Suasana pesta semakin meriah setelah hampir semua tamu undangan datang. Sebagian dari mereka adalah para ekspatriat yang bertempat tinggal di Sanur, Seminyak dan Canggu.Jose dikenal sebagai sosok yang ramah dan humble. Sikapnya yang terbuka dan menyenangkan membuatnya mudah bergaul dengan siapa saja tidak terbatas hanya dengan kaum ekspatriat."Nana, Erick, kalian bertetangga bukan?" Jose bertanya saat mereka telah duduk bersama menikmati hidangan pembuka yang telah disiapkan tuan rumah dan tentu dilengkapi dengan salad buah buatan Nana.Mereka berempat memilih duduk di salah satu sudut taman di dekat kolam renang yang jernih airnya seakan menggoda untuk diarungi. Laura atau Jose sesekali akan meninggalkan meja untuk menyambut tamu yang baru datang atau menyambangi mereka yang sudah duduk menikmati musik dan hidangan."Iya, villa kami bersebelahan. Aku tidak mengira akan memiliki tetangga yang manis dan cute seperti dia setelah pindah kemari." Erick menjawab dengan santai seakan seti
Nana tertegun mendengar ucapan Erick yang lebih mirip sebuah doa. Perlahan didongakkannya kepalanya menatap wajah tampan yang selalu hadir di dalam angannya.Harus diakuinya sedari awal bertatap muka dengan si kucing garong melalui panggilan video, Nana terpesona dengan senyum manis Erick.Seperti yang dikatakan Kanjeng Mami, Erick gambaran Nyong Ambon manise. Dengan kulit kecoklatan eksotis, perawakan tinggi tegap dan sederet gigi putih bersih yang selalu dipamerkannya setiap tersenyum manis. Senyuman manisnya menggetarkan hati Nana dan membuatnya selalu merindukannya."Untung Abang datang. Kalau nggak mungkin aku sudah tertimpa rak itu." Nana berucap manja seakan mengeluh sekaligus mengadu."Iya Abang tadi cari kamu karena kamu nggak balik sama Laura. Perasaan Abang nggak enak. Kata Laura kamu masih di wine cellar, jadi Abang menyusul kesini." Jelas Erick sembari menyentuh pipi Nana dengan lembut."Apa yang mau kamu ambil sampai berjinjit dan hampir jatuh?" Lanjutnya bertanya pada N
Nana tidak melihat mobil si kucing garong saat hendak pulang. Rupanya Erick telah pulang terlebih dahulu."Mbok Nana, ini winenya." Kadek, pria asli Bali yang bekerja di villa Laura membantunya membawakan keranjang rotan berisi wine tadi."Suksma ya Dek." Nana mengucapkan terimakasih sembari menyelipkan selembar uang kertas pada pria muda itu"Mewali Mbok Nana." Sahutnya dengan ramah.Dengan panduan Kadek, Nana memutar mobilnya dan kemudian meninggalkan villa milik Laura. Melaju kembali ke villanya sendiri.Memang belum larut malam, namun jalanan mulai sepi. Bahkan sudah tidak banyak aktivitas di komplek villa tempat tinggalnya. Dengan penerangan lampu jalan yang temaram, membuat suasana semakin terasa sepi.Nana berhenti di pelataran terbuka di depan villanya dan kembali memutar mobilnya untuk memarkir mobilnya dengan rapi. Dia selalu berusaha untuk memarkir kendaraannya dalam posisi yang memudahkannya jika besok dia hendak mengendarainya.Baru saja hendak turun dari mobilnya setelah
Disibukkan dengan beberapa hal dan juga karena sempat sakit setelah pulang dari kampung halamannya, membuat Nana abai akan perawatan dirinya akhir-akhir ini. Meski tidak terlalu rutin ke salon atau berbelanja tetek bengek keperluan wanita, tapi rasanya sudah terlalu lama dia tidak memanjakan diri.Sore ini setelah kembali dari tokonya, Nana memutuskan untuk pergi ke salon langganannya. Sayangnya salon tutup karena ada upacara adat.Dengan enggan diputarnya mobilnya kembali ke arah semula. Setelah menyusuri Jalan Pemogan, Nana memutuskan untuk kembali ke arah By Pass Ngurah Rai dan berencana untuk menuju Renon. Di sana cukup banyak salon-salon perawatan yang cukup bagus.Tiba di Renon, Nana memarkir mobilnya di salah satu pusat pertokoan. Setelah itu dengan santai menelusuri satu demi satu toko, gerai, butik dan salon sembari sesekali berhenti jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya.Di salah satu sudut pertokoan, sepertinya ada butik dan salon yang baru dilihatnya. Cukup lama dia t
