TESTPACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKU
POV MAYRA
Jantungku berpacu dua kali lipat saat mendapati benda pipih terjatuh dari tas sekolah anak lelakiku. Dengan tangan yang gemetar aku mengambil benda yang memiliki garis dua itu, bau air seni masih tercium dari benda itu. Jelas jika testpack ini bekas pakai.
“May, mana sarapannya?” Suara Mas Ardi berteriak dari dapur. Aku menyimpan benda itu di saku daster, belum saatnya mengatakan pada suamiku. Bahkan aku masih berharap jika apa yang ada dalam benak ini hanya kesalahpahaman saja.
“Aku tadi beresin dulu kamar Nathan, Mas,” jelasku. Tangan ini dengan cekatan menyiapkan makanan untuk suami dan anakku. Nathan masih berada di kamar mandi.
“May, bonus lembur bulan ini mau Mas kasih buat ibu semuanya, Ibu lagi sakit. Nggak apa-apa 'kan?” tanyanya sambil menyantap sarapan.
Mas Ardi selalu mengatakan padaku untuk apa saja uangnya dipakai. Biasanya Mas Ardi akan memberikan setengah dari bonus lembur untuk ibu mertua, sebenarnya aku tidak pernah mempermasalahkan soal itu, karena Mas Ardi tetap mengutamakan kebutuhanku dan Nathan.
“Iya, Mas.” Aku hanya menjawab singkat.
“Kamu sakit? kok wajahnya pucet gitu,” tanya Mas Ardi.
Aku menjawabnya dengan gelengan kepala sambil tersenyum. Mungkin efek tadi aku terlalu kaget dengan apa yang kulihat. Nathan datang dengan seragam sekolahnya, ia hanya berdiri mematung.
“Duduk, Nak. Sarapan dulu,” seruku.
“Nathan belum laper, Bu. Nanti makan di kantin aja,” jawabnya.
“Ayah bangga sama kamu, Nak. Kamu bisa mempertahankan juara umum pertama di sekolah selama dua tahun berturut-turut,” tutur Mas Ardi sambil menepuk pelan pundak Nathan.
Anakku memang sangat ulet dan tidak neko-neko. Ia juga tidak seperti anak-anak pada umumnya yang suka jalan-jalan bersama temannya saat weekend. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah, kadang aku yang memaksanya untuk pergi bersama teman-temannya yang lain. Tidak ingin anakku menjadi orang yang punya jiwa introvert.
“Ya udah, yuk berangkat!” ajak Mas Ardi, ia merangkul pundak Nathan sambil berjalan ke depan.
Aku merasa menjadi wanita beruntung karena memiliki suami pengertian seperti Mas Ardi dan anak penurut seperti Nathan. Aku menatap mobil yang membawa suami dan anakku berjalan menjauh. Tempat kerja Mas Ardi dan sekolah Nathan satu arah, makanya mereka selalu berangkat bersama.
Aku menepuk jidat saat mengingat jika tadi aku di buat cemas dengan testpeck bergaris dua itu. Saat Nathan pulang sekolah akan kutanyakan padanya mengenai benda ini.
***
Aku menunggu dengan cemas Nathan yang belum pulang, sudah jam lima sore tapi anak itu belum terlihat batang hidungnya. Tidak biasanya Nathan pulang telat, jikapun telat ia akan mengatakannya padaku. Mencoba menghubunginya tapi tidak diangkat.
Deru suara mobil membuatku langsung melangkah ke arah pintu dan menyambut kepulangan Mas Ardi. Mencium tangannya dan membawakan tas kerjanya. Mas Ardi bekerja sebagai staff HRD di salah satu perusahaan swasta.
“Mana Nathan? Aku udah beliin kado buat dia.” Mas Ardi terlihat antusias. Ia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam paper bag dan memperlihatkannya padaku. Sebuah ponsel dengan logo apel tergigit itu adalah ponsel impian Nathan.
“Nathan belum pulang, Mas. Mungkin ada kelas tambahan,” jawabku asal. Aku saja tidak tahu dimana Nathan saat ini.
