"Apa menurutmu ini yang disebut dengan keadilan?"
Ini pasti ada hubungannya dengan permasalahan yang mungkin dimiliki Misa dan keluarga Brown.
Henry menelusuri raut wajah Misa. Gelisah, marah, muak, dan kecewa. Emosinya mudah terbaca namun tidak dengan sebab di baliknya.
"Adil menurut setiap orang itu berbeda, karena itu tidak ada yang bisa diharapkan dari sebuah keadilan di dunia. Sekeras apa pun orang berusaha untuk mencapai keadilan, pasti ada ketidaksempurnaan pada hasil akhirnya."
Pandangan Misa jatuh ke bawah, "Mungkin kau benar. Adil.... Sejujurnya sejak awal aku tidak pernah percaya dengan kata itu."
"Kata itu memang tidak berguna di dunia ini." Henry m
Ribuan lembar selebaran tentang hilangnya tahanan nomor 3773, atau Caroline Brown sudah ditempel hampir di seluruh tempat di Westminster. Para jurnalis dan pihak-pihak berwewenang lainnya dengan cepat menyebar berita melalui berbagai macam media. Aparat kepolisian Westminster bekerja sama, siap sedia menjaga keamanan dan menyebar untuk melakukan penyelidikan. Di saat tengah berpikir kalau setidaknya untuk beberapa waktu keadaan akan tenang dan mereda, namun dunia kriminal ternyata tidak mengizinkan dunia kembali normal bahkan hanya untuk sehari saja.Di kantor polisi pusat, dari pagi hingga pagi lagi diserang oleh banyak telepon dari banyak pihak terutama para jurnalis yang ingin mengetahui lebih lanjut perkembangan kasus hilangnya Caroline Brown di pemakaman."Ini sudah pasti penculikan!" sahut Arlo.
Clare kebingungan dengan adiknya yang sejak kemarin sudah pulang ke rumah tapi tidak menimbulkan satu keributan sekalipun di dalam kamarnya. Clare secara sengaja berpura-pura melewati pintu kamar Henry yang tertutup rapat sambil bersenandung asal, di tangannya ada sebuah kemoceng, ia berpura-pura tengah membersihkan bingkai-bingkai foto dan beberapa hiasan yang berada di depan kamar Henry."Mencurigakan sekali... percobaan bunuh diri macam apa lagi yang direncanakannya."Setelah itu, Clare memutuskan untuk tidak terlalu memerdulikannya dan melenggang ke lantai bawah.Hingga keesokan harinya pun masih tidak ada tanda-tanda dari pergerakan Henry, namun Clare yakin seratus persen kalau adiknya itu belum keluar kamar sama sekali, jadi tidak mungkin dia pergi begitu saja ke antah-berantah."Goyle, apa kau yakin Henry tidak pergi ke mana-mana?" tanya Clare cemas.Goyle menggelengkan kepala, "Tidak Ms. Littlejohn, saya mengawasi ru
"Menurutmu ini milik siapa?""....""Violet? Benarkah?""....""Kau tidak yakin? Ck, jangan sembarangan menuduh kalau begitu!""....""Coba kau endus benda ini.""....""Milik si pria asing itu?"Erroll menggonggong dua kali."Erroll, kau bahkan tidak ada di sana saat pria asing itu melewati ruanganku. Dan lagipula hewan peliharaan tidak boleh masuk ke rumah sakit."Henry menggaruk-garuk kepala hingga perut Erroll dan setelahnya Erroll kembali menggonggong."Haruskah aku mengajakmu jalan-jalan keluar untuk mencari siapa pemilik buku ini?"Erroll menggonggong lagi."Menggonggong sama dengan iya!" serunya.Henry mengambil laptop dan menaruhnya di atas pangkuannya. Ia membuka pencarian lalu jari-jari menari-nari secara lihai di atas keyboard."Marylebone, Marylebone, Marylebone..."Selama mencari dia terus-menerus menyebutkan nama tempat tersebut.Pergerakan tan
Violet maupun Dr. Theodore bisa berada di mana saja di rumah sakit ini. Lebih buruk lagi pada kasus si pria muda yang waktu itu melewati ruangannya, jika memang pria muda itu tidak kembali lagi ke rumah sakit, tidak ada cara lain selain mencarinya ke seluruh kota. Atau... Henry juga bisa saja mencari data-datanya pada dokter yang menanganinya, atau pada seseorang yang menjadi alasan pria muda itu datang ke rumah sakit. Akan tetapi akan sangat menghambur-hamburkan waktu jika interogasi dimulai dari pencarian pria muda dulu. Henry akan memulai dari yang terdekat di sekitar lingkungannya, Violet dan Dr. Theodore, ia akan mulai mencari ke tempat di mana mereka banyak menghabiskan waktu mereka masing-masing."Selamat malam, Dr. Littlejohn," sapa salah satu perawat ketika berpas-pasan dengannya di depan ruang rawat inap pasien."Malam," balas Henry ramah.Dia kembali berjalan menuju tempat tujuan. Karena banyak orang yang mengantre untuk naik lift, H
