TESTPACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKU
POV MAYRA
Aku mendekap erat tubuh Nathan mencoba menenangkannya meskipun aku tahu semua itu percuma.
“Maafin, Nathan, Bu,” lirihnya. Bisa kurasakan penyesalan yang sangat dalam dari Nathan, tangisnya sangat pilu, pundaknya bergetar hebat.
“Argh!”
Prang!
Suara kaca pecah itu membuatku langsung melepaskan pelukan Nathan dan berlari ke sumber suara. Aku membelalak melihat cermin di kamar Nathan pecah berhamburan. Mas Ardi membuka lemari dengan kasar dan memasukan baju Nathan ke dalam tas di tangannya.
“Mas, tolong jangan lakuin ini.” Aku memohon, mencoba menahan tangan Mas Ardi, tidak sengaja jemariku menyentuh cairan kental berbau amis yang menetes dari jari tangannya.
“Mas, tangan kamu luka,” tegurku. Mas Ardi pasti melukai dirinya sendiri.
“Luka ini nggak ada apa-apanya dibandingkan luka yang ada di sini,” tutur Mas Ardi sambil menepuk kuat dadanya.
Aku juga sama terlukanya dengan Mas Ardi. Orangtua mana yang tidak terluka melihat anak yang sangat disayangi membuat kesalahan besar yang sulit untuk dimaafkan.
“Angkat kaki dari rumahku sekarang juga!” seru Mas Ardi sambil melempar tas ke hadapan Nathan yang baru saja menyusul ke kamar.
“Yah–”
“Jangan panggil aku Ayah. Aku tidak memiliki anak sepertimu!” bentak Mas Ardi.
Aku mencoba menahan Mas Ardi yang menyeret Nathan ke luar rumah. Tanpa berkata apapun lagi ia mendorong Nathan sampai terjatuh di lantai. Mas Ardi mengunci pintu dan membawa kuncinya membuatku tidak bisa apa-apa. Mustahil jika aku lewat jendela karena jendela itu menggunakan terali besi. Dari celah jendela aku mencoba berbicara pada Nathan.
“Sayang, kamu pergi ke rumah Tante Syifa sementara waktu, ya. Ibu akan coba bicara sama Ayah kamu,” ujarku.
Uang seratus ribu yang ada di saku gamisku menjadi bekal Nathan untuk sampai di rumah Mbak Syifa–Kakakku–setidaknya disana Nathan bisa tinggal sementara waktu.
“Tapi, Bu–”
Aku menyelipkan tangan lewat celah jendela, menggenggam tangan putra tersayang. Mencoba meyakinkannya untuk pergi.
“Nak, dengarkan Ibu! pergilah, kamu akan baik-baik di sana,” titahku.
Nathan berjalan gontai dengan tas besar di tangannya. Ia harus berjalan setengah jam untuk sampai di jalan raya dan mendapatkan kendaraan umum. Jika bisa, aku ingin menemaninya. Ini adalah cobaan berat bagi Nathan. Aku tahu semua ini memang berawal dari kesalahan yang diperbuatnya. Bukankah manusia tidak pernah luput dari kesalahan? Termasuk diriku.
Dengan cepat kuraih benda pipih itu di meja. Memberi tahu Mbak Syifa jika Nathan akan datang ke sana dan menginap untuk beberapa hari. Aku tidak berani menelepon takut jika Mas Ardi mendengar akan semakin marah dan tidak bisa menahan amarahnya.
Mengingat jika tangan Mas Ardi tadi terluka, sebelum ke kamar aku mengambil kotak p3k untuk mengobati tangan suamiku. Tak lupa aku membasuh wajah yang sudah sembab dan banyak jejak air mata.
Mas Ardi terlihat duduk termenung di ranjang. Darah itu masih menetes dan sebagian sudah mengering. Aku berjalan mendekat dan membersihkan luka itu. Mas Ardi tidak bereaksi apa-apa, aku dan dia sama kecewanya dengan apa yang telah diperbuat oleh Nathan. Mungkin saat ini Mas Ardi belum bisa menerima kenyataan, tapi cepat atau lambat ia bisa menerima meskipun tidak bisa menghilangkan rasa kecewa yang ada.