Mas Ardi memilih untuk mandi dulu sebelum Nathan datang, ia juga mengatakan akan mengajakku dan Nathan untuk makan malam di luar. Jika sudah seperti ini suasana hati Mas Ardi pastilah sedang senang.
“May ….”
Suara teriakan Mas Ardi membuatku berlari menghampirinya. Mataku terbelalak saat melihat ia memegang testpack di tangannya, testpack yang aku temukan di tas Nathan tadi pagi.
“Ka–kamu hamil, May?” tanyanya. Senyum merekah di wajahnya, mungkin ia mengira jika aku hamil. Memang aku dan Mas Ardi sedang program untuk memiliki anak kedua.
“Ma–mas … a–ku.” Lidah ini rasanya kelu, tidak sanggup untuk berkata-kata.
“Aku seneng banget.” Mas Ardi berkata sambil memeluk tubuhku dengan erat.
Suara Nathan yang mengucapkan salam membuatku melepaskan diri dari dekapan Mas Ardi dan menemui anakku itu.
“Kena–” perkataanku terhenti saat melihat wajah Nathan yang lebam dan darah segar terlihat di sudut bibirnya.
“Kamu kenapa, Nak?” tanyaku cemas sambil memegang wajah anakku itu.
Nathan tidak berbicara, ia menunduk. Setetes air mata terjun bebas membuatku semakin cemas. Aku langsung memanggil Mas Ardi.
“Ma–maafin, Nathan ….”
Aku dan Mas Ardi terdiam, menunggu Nathan menyelesaikan ucapannya.
“Nathan di pukuli sama Papanya Kayra,” uangkapnya.
“Kamu ada salah apa sampai di pukuli kayak gini?” tanya Mas Ardi.
“Kayra ha–hamil,” jelasnya.
Aku menggeleng pelan sambil mengguncang pundak Nathan.
“Katakan, bukan kamu yang melakukannya 'kan? Ayahnya Kayra cuman salah paham?” tanyaku bertubi-tubi. Aku menarik nafas dalam sebelum mendengar apa yang akan dikatakan oleh putraku itu.
“Maaf ….”
Lutut langsung lemas seketika, tubuhku roboh ke lantai. Netra ini memanas diiringi buliran bening yang berlomba keluar dari pelupuk mata. Kata maaf yang dikatakan Nathan mewakili pertanyaan yang sedari pagi bersarang di benakku.
“Hahaha … Ternyata kamu juga bisa ikutan kaya orang-orang, ya. Masa orangtua sendiri di prank kayak gini?” seru Mas Ardi sambil tertawa, ia berjalan mendekat pada Nathan dan menepuk pundak anak itu. Aku menggelengkan kepala dan mencoba berdiri menghampiri suamiku.
“Mana mungkin 'kan kamu melakukan hal bejat itu, kamu itu kebanggan Ayah!” lanjutnya.
“Maaf, Yah. Tapi anak kebanggaan Ayah ini memang melakukan hal bejat itu,” tutur Nathan pelan.
Aku tidak sanggup untuk berkata-kata, dada ini rasanya sesak. Duniaku rasanya runtuh saat mengetahui putra yang selalu kubanggakan bisa melakukan hal sekeji itu. Aku merasa menjadi orangtua yang gagal untuk Nathan.
“Apa? coba katakan sekali lagi! Yakinkan Ayahmu ini kalau semua yang kamu katakan itu cuman omong kosong!” seru Mas Ardi, tangannya mengguncang pundak Nathan dan mencengkramnya.
“Ma–maaf, Yah. Nathan yang melakukannya, Nathan yang bertanggung jawab atas kehamilan Kayra,” akunya.
Bisa kulihat kemarahan dari sorot mata Mas Ardi, tangannya mengepal. Bahkan netranya kini memerah dan setitik air mata lolos membasahi pipinya yang langsung dihapus dengan kasar.
“May, apa dia putra kita? putra kita yang polos dan penurut? atau ini cuman mimpi?” tanya Mas Ardi padaku, aku semakin tergugu. Air mata sudah tidak bisa lagi dibendung. Mulut ini seperti terkunci, tidak bisa mengatakan apapun.
“May … katakan padaku kalau semua ini tidak benar!” sentaknya.
