Beranda / Thriller / Tertipu Masa Lalu / Balas Dendam Bagian 2

Share

Balas Dendam Bagian 2

Penulis: Lia Lintang
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-09 17:06:09

Seluruh seisi galeri berhamburan berlari pergi meninggalkan pameran. Jeff kebingungan, dan juga kesal. Acara yang dinantikan hancur lebur seketika. 

"Sial! Di mana Delano!" teriaknya dengan rasa marah yang luar biasa. 

Wajahnya yang berkulit putih seketika memerah. Rahangnya mengeras. Ia berjalan ke sana kemari kebingungan, tangannya selalu mengelus kalung batu safir merah yang menggantung di lehernya guna mengurangi gugup.

Dalam suasana yang masih riuh. Delano muncul menuruni anak tangga dengan sedikit berlari, ia tergopoh-gopoh menghadap Jeff. Menunjukkan kepedulian dan juga rasa cemas. Berusaha mencuri hati Jeff Hilton.

"Dari mana saja kau! Kenapa selalu menghilang setiap kali dibutuhkan?" Jeff menginjak kotak penyimpanan karya Delano dengan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tertipu Masa Lalu   Mantel Pemancing Emosi

    Setelah cukup lama berbincang dengan Emely. Delano kembali pulang berkumpul dengan para sahabatnya.Sementara di tempat berbeda. Bob dan Hendri kewalahan menghadapi para binatang pemangsa milik Jeff Hilton.Berbagai cara mereka lakukan. Meski begitu mereka juga merawatnya. Memandikan dan memberinya makan agar hewan peliharaan Jeff Hilton menjadi penurut pada Bob dan Hendri.Meski memakan waktu panjang dan menguras tenaga, para dalmantian tetaplah brutal dan buas. Mereka berusaha menggigit Bob dan Hendri berulangkali.Bob tidak putus asa. Ia memakai beberapa balutan kain di lengan sebelah kanan sebagai pengaman. Hanya sekedar berjaga ketika para dalmantian milik Jeff menggigitnya.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-09
  • Tertipu Masa Lalu   Gedung yang Terbakar

    "Hey, Delano. Ayo kita makan!" suara Hendri membuyarkan lamunan Delano yang tercenung menatap lukisan ibunya.Delano segera bangkit duduk di meja makan menghampiri Hendri. Sementara Bob terlihat sibuk menyiapkan makanan dan menatanya di meja makan. Saat itu gilirannya piket menyiapkan makanan untuk mereka bertiga.Sejak dulu memang mereka bergiliran dalam urusan dapur dan juga kebersihan gedung yang mereka tempati. Tidak ada yang merasa keberatan atau merasa menang sendiri. Semuanya sama, seolah mereka benar-benar adalah keluarga.Sejak sore tadi saat Delano kembali dari galeri Jeff Hilton, keduanya menatap prihatin. Seolah tatapan penuh dengan rasa iba pada Delano yang sudah tidak lagi bekerja di tempat itu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Tertipu Masa Lalu   Tak Ada Keluarga yang Meninggalkan Keluarga

    Delano membuka kelopak matanya perlahan, hingga keduanya terbuka sempurna. Setelahnya, netranya mengedar memperhatikan sekeliling ruangan.Ruangan itu begitu asing baginya. Rumah bergaya Eropa klasik namun minimalis adalah pilihan pemilik rumah saat itu. Cat tembok berwarna krem mendominasi ruangan yang membuat ruangan terasa dingin dan sejuk.Mata Delano mengerjap berulang kali seakan tak percaya jika dirinya masih bernapas setelah kebakaran yang menimpanya. Netranya menjelajah mencari-cari para sahabatnya.Tak lama kemudian, pria berusia paruh baya datang dan mengusap kening Delano yang sebelumnya mengalami demam tinggi. Bahkan saking tingginya, Delano terus meracau semalaman. Ia memanggil semua nama orang terdekatnya. Seperti Hendri, Bob, dan juga ibunya yang tel

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Tertipu Masa Lalu   Tentang Miranda dan Oscar