Sebesar apapun kesalahan anak, orang tua pasti akan menerima dan memaafkannya. Aku juga tidak akan tega melihat Nathan menanggung masalah sebesar ini sendiri, dia yang pernah menjadi bagian dalam tubuhku selama sembilan bulan. Menjaga dan merawatnya mengabaikan kondisi tubuh yang bahkan jauh dari kata baik, aku selalu menginginkan yang terbaik untuknya. Saat anak merasa sakit, orangtua akan merasa lebih sakit lagi. Saat anaknya bahagia orangtua akan lebih bahagia.
“Biarkan aku sendiri!” seru Mas Ardi lalu keluar dari kamar. Aku tahu dia tidak ingin diganggu untuk saat ini.
Aku juga ingin merenung, mungkin Nathan seperti ini karena didikkanku yang kurang. Aku merasa benar-benar menjadi ibu yang gagal. Ponselku bergetar, nama Mbak Syifa terpampang di sana. Dengan cepat jemari ini membuka pesan masuk di aplikasi hijau milikku.
[Besok kamu harus kesini, ceritain semuanya sama Mbak.] Isi pesan yang dikirim Mbak Syifa.
Aku menghela nafas panjang, entah apa yang akan dipikirkan kakakku itu saat mengetahui apa yang telah diperbuat keponakan tersayangnya. Suara adzan magrib berkumandang. Langsung beranjak untuk mengambil air wudhu. Waktu yang tepat untukku mengadu pada Sang Pencipta, sesungguhnya tidak ada masalah yang diberikan melebihi kesanggupan hamba-Nya. Hanya bisa berdoa, agar Allah menghadirkan rasa kuat dan ikhlas dalam hati ini.
Disaat tidak ada seorangpun yang mengerti dengan perasaanku, hanya Allah tempatku mengadu dan mengeluh. Ya Allah … maafkan hamba-Mu yang belum bisa mendidik Nathan dengan baik. Bahkan air mata ini rasanya sudah kering, tapi tidak mengubah hancurnya hatiku. Tak hentinya aku melafalkan asma Allah untuk membuat hati ini tenang. Gemercik air terdengar, sepertinya Mas Ardi baru akan shalat.
Ponselku kini berdering menandakan panggilan masuk. Perlahan bangkit dan meraihnya yang tergeletak di atas nakas. Tertera deret nomor yang tidak kukenal. Mengabaikannya karena tidak penting, jikapun orang itu ada kepentingan pasti akan kembali menghubungiku. Berselang beberapa detik setelah ponselku berhenti berbunyi, kini kembali menampakan panggilan masuk dari nomor yang tadi. Tanpa pikir panjang langsung mengangkatnya.
“Halo … apa benar ini orangtuanya Nathan?” tanya seorang wanita dari seberang telepon.
“Iya, saya ibunya. Maaf ini siapa, ya?” Aku bertanya balik.
“Saya ibunya Kayra. Saya ingin menyelesaikan masalah anak-anak kita secepat mungkin,” tuturnya.
Jantung ini berdegup kencang saat mengetahui ternyata yang menghubungiku adalah ibunya Kayra. Perkiraanku mereka pasti ingin meminta pertanggungjawaban Nathan.
“Bu … apa ibu dengar saya bicara?” tegurnya.
“I–iya,” balasku.
“Datanglah ke rumah kami besok jam dua siang,” ujarnya sebelum memutuskan sambungan telepon. Kepala ini berdenyut hebat, masa depan anakku yang terbayangkan akan cemerlang kini musnah seketika saat masalah ini hadir.
***
Rasa malas menggelayuti diri ini, selesai shalat subuh dan tadarus al-quran aku duduk termenung di atas sajadah, tak hentinya melangitkan doa meminta yang terbaik. Bukan hanya untukku tapi untuk keluargaku, orang-orang yang kusayangi. Pintu berderit, menampakkan Mas Ardi yang kini berjalan masuk. Rambutnya sudah basah, sepertinya dia baru selesai mandi. Tapi ini masih terlalu pagi jika dia mau berangkat kerja.