“Maafin Nathan, Yah, Bu. Nathan salah,” seru Nathan. Ia berlutut di depanku dan Mas Ardi sambil menangis.
“Maaf? Kau bilang maaf … setelah mendapatkan akibatnya baru kau menyadari betapa hinanya perbuatanmu itu!? Kasih sayang yang kami berikan kau balas dengan melemparkan kotoran ke wajahku dan Ibumu! Apa masih kurang segala yang kuberikan? Apa aku terlalu keras padamu atau kasih sayang yang kuberikan kurang hingga kau menghadiahi ini sebagai balasan atas ketidak puasan itu!” seru Mas Ardi dengan berapi-api.
“Nathan khilaf, Yah,” sesalnya sambil mencoba memeluk kaki ayahnya itu tapi langsung ditepis dengan keras oleh Mas Ardi. Mas Ardi pergi ke kamar Nathan, entah apa yang dilakukannya. Ku akui, diri ini memang terluka tapi seorang ibu tidak akan pernah tega mengabaikan anaknya dalam keadaan seperti ini.
Bersambung ….
TESTPACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUPOV MAYRAAku mendekap erat tubuh Nathan mencoba menenangkannya meskipun aku tahu semua itu percuma.“Maafin, Nathan, Bu,” lirihnya. Bisa kurasakan penyesalan yang sangat dalam dari Nathan, tangisnya sangat pilu, pundaknya bergetar hebat.“Argh!”Prang!Suara kaca pecah itu membuatku langsung melepaskan pelukan Nathan dan berlari ke sumber suara. Aku membelalak melihat cermin di kamar Nathan pecah berhamburan. Mas Ardi membuka lemari dengan kasar dan memasukan baju Nathan ke dalam tas di tangannya.“Mas, tolong jangan lakuin ini.” Aku memohon, mencoba menahan tangan Mas Ardi, tidak sengaja jemariku menyentuh cairan kental berbau amis yang menetes dari jari tangannya. “Mas, tangan kamu luka,” tegurku. Mas Ardi pasti melukai dirinya sendiri.“Luka ini nggak ada apa-apanya dibandingkan luka yang ada di sini,” tutur Mas Ardi sambil menepuk kuat dadanya.Aku juga sama terlukanya dengan Mas Ardi. Orangtua mana yang tidak terluka melihat anak yang sanga
TESTPACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUPOV MAYRABagaimana aku menyelesaikan masalah ini tanpa Mas Ardi? Lebih baik meminta saran pada Mbak Syifa. Selesai ganti pakaian, aku mengirimkan pesan pada Mas Ardi, mengatakan jika akan pergi ke rumah Mbak Syifa, tidak ada balasan. Mencoba menjadi istri yang baik, kemanapun akan pergi harus izin pada Mas Ardi. Mencoba menjadi istri yang baik? Aku menertawakan diriku sendiri. Menjadi ibu saja aku merasa gagal.Suara klakson membuatku mengintip dari celah jendela, itu ojek online yang baru saja ku pesan. Perjalanan dari rumah ke rumah Mbak Syifa tidak terlalu jauh jika menggunakan kendaraan pribadi. Dua puluh menit perjalanan, aku kini berdiri di depan pintu bercat putih itu. Menunggu sang empunya membukakan pintu.“Masuk, May,” ajaknya. Air muka Mbak Syifa tidak seperti biasanya, dia adalah sosok yang selalu ceria dan murah senyum. Apa Nathan sudah menceritakan semuanya pada Mbak Syifa?“Dimana Nathan, Mbak?” tanyaku, mengedarkan pandangan menca
TESTPACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUPOV MAYRASepertinya Mas Ardi sudah membaca pesan yang ku kirimkan tadi.“Bukankah aku sudah bilang. Aku tidak ingin anak itu ada di rumahku!” tegasnya.Sudah diduga, Mas Ardi pasti akan marah. Tapi aku tidak ingin mengalah untuk saat ini. Jika bukan di sini di mana Nathan akan tinggal. Sedangkan orangtua Kayra tidak ingin juga mereka tinggal di sana.“Mas … aku mohon kamu bisa ngerti,” mohonku sambil menggenggam tangannya. Dia langsung menepisnya dengan kasar.“Ngerti? ngerti apa hah?! Aku gak bisa toleransi kesalahan kayak gini!” tekannya.“Mas, apa kamu tega–”“Tega? Anakmu itu lebih tega karena membiarkan orang tuanya menanggung dosa zinanya! Mungkin sampai aku matipun, dosanya akan terus mengalir padaku, meskipun aku mengatakan ingin memutuskan hubungan dengannya!” Mas Ardi memotong ucapanku dengan penuturan yang membuatku bungkam.Air mata ini kembali mengalir deras. Menyadari betapa berat tanggung jawab suamiku sebagai imam. Dia juga ikut m