    Delano masih diam termangu mendengarkan seluruh penuturan Oscar tentang jati dirinya. Seolah tak percaya jika darah yang mengalir di tubuhnya adalah milik orang yang kini dibencinya.Sejak mengetahui Jeff bukan pria yang baik, dengan memanfaatkan karya orang lain yang di klaim sebagai miliknya, sejak saat itu juga Delano membencinya.Namun, seiring berjalannya waktu benci itu berubah menjadi dendam karena Delano mengetahui yang mendorong ibunya adalah Jeff Hilton hingga terjatuh ke lantai dasar hingga meregang nyawa."Tidak! Aku bukan putra Jeff! Dia pecundang, jika aku memang benar putra kandungnya … lalu siapa wanita yang dulunya merawatku saat kecil? Di mana ibu kandungku? Kenapa Jeff tidak mengenaliku?" Delano melemparkan isi peti yang diberikan Oscar hingga berserak di dep

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Tertipu Masa Lalu   Aku Berbeda

    Delano duduk menyendiri di taman kota. Ia berteriak melegakan nyeri di dada. Rasanya begitu sesak. Kenyataan pahit, mewarisi darah Jeff membuatnya membenci dirinya sendiri. Seakan tak rela dilahirkan sebagai putra orang terkejam, licik, dan juga ambisius yang rela melakukan segala cara demi mencapai kesuksesan.Dengan cepat, satu tendangan mampir di kursi panjang bercat putih yang berjajar di taman kota. Seorang warga sekitar yang sedang menikmati taman tersentak kaget, tubuhnya terlempar di rerumputan tipis tepat ada beberapa anak juga yang bermain di sana.Pemuda yang terjatuh dan tersentak itu segera beranjak, dan menatap tajam setelah dirinya ditendang.Usianya nyaris seumuran, postur tubuh juga tak jauh berbeda. Hanya saja ia lebih bergaya dan modis dibandingkan Delano. Siapa lagi jika bukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Tertipu Masa Lalu   Tentang Luka Delano

    Sore hariFirenze-ItaliaMasih di taman kota. Delano diam seorang diri selepas kepergian Calista. Wajahnya masih terbayang, sejenak rasa itu mampu mengusir kecewa dan benci yang ia rasakan pada Jeff sebelumnya.Kepalanya menengadah menatap langit. Ia bersandar di ayunan mengasingkan diri sejenak, dari riuhnya jalanan yang bising dengan rutinitas sehari-hari.Lukisan merah di langit jingga begitu menakjubkan. Hatinya semakin getir ketika gemuruh langit meluapkan kemarahan menampakkan cahaya kilat yang perdetik menerangi suasana taman yang kian sunyi.Lihatlah. Bekas terbakar di ujung kain yang ia kenakan. Masih terbayang ngeri ketika kobaran api menyambar setiap sudut ruangan dan kedua temannya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • Tertipu Masa Lalu   Harta dan Tahta

    Beberapa kendaraan melintas. Bisingnya terdengar keras dari dalam mobil yang ditumpangi oleh Delano. Suara orang yang berlalu lalang, dan juga klakson mobil ketika berada di lampu merah begitu riuh terdengar.Namun, tidak juga mampu membuat Delano tersadar dari pingsannya. Sudah satu jam berlalu semenjak perjalanan pulang dari galeri Jeff Hilton. Ia masih sama. Tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan sedikitpun.Oscar begitu cemas, begitu juga yang lainnya. Mendadak suasana menjadi hening ketika seorang dokter pribadi Oscar memeriksa keadaan Delano."Apakah dia baik-baik saja?" tanya Emely, ia begitu mencemaskan Delano."Ia hanya trauma dengan sesuatu, hibur saja setelah bangun. Agar dia mamp

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • Tertipu Masa Lalu   Menemui Merry