Tanpa diminta, aku langsung bangkit dan menyiapkan bajunya. setelah itu meninggalkannya untuk membuat sarapan meskipun aku tahu itu akan sia-sia. Mas Ardi tidak akan menyentuh makanan yang aku buat. Ragu rasanya mengatakan pada Mas Ardi mengenai permintaan ibunya Kayra yang mengundang untuk datang ke rumahnya siang ini.
Aku memberanikan diri untuk mengatakannya, menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan.
“Mas–”
“Aku tidak akan peduli kalau kamu mau membicarakan mengenai anak itu!” tutur Mas Ardi. Dia pergi tanpa pamit, amarahnya masih belum reda. Rasa sesak kembali menelusup ke dalam dada saat Mas Ardi menyatakan ketidak peduliannya pada Nathan.
Bersambung ….
TESTPACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUPOV MAYRABagaimana aku menyelesaikan masalah ini tanpa Mas Ardi? Lebih baik meminta saran pada Mbak Syifa. Selesai ganti pakaian, aku mengirimkan pesan pada Mas Ardi, mengatakan jika akan pergi ke rumah Mbak Syifa, tidak ada balasan. Mencoba menjadi istri yang baik, kemanapun akan pergi harus izin pada Mas Ardi. Mencoba menjadi istri yang baik? Aku menertawakan diriku sendiri. Menjadi ibu saja aku merasa gagal.Suara klakson membuatku mengintip dari celah jendela, itu ojek online yang baru saja ku pesan. Perjalanan dari rumah ke rumah Mbak Syifa tidak terlalu jauh jika menggunakan kendaraan pribadi. Dua puluh menit perjalanan, aku kini berdiri di depan pintu bercat putih itu. Menunggu sang empunya membukakan pintu.“Masuk, May,” ajaknya. Air muka Mbak Syifa tidak seperti biasanya, dia adalah sosok yang selalu ceria dan murah senyum. Apa Nathan sudah menceritakan semuanya pada Mbak Syifa?“Dimana Nathan, Mbak?” tanyaku, mengedarkan pandangan menca
TESTPACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUPOV MAYRASepertinya Mas Ardi sudah membaca pesan yang ku kirimkan tadi.“Bukankah aku sudah bilang. Aku tidak ingin anak itu ada di rumahku!” tegasnya.Sudah diduga, Mas Ardi pasti akan marah. Tapi aku tidak ingin mengalah untuk saat ini. Jika bukan di sini di mana Nathan akan tinggal. Sedangkan orangtua Kayra tidak ingin juga mereka tinggal di sana.“Mas … aku mohon kamu bisa ngerti,” mohonku sambil menggenggam tangannya. Dia langsung menepisnya dengan kasar.“Ngerti? ngerti apa hah?! Aku gak bisa toleransi kesalahan kayak gini!” tekannya.“Mas, apa kamu tega–”“Tega? Anakmu itu lebih tega karena membiarkan orang tuanya menanggung dosa zinanya! Mungkin sampai aku matipun, dosanya akan terus mengalir padaku, meskipun aku mengatakan ingin memutuskan hubungan dengannya!” Mas Ardi memotong ucapanku dengan penuturan yang membuatku bungkam.Air mata ini kembali mengalir deras. Menyadari betapa berat tanggung jawab suamiku sebagai imam. Dia juga ikut m
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUPOV MAYRAPrang!Suara barang pecah itu membuat langsung melepaskan Nathan dari pelukanku dan berjalan ke kamar yang ditempati Kayra karena suaranya berasal dari sana. Pilihan mereka memang untuk berada di kamar yang terpisah, aku hanya membiarkan saja karena itu kemauan mereka.Aku mengetuk pintu kamarnya yang terkunci.“Kay, kamu nggak apa-apa, Nak?” tanyaku dengan cemas.Tak lama pintu itu terbuka menampakkan Kayra dengan matanya yang sembab.“Nggak apa-apa kok, Bu. Tadi gak sengaja gelasnya kesenggol,” jelasnya.“Ya udah kamu lanjut istirahat aja, biar Ibu yang beresin,” balasku.Aku menyuruh Nathan untuk mandi lalu istirahat, dia pasti sangat lelah.Kembali ke kamar setelah membersihkan pecahan kaca di kamar Kayra. Mas Ardi sudah tertidur dengan tasbih di tangannya. Tubuh ini rasanya lelah seharian membersihkan rumah dan halaman, tidak setiap hari memang karena selain ibu rumah tangga aku juga seorang desainer. Bekerja dari rumah karena Mas