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUPOV MAYRAPrang!Suara barang pecah itu membuat langsung melepaskan Nathan dari pelukanku dan berjalan ke kamar yang ditempati Kayra karena suaranya berasal dari sana. Pilihan mereka memang untuk berada di kamar yang terpisah, aku hanya membiarkan saja karena itu kemauan mereka.Aku mengetuk pintu kamarnya yang terkunci.“Kay, kamu nggak apa-apa, Nak?” tanyaku dengan cemas.Tak lama pintu itu terbuka menampakkan Kayra dengan matanya yang sembab.“Nggak apa-apa kok, Bu. Tadi gak sengaja gelasnya kesenggol,” jelasnya.“Ya udah kamu lanjut istirahat aja, biar Ibu yang beresin,” balasku.Aku menyuruh Nathan untuk mandi lalu istirahat, dia pasti sangat lelah.Kembali ke kamar setelah membersihkan pecahan kaca di kamar Kayra. Mas Ardi sudah tertidur dengan tasbih di tangannya. Tubuh ini rasanya lelah seharian membersihkan rumah dan halaman, tidak setiap hari memang karena selain ibu rumah tangga aku juga seorang desainer. Bekerja dari rumah karena Mas
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 6POV MAYRA"Nenek 'kan mau kasih eh … apa itu namanya … supris," serunya sambil tertawa."Surprise, Nek." Nathan memperbaiki ucapan Neneknya itu."Iya itulah," balas Ibu Mertua sambil tertawa."May, Abang langsung pulang, ya. Soalnya masih banyak kerjaan," tutur Kakak iparku itu."Gak, minum atau makan dulu, Bang?" tawarku."Lain kali aja. Abang cuman mau nganterin Ibu kok," jelasnya.Dia lalu pamit, aku mengantarnya sampai pagar. Kakak iparku itu memang orang sibuk. Dia memiliki perkebunan yang diurus sendiri.Aku kembali masuk dan melihat Nathan yang sedang berbincang dengan Neneknya."Loh … kenapa, ini?" tanyanya sambil memperhatikan Nathan dari dekat. Luka pukulan di wajah Nathan memang sudah membaik. Hanya saja bekasnya yang belum menghilang."Gak apa-apa, Nek," jawab Nathan."Ibu, mau istirahat atau makan dulu?" tanyaku. Perjalanan yang ditempuh dari rumah Ibu mertua kesini lumayan jauh, hampir empat jam."Ibu mau ngobrol sama cucu kes
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 7POV MAYRA“Bu … Ibu tenang dulu, ya,” ujar Mas Ardi mencoba menenangkan.“Antar Ibu menemuinya!” titahnya. Aku dan Mas Ardi hanya terdiam, tidak tahu harus bagaimana. Takut jika Ibu Mertua akan melakukan hal diluar dugaan pada Kayra nanti.“Kenapa kalian diam, hah?!” bentaknya.Baru kali ini aku melihat Ibu Mertua semarah ini. Siapa yang tidak marah jika masalah yang dihadapi akan mencoreng nama keluarga dan aib itu akan menyebar dengan sendirinya membuat orang-orang akan memandang remeh keluarga ini nanti.“Aku mohon Ibu tenang dulu, ya,” mohonku.Ibu Mertua tidak mendengarkan, ia mencoba turun dari ranjang.Brug!“Ibu ….” teriakku dan mas Ardi.Aku dan Mas Ardi langsung membantu Ibu Mertua untuk berdiri, baru saja satu langkah tubuhnya langsung ambruk. Baru ingat jika kaki Ibu Mertua sakit dan beliau memaksakan diri untuk berjalan.“Lepaskan! Aku bisa berjalan sendiri!” Beliau mencoba menepis tanganku dan Mas Ardi. Tidak ingin terjadi ap