    Jeff bangun lebih awal dari biasanya. Ia segera mengenakan jas mahalnya. Ini memang rutinitas sehari-hari yang tak biasa. Ia bahkan tergesa-gesa mencari Oscar. Tanpa Oscar Jeff hilang keseimbangan. Sebab Oscar adalah pengikut setia yang selalu menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Jeff Hilton."Oscar!" teriaknya, Jeff terus berjalan dengan langkah cepat menyusuri setiap sudut ruangan.Setiap kamar tamu ia buka. Kosong. Tidak ditemukan satu pun penghuni di dalamnya. Jeff juga tidak berhenti berteriak memanggil dengan suara lantang."Oscar! Oscar … Oscar!" teriak Jeff sambil terus berjalan. Ia bahkan mengabaikan seluruh maid yang bekerja padanya.Namun, O

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13

Bab terbaru

  • Tertipu Masa Lalu   Terkurung Mimpi

    Delano terbaring di ranjang pasien, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Matanya bergerak-gerak cepat di balik kelopak mata tertutup, seolah terjebak dalam mimpi buruk yang menakutkan. Beberapa orang mengguncang-guncangkan tubuhnya dengan lembut, berusaha membangunkannya dari koma panjang yang telah lama menahannya."Delano, bangunlah! Tolong bangun!" suara lembut namun tegas memanggilnya.Perlahan, Delano membuka matanya. Pandangannya masih kabur, namun ia bisa merasakan kehadiran orang-orang di sekitarnya. Matanya kemudian fokus pada sosok di sisi ranjangnya. "Papa?" Delano berkata dengan suara serak, penuh ketidakpercayaan. "Papa Hilton?"Jeff Hilton, ayahnya yang sudah lama ia kira meninggal, duduk di sana dengan senyuman penuh kelegaan."Ya, Nak. Ini Papa," jawab Jeff dengan suara lembut, menyentuh tangan Delano dengan lembut.Delano menatap sekeliling, melihat wajah-wajah yang begitu akrab namun terasa seperti dari dunia lain. Di dekat pintu, seorang pria botak berdiri denga

  • Tertipu Masa Lalu   Bab 159. Kekuatan Batu Mera Safir

    "Tuan, Delano, saya sangat menganjurkan untuk beristirahat sejenak," ujar Oscar dengan nada penuh kekhawatiran, mencoba meyakinkan Delano yang masih tegar berdiri meski tubuhnya bergoyang-goyang."Dengarlah, Delano. Kesehatanmu sangat penting," tambah Miranda, ibu Delano, sambil menggenggam erat tangan anaknya. "Kami semua khawatir padamu."Delano menggeleng tegas, matanya bersinar penuh tekad. "Saya tidak bisa beristirahat, Ibu. Saya harus menemukan gadis itu, membantunya sebelum terlambat."Oscar mendesah, mencoba meredakan kepanikan yang mulai melanda. "Tapi, Delano, kamu tidak dalam keadaan yang baik. Kamu butuh istirahat.""Tidak, Oscar. Saya sudah memberikan kata-kata saya pada gadis itu, dan saya akan memenuhinya," balas Delano, suaranya terdengar lemah namun penuh tekad. "Saya tidak bisa tinggal diam ketika seseorang membutuhkan bantuan."Miranda menatap putranya dengan penuh kebanggaan, meskipun juga khawatir. "Kamu adalah anak yang mulia, Delano. Tapi, pikirkanlah juga keseh

  • Tertipu Masa Lalu   Mencari Lukisan Misterius

    Cahaya berkilauan di sekeliling Ben Daniel, melibatkan tubuh Delano dalam mantra penggabungan jiwa. Sementara itu, saat Delano melafalkan mantra tersebut, keajaiban terjadi. Di tengah keheningan, suasana berubah, dan tiba-tiba, Delano merasakan sensasi transmisi yang menakjubkan. Dalam sekejap, Delano terbangun di sebuah kasur empuk, menyadari bahwa ia berada di dalam istana yang ia yakini sebagai keluarga ayahnya. Keheranan meliputi dirinya sendiri, dan dalam kebingungan, ia melihat ibunya—Oscar, mendekatinya dengan penuh kelembutan. Dengan mata penuh kegembiraan, Oscar menceritakan kisah pahit selama tiga bulan terakhir. Delano, tanpa sadar, telah berada dalam koma yang panjang. Perasaan kehilangan dan rindu ibu yang menyayangi anaknya menjadi permainan emosi di antara mereka, meruntuhkan hati Delano yang baru saja terbangun dari dunia lain. Miranda menatap Delano dengan matanya yang penuh kekhawatiran, "Delano, bagaimana perasaanmu? Apa yang kau rasakan selama ini?" Delano meng