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 6POV MAYRA"Nenek 'kan mau kasih eh … apa itu namanya … supris," serunya sambil tertawa."Surprise, Nek." Nathan memperbaiki ucapan Neneknya itu."Iya itulah," balas Ibu Mertua sambil tertawa."May, Abang langsung pulang, ya. Soalnya masih banyak kerjaan," tutur Kakak iparku itu."Gak, minum atau makan dulu, Bang?" tawarku."Lain kali aja. Abang cuman mau nganterin Ibu kok," jelasnya.Dia lalu pamit, aku mengantarnya sampai pagar. Kakak iparku itu memang orang sibuk. Dia memiliki perkebunan yang diurus sendiri.Aku kembali masuk dan melihat Nathan yang sedang berbincang dengan Neneknya."Loh … kenapa, ini?" tanyanya sambil memperhatikan Nathan dari dekat. Luka pukulan di wajah Nathan memang sudah membaik. Hanya saja bekasnya yang belum menghilang."Gak apa-apa, Nek," jawab Nathan."Ibu, mau istirahat atau makan dulu?" tanyaku. Perjalanan yang ditempuh dari rumah Ibu mertua kesini lumayan jauh, hampir empat jam."Ibu mau ngobrol sama cucu kes
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 7POV MAYRA“Bu … Ibu tenang dulu, ya,” ujar Mas Ardi mencoba menenangkan.“Antar Ibu menemuinya!” titahnya. Aku dan Mas Ardi hanya terdiam, tidak tahu harus bagaimana. Takut jika Ibu Mertua akan melakukan hal diluar dugaan pada Kayra nanti.“Kenapa kalian diam, hah?!” bentaknya.Baru kali ini aku melihat Ibu Mertua semarah ini. Siapa yang tidak marah jika masalah yang dihadapi akan mencoreng nama keluarga dan aib itu akan menyebar dengan sendirinya membuat orang-orang akan memandang remeh keluarga ini nanti.“Aku mohon Ibu tenang dulu, ya,” mohonku.Ibu Mertua tidak mendengarkan, ia mencoba turun dari ranjang.Brug!“Ibu ….” teriakku dan mas Ardi.Aku dan Mas Ardi langsung membantu Ibu Mertua untuk berdiri, baru saja satu langkah tubuhnya langsung ambruk. Baru ingat jika kaki Ibu Mertua sakit dan beliau memaksakan diri untuk berjalan.“Lepaskan! Aku bisa berjalan sendiri!” Beliau mencoba menepis tanganku dan Mas Ardi. Tidak ingin terjadi ap
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBab 8POV MAYRAPintu depan terbuka menampakan Mas Ardi yang baru pulang, tadi pagi dia pergi untuk servis mobil karena sudah beberapa bulan tidak tidak di cek kondisinya.“Mas, sini. Kita makan kue bareng-bareng,” seruku.Langkah kakinya terhenti saat suara bel berbunyi, dia hendak berbalik dan melihat siapa yang datang tapi Nathan lebih dulu berjalan keluar untuk membukakan pagar.Ternyata mamanya Kayra yang datang, dia membawa beberapa paper bag entah apa isinya. Kayra yang melihat langsung berdiri dan menghampiri Ibunya yang masih berada di ambang pintu.“Mama kok baru datang sih?” protes Kayra dalam pelukan wanita itu.“Maafin Mama, Sayang,” balasnya.Mas Ardi yang membelakangi pintu memutar badanya, bisa kulihat ekspresinya langsung berubah. Begitupun mamanya Kayra. Apa mereka saling kenal? perasaan aku belum pernah memperkenalkan Mas Ardi pada kedua orangtua Kayra karena kesibukan mereka.“Melissa,” gumam Mas Ardi pelan tapi masih bisa kud
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 9POV NATHANKejadian itu bermula saat aku dan teman-teman sekolahku mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun Nadia di rumahnya. Kebetulan orang tua Nadia bekerja di luar kota dan itu menjadi peluang bagi yang suka mengadakan pesta, tapi tidak dengan diriku.Aku sebenarnya tidak ingin datang, tapi mereka sengaja menyusulku ke rumah agar aku ikut merayakannya. Tidak enak jika menolak akhirnya aku bersedia. Ibu dan Ayah mengizinkannya saat itu, padahal teman-teman mengatakan kami semua akan menginap.Orangtuaku tidak khawatir karena mungkin berpikir orangtuanya Nadia ada disana dan bisa mengawasi kami. Mungkin akan lain lagi ceritanya kalau ibu dan ayah tahu kalau kami melakukan pesta Tanpa pengawasan orang tuanya Nadia.Mereka berjoget diiringi musik yang kencang. Aku hanya duduk di sofa sambil melihat mereka. Tidak ada ketertarikan sama sekali untuk bergabung. Aku bahkan tidak bisa menikmati pesta karena memang bukan gayaku.