Sekali lagi Henry mencoba menyamakan kembali kedua tulisan tangan tersebut sebelum ia benar-benar meninggalkan area rumah sakit. Dan bagaimana pun juga tulisan Dr. Theodore yang rapi dan indah tidak bisa disaingi oleh tulisan di buku kecil tersebut. Henry mengembuskan napasnya kasar. Sedikit kesal karena tidak menemukan petunjuk apa pun yang dapat meyakinkannya. Henry menaruh kedua benda itu di jok penumpang yang kosong di sebelahnya lalu mulai menyalakan mesin mobil dan pulang ke rumah. Dalam perjalanan fokusnya pada jalan terbagi dua. Buku kecil itu bukanlah suatu perkara kecil yang akan mudah ditangani. ---- "Dr. Littlejohn, hari ini jad
"Misa?""Halo, Tuan Detektif Populer."Misa melanjut tiga sampai empat langkah ke arah Henry dan ikut menyenderkan tubuhnya di mobil Henry.Bibirnya tertarik ke atas, menyeringai ketika Misa menyapanya dengan enggan-enggan. Kendatipun gadis Asia itu tidak membalas tatapannya, ia tetap terus menatapnya seolah Misa akan menghilang jika sedetik saja Henry mengalihkan pandang."Bagaimana kabarmu?" tanya Henry basa-basi."Kau bicara seperti pada seseorang yang sudah menghilang selama bertahun-tahun," kata Misa.Henry mendengus. "Mau itu sehari atau bertahun-tahun, apa salahnya menanyakan kabar?"
"Orang itu pergi menggunakan sepeda, kita tidak bisa terus berlarian seperti ini," kata Misa di sela-sela napasnya yang memburu karena telah berlari dengan kecepatan penuh selama sepuluh menit tanpa berhenti.Henry berpikir cepat: mereka sudah berlari terlalu jauh dan akan sangat memakan waktu jika kembali ke St. James's Park untuk menggunakan mobilnya. Yang ia cari sekarang adalah sebuah penyewa sepeda atau seseorang yang dengan berbaik hati bersedia meminjamkannya untuk mereka."Itu dia!" seru Henry. Ia menghampiri penyewaan sepeda di sisi jalan, tanpa memilih-milih satu sepeda biru gelap disertai boncengan di belakangnya Henry ambil; memberikan lembaran uang pada si penyewa dengan seluruh gerakan yang terburu-buru.Henry kembali pada Misa sembari mengayuh sepedanya, "Ayo, Misa!"Buru-buru Misa menyingkirkan Henry dan menempati tempatnya sebagai pengendara. Henry hendak protes namun Misa mengelaknya dengan cepat, gadis Asia itu juga menyebut
"Tenang saja, Dale telah mendata semua tentang Kent Robert," ujar Osvard sembari menjatuhkan bokongnya di tempat duduk miliknya. "Nah, Littlejohn. Sekarang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Henry mendesah berat; lagi-lagi memijat keningnya berharap dengan melakukan itu pening di kepalanya akan segera menghilang. Meskipun hanya terdiam dan berpikir sebentar ternyata yang dilakukannya itu membuang waktu cukup banyak."Aku tak yakin haruskah aku menjelaskan semua ini." Henry kembali menghela napas berat.Osvard menaikkan sebelah alisnya, "Kau tidak menganggap kami di sini?""Tentu saja bukan begitu!" tangkis Henry cepat.Tapi Misa mengelak lebih cepat pula. "
"Sembilan tahun yang lalu, saat itu Whitelaw masihlah dokter magang, bukan seperti yang sekarang. Whitelaw adalah nama yang digunakannya selama bekerja di sini, dan mungkin dia mengubah panggilannya setelah keluar dari rumah sakit ini. Whitelaw adalah seorang yang pekerja keras dan penggila kesempurnaan. Lalu, mengapa saya tahu itu semua? Karena saya adalah teman satu universitasnya dulu. Saya dan Whitelaw dulu adalah teman baik..."Henry terus mendengarkan tanpa berniat bertanya.Dr. Norman melanjutkan, "Tetapi semenjak Whitelaw gagal lulus sesuai rencananya, dia mulai agak sedikit berubah. Kala itu, memang sesuatu yang tak dapat diduga. Dia harus mengulang. Saya terus memberinya dukungan sebagai seorang teman. Awalnya, Whitelaw menanggapi tapi lama-kelamaan—semenjak saya lulus lebih dulu—dia mengubah kami menjad