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBab 8POV MAYRAPintu depan terbuka menampakan Mas Ardi yang baru pulang, tadi pagi dia pergi untuk servis mobil karena sudah beberapa bulan tidak tidak di cek kondisinya.“Mas, sini. Kita makan kue bareng-bareng,” seruku.Langkah kakinya terhenti saat suara bel berbunyi, dia hendak berbalik dan melihat siapa yang datang tapi Nathan lebih dulu berjalan keluar untuk membukakan pagar.Ternyata mamanya Kayra yang datang, dia membawa beberapa paper bag entah apa isinya. Kayra yang melihat langsung berdiri dan menghampiri Ibunya yang masih berada di ambang pintu.“Mama kok baru datang sih?” protes Kayra dalam pelukan wanita itu.“Maafin Mama, Sayang,” balasnya.Mas Ardi yang membelakangi pintu memutar badanya, bisa kulihat ekspresinya langsung berubah. Begitupun mamanya Kayra. Apa mereka saling kenal? perasaan aku belum pernah memperkenalkan Mas Ardi pada kedua orangtua Kayra karena kesibukan mereka.“Melissa,” gumam Mas Ardi pelan tapi masih bisa kud
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 9POV NATHANKejadian itu bermula saat aku dan teman-teman sekolahku mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun Nadia di rumahnya. Kebetulan orang tua Nadia bekerja di luar kota dan itu menjadi peluang bagi yang suka mengadakan pesta, tapi tidak dengan diriku.Aku sebenarnya tidak ingin datang, tapi mereka sengaja menyusulku ke rumah agar aku ikut merayakannya. Tidak enak jika menolak akhirnya aku bersedia. Ibu dan Ayah mengizinkannya saat itu, padahal teman-teman mengatakan kami semua akan menginap.Orangtuaku tidak khawatir karena mungkin berpikir orangtuanya Nadia ada disana dan bisa mengawasi kami. Mungkin akan lain lagi ceritanya kalau ibu dan ayah tahu kalau kami melakukan pesta Tanpa pengawasan orang tuanya Nadia.Mereka berjoget diiringi musik yang kencang. Aku hanya duduk di sofa sambil melihat mereka. Tidak ada ketertarikan sama sekali untuk bergabung. Aku bahkan tidak bisa menikmati pesta karena memang bukan gayaku.
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 40POV AUTHORDengan perasaan yang masih berkecamuk Nathan tidak mengurungkan niatnya untuk membuat laporan, ia sudah mengatakan pada sang ibu jika mungkin akan pulang telat karena mengurus masalah ini. Dengan umurnya yang sudah di atas dua puluh tahun Nathan memiliki pemikiran yang sangat matang dalam mengatasi segala permasalahan yang ada.Seorang lelaki berbadan tegap memperhatikan gerak-gerik Nathan dari jauh, ia mengikuti Nathan sampai Nathan kini berada di kantor polisi. Tidak menyadari jika dirinya diikuti, Nathan terlihat santai memasuki gedung bertingkat itu dan langsung membuat laporan. Membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk melaporkan kasus Zoya karena tidak hanya Nathan yang harus dilayani oleh para polisi itu. Nathan menunggu sembari memainkan ponselnya untuk mengusir kejenuhan.Saat namanya dipanggil ia langsung bangkit dan mengatakan tujuannya datang sekaligus memberikan semua bu
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 39POV AUTHOR“Ayah serahkan semuanya sama kamu, Nak. Orang-orang licik itu memang harus dibasmi, kalau kita nggak berani mungkin ada banyak yang menjadi korban,” tutur Ardi dengan tegas.“Pulang dari kampus Nathan baru akan buat laporan ke kantor polisi,” jelas Nathan.“Tapi Ibu takut kalau Zoya melakukan hal yang lebih nekad dari ini.” Mayra mengungkapkan kegundahan hatinya, ia sudah bisa membaca jika sosok seperti Zoya itu tidak akan tinggal diam jika dirinya ataupun orang-orang tersayangnya diusik. Keinginan Mayra hanya hidup tenang tanpa gangguan orang lain, tidak ingin memperbesar masalah yang ada.“Selama kita melakukan hal yang benar, nggak ada yang perlu ditakutkan, Bu. Ibu tenang aja.” Nathan mencoba meyakinkan ibunya jika semuanya akan baik-baik saja. Ardi sangat mendukung