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 10POV MAYRATidak tahu apa yang harus kukatakan setelah mendengar semua penjelasan Nathan. Jika saja boleh berandai-andai, sudah pasti aku ingin memutar waktu. Tapi penyesalan tidak bisa merubah apapun.Aku hanya berharap jika ini memang yang terbaik, yang Allah berikan untukku dan keluarga ini.Mendengar rencana mereka yang akan berpisah setelah anak itu lahir membuat kepala ini semakin pusing. Tidak mungkin aku membiarkan ini, keegoisan mereka jelas akan berdampak pada anak itu nanti. “Pikirkan baik-baik sebelum mengambil keputusan, Nak. Ini bukan masalah sepele, ini menyangkut masa depan kalian dan anak kalian nanti,” tuturku sebelum beranjak masuk ke dalam rumah.Aku baru mengingat jika tadi Kayra mengatakan jika perutnya sudah mulai sakit dari semalam. Tidak ingin terjadi hal buruk, aku akan menemuinya setelah membuatkan teh hangat untuk ibu mertua.Pintu kamar Kayra tidak tertutup rapat, saat kupanggil tidak ada sahutan dari dalam. P
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 40POV AUTHORDengan perasaan yang masih berkecamuk Nathan tidak mengurungkan niatnya untuk membuat laporan, ia sudah mengatakan pada sang ibu jika mungkin akan pulang telat karena mengurus masalah ini. Dengan umurnya yang sudah di atas dua puluh tahun Nathan memiliki pemikiran yang sangat matang dalam mengatasi segala permasalahan yang ada.Seorang lelaki berbadan tegap memperhatikan gerak-gerik Nathan dari jauh, ia mengikuti Nathan sampai Nathan kini berada di kantor polisi. Tidak menyadari jika dirinya diikuti, Nathan terlihat santai memasuki gedung bertingkat itu dan langsung membuat laporan. Membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk melaporkan kasus Zoya karena tidak hanya Nathan yang harus dilayani oleh para polisi itu. Nathan menunggu sembari memainkan ponselnya untuk mengusir kejenuhan.Saat namanya dipanggil ia langsung bangkit dan mengatakan tujuannya datang sekaligus memberikan semua bu
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 39POV AUTHOR“Ayah serahkan semuanya sama kamu, Nak. Orang-orang licik itu memang harus dibasmi, kalau kita nggak berani mungkin ada banyak yang menjadi korban,” tutur Ardi dengan tegas.“Pulang dari kampus Nathan baru akan buat laporan ke kantor polisi,” jelas Nathan.“Tapi Ibu takut kalau Zoya melakukan hal yang lebih nekad dari ini.” Mayra mengungkapkan kegundahan hatinya, ia sudah bisa membaca jika sosok seperti Zoya itu tidak akan tinggal diam jika dirinya ataupun orang-orang tersayangnya diusik. Keinginan Mayra hanya hidup tenang tanpa gangguan orang lain, tidak ingin memperbesar masalah yang ada.“Selama kita melakukan hal yang benar, nggak ada yang perlu ditakutkan, Bu. Ibu tenang aja.” Nathan mencoba meyakinkan ibunya jika semuanya akan baik-baik saja. Ardi sangat mendukung