  • Tertipu Masa Lalu   Membebaskan Jiwa Kejam

    Usai membantu membebaskan Anna dari cengkraman makhluk jahat, Ben Daniel segera menjadi remaja dan membawanya masuk ke dalam mobil. Sementara di dalam rumah usang di tengah hutan, masih menyisakan suasana mencekam.Ben Daniel merasakan detak jantungnya semakin cepat saat ia melihat Delano berubah menjadi makhluk yang menakutkan. Dengan tangan gemetar, ia segera meraih botol ramuan yang telah disiapkan sebelumnya. "Kembalilah, Delano!" serunya sambil berusaha menjaga kestabilan emosinya.Delano yang kini tampak seperti makhluk buas, merintih kesakitan saat ramuan itu menyentuh kulitnya. Bulu-bulu lebatnya mulai rontok, dan matanya yang tajam terlihat melemah. "Aku... tidak ingin melukaimu, Delano," Ben Daniel berbisik sambil terus mengoleskan ramuan itu.Sambil terus mengucapkan mantra dengan penuh konsentrasi, ia merasakan energi magis mengalir dari tubuhnya ke ramuan. Dia merasa bahwa ada kekuatan di dalam dirinya yang dapat melawan pengaruh gelap yang merasuki Delano. Pandangan mata

  • Tertipu Masa Lalu   Ritual Mencekam

    Dari embusan angin yang terasa kencang seolah menampar-nampar wajah, Ben Daniel sudah menyadari kehadiran sosok jahat di dekat Delano. Dengan cekatan, tapi diam-diam, Ben Daniel menyembunyikan botol kecil berisi ramuan yang dibuatnya sendiri di balik baju yang ia kenakan. Kemudian, ia mendorong kendaraan miliknya yang sebelumnya sempat ia sembunyikan di bawah rerantingan kering dan juga dedaunan yang menutupinya. Namun, yang mengejutkan. Tiba-tiba saja mobil tersebut bergerak cepat seolah ringan melesat cepat di jalanan sambil disentuh pelan. Delano, kau meminta bantuan kepada siapa? Tanya Ben Daniel sambil menatap tajam, seolah mengisyaratkan kemarahan. Delano tergemap seketika. Bibirnya terkatub rapat. Tak ada kecuali katapun yang keluar sebagai pembelaan, sedangkan matanya membelalak lebar. "Delano!" bentak Ben Daniel. Delano berjingkrak dan kembali menatap si empunya mobil tua yang baru saja dikeluarkan dari tempat persembunyiannya. "Tidak ada, Om. Mungkin perasaan Om Ben s

  • Tertipu Masa Lalu   Kecemasan Ben Daniel

    Delano melangkah perlahan ketika hendak menemui Ben Daniel. Pria paruh baya itu, bahkan bisa menerka jika Delano sedang mencemaskan sesuatu dari mukanya yang sedang ditekuk."Ayo kita pergi sekarang!" ajak Ben Daniel, meski sedikit ragu.Perlahan ia melangkah keluar rumah. Namun, Delano tetap berdiri di pijakannya. Tercekat tanpa kata."Delano, ayo! Tidak ada waktu untuk melamun. Anakku dalam bahaya!" teriaknya.Ben Daniel sengaja bersuara keras agar Delano yang pikirannya tampak terganggu segera kembali fokus dan santai mengikuti langkahnya.Bukannya melangkah, akan tetapi Delano yang saat itu masih berdiri di taman pintu justru terjatuh dan terkulai lemas di lantai.Seolah mengalami demam tinggi, pemuda itu kembali terlihat aneh. Tubuhnya yang menggigil pun mengeluarkan suara erangan menyeramkan.Tak lama kemudian, yang terlihat hanyalah seklera matanya saja. Terang saja mata Ben Daniel membulat sempurna. Saya benar-benar terkejut dengan perubahan Delano.Delano, apakah ini artinya