"Sally! Sally!" Henry melesat masuk begitu saja ke dalam ruang kearsipan, di depan Sally dia langsung menghentikan langkah dan menatapnya heran sebab wanita umur tiga puluhan itu tidak membentaknya seperti yang biasa wanita itu lakukan.Sally menoleh padanya, di sebelah kiri pipinya terlihat membengkak, Henry menyimpulkan bahwa alasan di balik Sally yang pendiam hari ini adalah karena sakit gigi. Ia tidak mengerti apa yang hendak wanita itu isyaratkan padanya melalui sorot matanya yang tajam, tapi jika ditebak-tebak pasti tak jauh dari 'jangan berisik' atau 'pergilah' yang ingin dikatakannya. Lantas Henry hanya mengangguk-angguk meski tidak paham apa yang dikatakan Sally, karena wanita itu kini tengah berusaha berbicara tetapi kesulitan akibat giginya yang sakit.'Ya, ya. Aku tahu gigimu sedang sakit, maaf karena telah membuat keributan tiba-tiba...," ucap Henry.Sally bergumam tidak jelas lagi."Sudahkah kau pergi ke dokter gigi d
Singkat cerita mengenai Henry dan Misa yang membantu Kent berbenah toko peralatan kantor milik pamannya sejak matahari baru memunculkan diri. Karena rencana mereka agar toko milik paman Kent ini akan selesai pada jam bukanya atau jam 11 pagi. Tapi Henry buru-buru menolak hal tersebut dan menambahkan syarat pada perjanjian: bahwa mereka takkan bersedia membantu Kent membereskan toko jika Kent tidak ikut bersama mereka menjenguk pamannya. Bagaimanapun juga Kent masih tetap tahanannya, dan Kent bisa melakukan apa pun untuk mengelabuinya. Kent yang sudah terlalu lengah pada akhirnya menuruti kemauan Henry. Dia bingung harus melakukan apa agar dirinya dapat terlepas dari prasangka sang Detektif. Pun si teman Detektif yang merupakan seorang detektif juga tidak berniat mempercayainya. Maka dari itu, Kent lebih memilih bergerak gesit agar semuanya dapat kembali normal. Tanpa ada detektif, kasus, polisi, bukti, atau apa pun yang berhubungan dengan itu. Setelah melalui b
Mereka menunggu sampai Kent selesai melayani pelanggannya. Sembari menunggu mereka berkeliling mencari keberadaan benda yang dicari. Walaupun Toko Peralatan Kantor ini memang tidak kelihatan seperti Toko Peralatan Kantor pada biasanya dari luar, di dalamnya tak dapat diragukan lagi kalau ini adalah sebuah Toko Peralatan Kantor. Banyak sekali buku nota, binder, map, dan sejenisnya, bahkan hingga printer tua yang namun masih terlihat berfungsi, kursi kantor, hingga loker-loker kecil dan sedang dengan harga terjangkau pun ada. Kekurangannya adalah... banyak sekali. Tampaknya pegawai di toko ini sedikit, sehingga pasti kesulitan untuk membenah barang-barang yang ada tertata rapi. Dan pasti juga ada campur tangan dari pelanggan yang seenaknya melihat-lihat ataupun mengacak-ngacak ketika mencari sesuatu tanpa dibereskan kembali setelahnya. Tapi Henry sendiri kemari bukan untuk menjadi seorang kritikus, melainkan sebagai seorang detektif.Akhirnya, 2 pelanggan terakhir yang be
Hari ini Misa dan Violet sudah bertemu dua kali, Sebuah kebetulan yang aneh; Misa sendiri tidak menyangka kalau orang yang ditemuinya merupakan salah satu dari teman Henry, dunia seolah menyempit. Apa pun yang dia jumpai semuanya memiliki hubungan dengan Henry, entah apa pun itu."Kau mengenal Violet?" tanya Henry penasaran."Tidak. Kita baru bertemu tadi siang... tak sengaja bertemu lebih tepatnya."Henry mengangguk paham."Tampaknya pacarmu itu merajuk." Misa memperhatikan raut wajah Violet sebelum wanita itu beranjak pergi tadi."Hey? Apa maksudnya pacar? Aku tidak tertarik padanya," tangkis Henry cekatan."Perkataanmu itu akan menyakiti hatinya jika dia mendengar, benar-benar berhati dingin." Misa menyinggung Henry tanpa ragu.Mendengarnya Henry ingin sekali membelikannya sebuah kaca yang sangat besar agar gadis itu dapat melihat dirinya sendiri tak jauh seperti apa yang dia ungkapkan. Karena tidak ingin me