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 38POV AUTHORSetelah memastikan Ardi benar-benar tertidur, Mayra kembali ke dapur dan menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Selagi Naufal masih terlelap karena biasa anak itu akan rewel jika baru saja bangun tidur siang. Nathan yang penasaran dengan apa yang terjadi pada ayahnya kini bertanya pada Mayra.“Ayah udah cerita ke Ibu ‘kan?” tanya Nathan membuat Mayra yang sedang mengupas bawang kini menghentikan aktifitasnya dan beralih menatap sang anak.“Tolong lihatin adek, siapa tahu udah bangun.” Mayra mencoba mengalihkan pembicaraan membuat Nathan kini menghela nafas berat. Mayra paling menghindari berkata bohong pada anak-anaknya.“Nathan udah besar, Bu. Tolong jangan cuman pendam masalah itu sendirian, Ibu nggak bisa bohong soalnya mata Ibu udah kayak mata panda pas keluar dari kamar tadi,” seru Nathan dengan candaan diakhir kalimatnya, ia mencoba sedikit mencarika
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 37POV AUTHORNathan mencoba menetralkan perasaannya yang campur aduk, ia berberapa kali mengumpat karena kondisi jalanan yang sudah macet. Perjalanan pulang hingga sampai rumahnya Nathan kini membutuhkan waktu satu jam karena kondisi jalanan yang sangat ramai.Nathan membuka pintu rumahnya dengan deru nafasnya yang memburu, ia berjalan dengan langkah lebar sembari memanggil sang ibu. Langkah kaki itu terhenti melihat sang ibu yang tengah duduk berhadapan dengan lelaki yang sudah Nathan pastikan itu adalah ayahnya. Nathan berjalan medekat, matanya terbelalak melihat wajah sang ayah yang sudah lebam dan membiru bahkan sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah, sebelah mata Ardi bahkan membengkak.Mayra terlihat mengusap ujung mata yang berair, ia membersihkan luka di wajah Ardi sambil terisak. Nathan masih berdiri kaku menatap ayahnya, ia bahkan tidak bisa berkata-kata. Selesai membersihkan dan mengobati
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 36POV AUTHORArdi kembali mendekati istri dan anak-anaknya, ia berbisik pada Mayra untuk mengatakan jika Ardi akan keluar sebentar karena ada masalah yang penting. Mayra hanya mengangguk sebagai jawaban.“Ayah mau kemana, Bu?” tanya Nathan penasaran.“Ada kerjaan penting katanya,” jawab Mayra.“Itu kenapa Nathan nggak mau kerja sama orang, Nathan mau punya usaha sendiri meskipun kecil yang penting waktu buat keluarga lebih banyak,” gumam Nathan yang membuat Mayra kini mengembangkan senyumnya. Nathan selalu membuat siapa saja yang melihatnya dan mendengar tutur katanya akan terpukau, itu kenapa banyak perempuan yang mengantri ingin menjadi kekasih hati Nathan. Lelaki dambaan perempuan dimanapun, berhati lembut, penyabar dan juga religius.‘Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat kamu, Nak. Semoga masalah yang kamu hadapi bisa terganti dengan nikmat yang luar biasa nantinya,’ batin Mayra. Ia tidak sanggup mengatakannya langsung karena sudah jel
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 35POV AUTHOR“Kenapa jam segini baru pulang?”Nathan yang baru saja akan melangkah menaiki anak tangga langsung membalikkan badannya saat mendengar teguran sang ayah. Ia bahkan tidak menyadari jika Ardi menunggu kepulangannya. Lampu yang memang sengaja sudah dimatikan membuat Nathan tidak menyadari keberadaan sang ayah.“Tugas Nathan banyak banget, Yah. Belum lagi harus ngoreksi tugas kelas,” keluh Nathan lalu menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Ardi.Jam sudah menujukkan pukul setengah sepuluh malam, Nathan tidak biasa pulang selarut ini. Ponsel anak itu juga tidak bisa dihubungi membuat Ardi cemas, ia tidak buka suara mengenai ini pada Mayra karena takut jika ibu dari anak-anaknya itu semakin terbebani pikirannya.“Kalau capek, kamu mengundurkan diri aja jadi asisten dosen. Toh … kamu juga udah nggak punya tanggungan sekarang. Kamu cuman harus fokus kuliah, soal biaya itu urusan Ayah,” pesan Ardi.Perkataan Ardi memang tidak salah, Natha
