tau kalau Belina tidak memiliki teman dekat di sekolahnya."Tapi, aku takut, Kak. Aku takut ketemu sama cowok," kata Belina memainkan jarinya."Gak semua laki-laki itu sama. Lagian ada aku, ada Adel, sama Oliv. Kita jagain kamu. Tapi kalau kamu gak mau gak apa-apa, deh. Padahal sebenernya aku lagi ngidam pengen makan bubur di taman sama kamu juga.""Kak..""Gak apa-apa kalau kamu mau ponakan ileran. Aku pergi sama temen-temen aku aja." Kalea mengusap perutnya dengan wajah memelas. Melihat itu Belina jadi tidak enak. Bagaimanapun juga ngidamnya ibu hamil kan harus dituruti. Diam-diam Kalea tersenyum senang saat adik iparnya itu mulai berpikir ulang. "Ya udah, kita berangkat sekarang."Adel membuka pintu kamar Belina lebar. "Ayo pergi sekarang."Kee
Sudah sekitar beberapa hari ini keadaan Belina semakin membaik. Dia tidak lagi berteriak saat melihat pria, namun untuk soal komunikasi memang masih sedikit sulit. Hari ini lagi-lagi Kalea mengantarkan makanan untuknya. Kali ini kesukaan Belina, yaitu sup Ayam.Ketika pintu kamar terbuka Kalea bisa melihat Belina yang sedang menyiapkan obat yang akan diminumnya. Namun bukan satu atau dua, tapi sekitar lima. Itu gila. Dengan cepat Kalea menghampirinya dan meletakan nampan di atas meja."Kamu ngapain?!" Kalea menepis tangan Belina hingga obat-obat itu berserakan. "Kamu mau overdosis?"Belina menatap obat miliknya yang jatuh. "Kenapa dibuang?" tanya Belina sambil mengepalkan tangannya."Kamu overdosis kalau minum obat sebanyak itu sekaligus. Obat apa itu?""Supaya aku gak hamil. Aku gak mau hamil."Kalea tertegun beberapa saat. Ternyata Belina beberapa hari ini mengkonsumsi obat anti hamil agar tidak ada janin yang tumbuh di rahimnya setelah kejadian itu. Namun jika meminum sebanyak itu
Hari ini adalah pemeriksaan Belina untuk kedua kalinya. Belum ada perubahan, dan dia terus melamun dan menyendiri. Untuk masalah makan, dia hanya makan sedikit itupun dengan susah payah dibujuk. Dan tau siapa yang berhasil membujuknya? Psikolog itu sendiri.Kalea turun dari tangga menuju ke ruang bawah menyusul Elkan yang menunggunya di mobil. Hari ini Elkan mau kembali bekerja seperti biasanya, dan Kalea akan pergi bertemu dengan Adel. Karena masalah yang menimpa Belina, mereka berdua memang sepakat untuk tinggal di rumah orang tuanya Elkan sampai Belina menjadi lebih baik."Kalea," panggil Domini yang baru saja keluar dari kamar Belina. Ya, pria tua itu datang pagi-pagi untuk melihat keadaan cucunya. Dia menghampiri Kalea yang menuju ke luar rumah. "Bisa bicara sebentar?""Oh, boleh."Kalea tersenyum canggung saat mereka kini berdiri berhadapan. Setelah mengetahui bahwa Kakek ini adalah Kakeknya Elkan, Kalea jadi sedikit sungkan. Sementara Domini terlihat biasa saja."Ada apa, Kek?