  • Tertipu Masa Lalu   Benar-benar Bernapas

    Karena merasa terganggu dengan bisikan-bisikan gaib. Akhirnya, Delano memutuskan menggunakan penutup mata. Ia mencari-cari seutas tali menyerupai pita lebar berwarna hitam. Segera. Dengan cekatan, tangannya memegangnya dan mengikat memutar di kepalanya hingga pelupuk matanya benar-benar tertutup.'Kali ini kau bahkan tak bisa mengusik pikiranku. Tapi aku juga tidak ingin melihat bagaimana pun wujud aslimu. Dasar, iblis sialan!' Batin Delano terus merutuk.Dengan mata terpejam, jemarinya genggam kuas yang sudah ia oleskan ke palet dengan warna yang sudah ia hapal tata letaknya di palet sebelumnya. Setelahnya, ia goreskan di kanvas yang sebelumnya melukis gambar Daren setengah jadi.Anehnya. Delano mahir melukis meski dengan mata tertutup sekalipun. Ia bahkan tidak kesulitan memilih warna di palet, dan gambar yang dihasilkan pun sangat rapi. Ya. Lukisan tersebut benar-benar menggambar wajah tampan Daren yang sedang duduk di sebuah kursi dengan bantalan empuk berwarna hitam.Seolah sedan

  • Tertipu Masa Lalu   Mimpi yang Nyata

    Suasana sepi disertai angin berembus kencang dan juga gemericik hujan yang tak kunjung pergi membuat Delano semakin resah. Ia seakan patah semangat. Dan memilih duduk menunggu di sudut ruangan. "Om Ben, apakah waktu yang dibutuhkan untuk meracik ramuanmu itu sangat lama?" tanya Delano sambil menampakkan wajah sendunya. "Tergantung," balas Ben menatap sekelias sepersekian menit kemudian tatapannya kembali ke arah kendi keramik yang di genggamnya. "Jelasin yang rinci dong! Nanggung banget, yang di culik sebenarnya anak siapa sih?" geram Delano saat menyadari respons Ben yang seolah biasa saja. “Anak Om Ben sama Lisa, sudah pernah dibahas! Saya ngomong tergantung, sebab belum tahu apakah bahan yang mau saya racik itu sudah lengkap atau tidak," jelas Ben seolah mencoba menekan agar Delano diam. Benar. Delano tercengang mendengarnya. Kemudian ia memilih diam memandang sekilas tentang David. Dan pikirannya kembali, seperti kaset yang diputar. Ia mengingat David pernah datang berulang k

  • Tertipu Masa Lalu   Diculik Iblis

    Malam semakin pekat, di bawah guyuran hujan deras disertai badai, seorang gadis terkulai tak berdaya dalam keadaan terperangkap di dalam mobilnya.Tak ada seorang pun yang melintas. Angin semakin kencang, semua berlangsung cukup lama. Hingga akhirnya ia sadarkan diri juga. Lehernya masih terasa perih. Tak banyak yang dapat ia lakukan, kecuali menunggu seraya meraba lehernya yang berlubang dan basah akan cairan kental berbau anyir dengan warna merah pekat.Waktu terasa lama jika menunggu. Dengan napas yang terasa berat, Anna berusaha bangkit dari kursi kemudinya. Sakit. Kepalanya bahkan terasa pusing.Badai terasa hampir reda. Hal yang paling ia takutkan saat ini hanya satu. Kematian. Ia tidak ingin mati sia-sia setelah menempuh perjalanan yang mengorbankan dirinya. Ia sangat berharap untuk bisa bertemu dengan Delano atau bahkan Ben Daniel sebelum maut menghampirinya."Delano," rintihnya. Suaranya nyaris tak terdengar akibat menahan sakit dengan dua luka berlubang di leher yang terus m

DMCA.com Protection Status