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 34POV AUTHORNathan langsung keluar dari ruangan itu setelah selesai memberikan materi. Langkah lebarnya berjalan menuju parkiran, ia memiliki jam kuliah setengah jam lagi. Tangan lelaki itu melayang di udara saat seseorang menepuk lembut pundaknya, ia mengurungkan niatnya untuk mengambil helm yang tergantung.“Nath, bisa kita bicara sebentar?” pintanya.Nathan terlihat menarik nafas dalam dan menoleh dengan terpaksa, mendapati Kayra berdiri di hadapannya. Perempuan itu terlihat ragu saat mengajak Nathan berbicara, terlihat dari bola matanya yang bergerak liar tidak sanggup untuk menatap Nathan. Jika saja bukan karena sesuatu yang menurutnya penting, ia tidak akan mengusik Nathan. Sudah cukup Nathan menderita karena ulahnya.“Maaf, kalau mau membicarakan sesuatu yang tidak penting saya sibuk!” balas Nathan, ia mencoba mengalihkan pandangannya dengan memainkan ponselnya dengan asal. Itu hanya alibi agar tidak terlihat gugup di hadapan Kayra.
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUBAB 33POV AUTHORTanpa pamit Zoya berlalu dengan dada yang naik turun menahan emosi. Ia bahkan menutup pintu mobil dengan kerasnya untuk melampiaskan amarah yang sudah memuncak."Ck, miskin aja belagu. Awas aja kalian, berani menolak permintaan seorang Zoya Airin Sanjaya!" ujarnya dengan nada angkuh. Wanita dengan gaya sosialita ini memang orang yang terkenal sombong. Ia terlahir dari keluarga kaya, sudah terbiasa jika apa yang diinginkan harus dituruti. Semua sikapnya turun pada Morgan yang kini berada dibalik jeruji besi.Wanita itu menghubungi orang-orangnya untuk menemukan cara agar anak semata wayangnya bisa bebas dari jerat hukum. Ia tidak ingin menjadi bahan olokan saat rekan kerja dan teman-temannya mengetahui jika Morgan dipenjara.Sedangkan tiga orang itu masih diam mematung setelah kepergian Zoya. Nathan mencoba menenangkan kedua orangtuanya, mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Nathan akan memastikan jika Morgan tidak akan b
TEST PACK DI TAS SEKOLAH ANAK LELAKIKUPOV AUTHOR Mayra menatap nanar pada Nathan yang baru saja datang, ia langsung merengkuh tubuh anak sulungnya itu dengan erat. Isakan kini lolos dari bibirnya.“Ibu kenapa nangis? Nathan gak apa-apa kok, kalau Ibu nangis Nathan ikutang nangis tau,” seru Nathan, benar saja satu detik setelah ia berkata, buliran bening terjun bebas membasahi pipinya. Mayra merasa sedih karena beban yang menerpa Nathan sangat bertubi-tubi, bahkan mengalami masalah karena kesalahan orang lain.“Allah akan mengangkat derajat kamu, Nak. Kamu bisa menjalani cobaan ini dengan sabar dan ikhlas,” ujar Mayra dengan lirih. Ia sangat bangga pada anaknya itu, bisa bersikap lebih dewasa disbanding dirinya yang notabene orangtua Nathan.Syifa yang melihat itu ikut menitikan air mata, ia juga sangat bangga pada Nathan. Selalu mendoakan yang terbaik untuk anak itu, anak yang baik tapi harus mendapat banyak cobaan.“Udahanlah, nangisnya! Gak malu kalian dilihatin Naufal!’ tegur Ard