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 38POV AUTHORSetelah memastikan Ardi benar-benar tertidur, Mayra kembali ke dapur dan menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Selagi Naufal masih terlelap karena biasa anak itu akan rewel jika baru saja bangun tidur siang. Nathan yang penasaran dengan apa yang terjadi pada ayahnya kini bertanya pada Mayra.“Ayah udah cerita ke Ibu ‘kan?” tanya Nathan membuat Mayra yang sedang mengupas bawang kini menghentikan aktifitasnya dan beralih menatap sang anak.“Tolong lihatin adek, siapa tahu udah bangun.” Mayra mencoba mengalihkan pembicaraan membuat Nathan kini menghela nafas berat. Mayra paling menghindari berkata bohong pada anak-anaknya.“Nathan udah besar, Bu. Tolong jangan cuman pendam masalah itu sendirian, Ibu nggak bisa bohong soalnya mata Ibu udah kayak mata panda pas keluar dari kamar tadi,” seru Nathan dengan candaan diakhir kalimatnya, ia mencoba sedikit mencarika
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 37POV AUTHORNathan mencoba menetralkan perasaannya yang campur aduk, ia berberapa kali mengumpat karena kondisi jalanan yang sudah macet. Perjalanan pulang hingga sampai rumahnya Nathan kini membutuhkan waktu satu jam karena kondisi jalanan yang sangat ramai.Nathan membuka pintu rumahnya dengan deru nafasnya yang memburu, ia berjalan dengan langkah lebar sembari memanggil sang ibu. Langkah kaki itu terhenti melihat sang ibu yang tengah duduk berhadapan dengan lelaki yang sudah Nathan pastikan itu adalah ayahnya. Nathan berjalan medekat, matanya terbelalak melihat wajah sang ayah yang sudah lebam dan membiru bahkan sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah, sebelah mata Ardi bahkan membengkak.Mayra terlihat mengusap ujung mata yang berair, ia membersihkan luka di wajah Ardi sambil terisak. Nathan masih berdiri kaku menatap ayahnya, ia bahkan tidak bisa berkata-kata. Selesai membersihkan dan mengobati
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 36POV AUTHORArdi kembali mendekati istri dan anak-anaknya, ia berbisik pada Mayra untuk mengatakan jika Ardi akan keluar sebentar karena ada masalah yang penting. Mayra hanya mengangguk sebagai jawaban.“Ayah mau kemana, Bu?” tanya Nathan penasaran.“Ada kerjaan penting katanya,” jawab Mayra.“Itu kenapa Nathan nggak mau kerja sama orang, Nathan mau punya usaha sendiri meskipun kecil yang penting waktu buat keluarga lebih banyak,” gumam Nathan yang membuat Mayra kini mengembangkan senyumnya. Nathan selalu membuat siapa saja yang melihatnya dan mendengar tutur katanya akan terpukau, itu kenapa banyak perempuan yang mengantri ingin menjadi kekasih hati Nathan. Lelaki dambaan perempuan dimanapun, berhati lembut, penyabar dan juga religius.‘Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat kamu, Nak. Semoga masalah yang kamu hadapi bisa terganti dengan nikmat yang luar biasa nantinya,’ batin Mayra. Ia tidak sanggup mengatakannya langsung karena sudah jel