Erick menekuri smartphone-nya. Sederetan foto disertai sebuah pesan, sedari sore tadi telah menganggu pikirannya. Entah apa maksud Tania mengirimkan foto-foto itu padanya.@Tania[Tetangga sebelah]Awalnya Erick tidak segera menanggapi pesan dari istrinya itu. Namun pesan-pesan selanjutnya mau tidak mau membuatnya sedikit meradang.@Tania[Lumayan cantik sih][Tapi sepertinya hobi menghabiskan uang][Bukan tipemu kan yang modelan begini]@Erick[Maksudnya?]@Tania[Sepertinya kalian akrab lho][Aku perhatikan kok waktu di pestanya Laura kemarin]@Erick[Tania][Jangan mulai lagi][Jangan membuat keributan yang tidak perlu]@Tania[Lho papi kenapa?][Aku cuma bilang kalian akrab kok]@Erick[Basi tahu cara kamu itu][Sudahlah][Jangan kepo dengan urusan tetangga]@Tania[Aku nggak kepo][Cuma heran saja][Papi akhir-akhir ini anteng][Aku pikir sudah bosan berpetualang di dunia maya][Rupanya berpetualang ke rumah tetangga]@Erick[Astaga Tania][Terserahlah kamu mau ngomong apa]Erick
Nana mendesah pelan, meregangkan kedua tangannya dan memutar pinggangnya. Seharian ini dia sibuk di dapur toko kuenya. Ada beberapa pesanan kue dari pelanggannya.Dilepaskannya apronnya dan meletakkannya di keranjang khusus untuk apron kotor. Setelah itu dia bergegas menuju kamar mandi, mencuci tangan dan mencuci wajahnya agar terasa segar setelah seharian berkutat di dapur.Kembali ke ruangan kerjanya, Nana kembali disibukkan dengan laporan penjualan dan pengeluaran di toko-tokonya.@Naina[Hello madam][Saya sudah mengirimkan laporan penjualan ke email]Pesan dari salah satu karyawannya di toko kue cabang Singapura mengalihkan perhatiannya.@Nana[Oke Nai][Nanti saya periksa][Bagaimana di sana?][Ramai?]@Naina[Baik Madam][Lumayan ramai][Bulan ini ada peningkatan][Sepertinya keputusan madam untuk menyajikan kue klasik China di perayaan tahun baru kemarin sangat tepat][Banyak peminatnya]@Nana[Bagus kalau begitu][Mungkin bulan depan saya baru bisa ke sana lagi]@Naina[Baik
"Ini villa utamanya bang. Ada empat kamar, ruang tamu, ruang keluarga dan pantry yang menyatu dengan ruang makan." Nana membuka pintu kaca geser dan menggesernya lebar-lebar."Hanya satu lantai ya?" Erick perlahan memasuki bangunan utama."Iya, karena memang menonjolkan desain tradisional, jadi tidak bisa dibuat dua lantai. Tapi ada tiga buah paviliun, di kanan, kiri dan yang kamarku tadi." Nana menunjuk dua buah bangunan lainnya."Bisa lebih privasi ya." Erick kini membuka pintu kamar utama."Aku suka desainnya dan penghawaannya. Tanpa pendingin ruangan, cukup sejuk lho, ikan." Komentarnya saat berkeliling kamar."Iya, memang didesain seperti itu. Mau ke paviliun?" Nana duduk di atas tempat tidur memperhatikan Erick yang tengah mengambil beberapa foto sudut-sudut villa dan kamar."Boleh, tapi setelah ini ya. Abang mau ambil foto-foto dulu." Erick masih sibuk mengambil foto dari beberapa sudut.Nana hanya tersenyum dan masih duduk di atas tempat tidur. Sejujurnya dia jarang mengunjung
Suasana villa setiap sore hampir selalu ramai. Ternyata kawan yang dimaksud oleh Erick adalah saudara-saudaranya dari Papua dan Manado. Mereka berlibur di Bali dan menyewa villa selama dua minggu.Nana mempercayakan semua urusan di villa pada Mbak Dian dan Mbok Made, dua karyawannya yang telah cukup lama bekerja padanya. Keduanya sudah memahami job desk mereka hingga Nana hanya mengawasi dan memastikan semuanya sesuai dengan permintaan para tamu.@Erick[Ikan][Nanti malam mereka mau ngadain pesta barbeque]Pesan itu diterima Nana di pagi hari saat dia baru saja bersiap hendak ke toko kue di Seminyak.@Nana[Oke][Nanti aku siapkan][Abang rinci saja menu yang mereka mau]@Erick[Ah atur sajalah ikan][Mereka pemakan segala][Batu dan pasir saja mereka nggak doyan][Wkwkwkwkw]@Nana[Hahahaha][Oke-oke][Nanti aku siapkan]@Erick[Terimakasih ya ikan]@Nana[Sama-sama bang]Nana menggelengkan kepalanya dan bergegas berpamitan pada Mbak Siti. Akhir-akhir ini dia cukup sibuk dengan toko-