"Bagaimana bis—tunggu sebentar... mengapa kau malah meneleponku? Sudahkah kaucari?"Misa merasa ada yang aneh pada Henry, ia jadi berpikir orang itu tengah membohonginya."Aku meneleponmu tanpa alasan," jawab Henry dari seberang sana.Apa yang ada di dalam kepala lelaki itu Misa selalu tidak memahaminya. "Jernihkan dulu pikiranmu. Di mana kau sekarang?" Misa bermaksud untuk mendatangi Henry saat itu juga.Henry menjawab, "Itu dia, aku masih ada jam kerja setelah ini. Temui aku di rumah sakit di ruanganku dua jam lagi.""Dua jam lagi? Yang benar saja...," gerutu Misa. "Baiklah, karena aku memiliki beberapa pertanyaan juga untukmu. Sampai jumpa dua jam lagi."Terdengar suara helaan napas dari sana, "Asal kau tahu, kau menyelamatkan otakku. Sampai jumpa dua jam lagi."Bip! Misa mematikan panggilannya lebih dulu, trolinya didorong ke kasir, butuh waktu 15-20 menit untuk Misa mengantre. Siang ini cukup ramai khalaya
Kejadian sehari sebelumnya. Di malam hari di rumah sakit tempatnya bekerja, selepas Henry mengantarkan Misa ke apartemennya. "Tunggu sebentar, Kinsey," panggil Henry sambil menepuk bahunya.Kinsey menoleh dan mengangkat alisnya, "Ada apa, Mr. Littlejohn?""Kau bisa lebih dulu langsung ke ruang operasi, aku punya sesuatu yang harus dibicarakan dengan Dr. Theodore," ucap Henry, wajahnya menampilkan senyum dibuat-buat.Kinsey yang memang tidak ingin ikut campur lebih jauh lagi pun mengangguk lalu melanjutkan langkah sambil melambaikan tangannya pada Henry tanpa membalikkan badan.Henry pun berjalan cepat ke arah ruangan Dr. Theodore; sesekali memastikan kalau barang-barang buktinya masih dia bawa. Di depan ruangan Dr. Theodore seperti biasanya dia akan mengetuk dan meminta izin masuk sebelum orangnya mengizinkan."Masuk."Pintu ruangan Dr. Theodore lantas dibuka oleh Henry secara perlahan; ketika Henry masuk Dr. Theodore
Sebelum matahari semakin memunculkan dirinya, Edith bangkit dari kasur dan langsung membuka kulkas mereka. Tidak banyak bahan makanan karena di awal bulan ini mereka berdua belum sempat untuk berbelanja kebutuhan sandang. Karena itu, Edith terpaksa hanya memasak roti isi telur omelette dengan saur cabai dan saus mustard yang tinggal tersisa sedikit. Sebenarnya, hampir tiga hari ini Edith dan Misa hanya sarapan dengan menu yang sama, agak bosan namun harus bagaimana lagi.Misa keluar dari kamar masih memakai piyama cokelat motif kuda kesukaannya, berjalan ke arah kamar mandi sembari mengusap wajahnya berkali-kali."Roti omelette lagi tidak apa-apa, kan?" tanya Edith pada Misa.Misa mengangguk cepat. "Itu sudah lebih dari cukup," kata Misa, sebelum setelahnya ia kembali melangkahkan kaki masuk ke kamar mandi.Beberapa menit sesudah Edith menyiapkan sarapan, Misa keluar dari kamar mandi dengan rambut hitam sepunggungnya yang basah; pakaiann
Telepon Henry berdering ketika ia hendak menyuapkan steiknya ke mulut, lantas ia mengeluarkan ponsel pintar itu dari saku mantelnya sambil merengut malas. "Halo," ucap Henry dengan mulutnya yang masih mengunyah daging. "Halo, Henry. Maaf sebelumnya aku tidak sempat mengangkat panggilanmu tadi, aku sedang berbincang dengan temanku." Arlo menyahut dari seberang sana. Misa dan Osvard sama-sama terdiam sembari menikmati hidangan mereka dan membiarkan Henry menelepon dengan tenang. "Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, apa kau sedang sibuk?" tanya Henry. Tangannya yang menggenggam sebuah garpu menusuk satu potong daging lalu melahapnya lagi.