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 35POV AUTHOR“Kenapa jam segini baru pulang?”Nathan yang baru saja akan melangkah menaiki anak tangga langsung membalikkan badannya saat mendengar teguran sang ayah. Ia bahkan tidak menyadari jika Ardi menunggu kepulangannya. Lampu yang memang sengaja sudah dimatikan membuat Nathan tidak menyadari keberadaan sang ayah.“Tugas Nathan banyak banget, Yah. Belum lagi harus ngoreksi tugas kelas,” keluh Nathan lalu menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Ardi.Jam sudah menujukkan pukul setengah sepuluh malam, Nathan tidak biasa pulang selarut ini. Ponsel anak itu juga tidak bisa dihubungi membuat Ardi cemas, ia tidak buka suara mengenai ini pada Mayra karena takut jika ibu dari anak-anaknya itu semakin terbebani pikirannya.“Kalau capek, kamu mengundurkan diri aja jadi asisten dosen. Toh … kamu juga udah nggak punya tanggungan sekarang. Kamu cuman harus fokus kuliah, soal biaya itu urusan Ayah,” pesan Ardi.Perkataan Ardi memang tidak salah, Natha
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 34POV AUTHORNathan langsung keluar dari ruangan itu setelah selesai memberikan materi. Langkah lebarnya berjalan menuju parkiran, ia memiliki jam kuliah setengah jam lagi. Tangan lelaki itu melayang di udara saat seseorang menepuk lembut pundaknya, ia mengurungkan niatnya untuk mengambil helm yang tergantung.“Nath, bisa kita bicara sebentar?” pintanya.Nathan terlihat menarik nafas dalam dan menoleh dengan terpaksa, mendapati Kayra berdiri di hadapannya. Perempuan itu terlihat ragu saat mengajak Nathan berbicara, terlihat dari bola matanya yang bergerak liar tidak sanggup untuk menatap Nathan. Jika saja bukan karena sesuatu yang menurutnya penting, ia tidak akan mengusik Nathan. Sudah cukup Nathan menderita karena ulahnya.“Maaf, kalau mau membicarakan sesuatu yang tidak penting saya sibuk!” balas Nathan, ia mencoba mengalihkan pandangannya dengan memainkan ponselnya dengan asal. Itu hanya alibi agar tidak terlihat gugup di hadapan Kayra.
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 33POV AUTHORTanpa pamit Zoya berlalu dengan dada yang naik turun menahan emosi. Ia bahkan menutup pintu mobil dengan kerasnya untuk melampiaskan amarah yang sudah memuncak."Ck, miskin aja belagu. Awas aja kalian, berani menolak permintaan seorang Zoya Airin Sanjaya!" ujarnya dengan nada angkuh. Wanita dengan gaya sosialita ini memang orang yang terkenal sombong. Ia terlahir dari keluarga kaya, sudah terbiasa jika apa yang diinginkan harus dituruti. Semua sikapnya turun pada Morgan yang kini berada dibalik jeruji besi.Wanita itu menghubungi orang-orangnya untuk menemukan cara agar anak semata wayangnya bisa bebas dari jerat hukum. Ia tidak ingin menjadi bahan olokan saat rekan kerja dan teman-temannya mengetahui jika Morgan dipenjara.Sedangkan tiga orang itu masih diam mematung setelah kepergian Zoya. Nathan mencoba menenangkan kedua orangtuanya, mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Nathan akan memastikan jika Morgan tidak akan b
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUPOV AUTHOR Mayra menatap nanar pada Nathan yang baru saja datang, ia langsung merengkuh tubuh anak sulungnya itu dengan erat. Isakan kini lolos dari bibirnya.“Ibu kenapa nangis? Nathan gak apa-apa kok, kalau Ibu nangis Nathan ikutang nangis tau,” seru Nathan, benar saja satu detik setelah ia berkata, buliran bening terjun bebas membasahi pipinya. Mayra merasa sedih karena beban yang menerpa Nathan sangat bertubi-tubi, bahkan mengalami masalah karena kesalahan orang lain.“Allah akan mengangkat derajat kamu, Nak. Kamu bisa menjalani cobaan ini dengan sabar dan ikhlas,” ujar Mayra dengan lirih. Ia sangat bangga pada anaknya itu, bisa bersikap lebih dewasa disbanding dirinya yang notabene orangtua Nathan.Syifa yang melihat itu ikut menitikan air mata, ia juga sangat bangga pada Nathan. Selalu mendoakan yang terbaik untuk anak itu, anak yang baik tapi harus mendapat banyak cobaan.“Udahanlah, nangisnya! Gak malu kalian dilihatin Naufal!’ tegur Ard