Dina dan Yuliani terus melangkahkan kaki tidak peduli dengan pria yang ada di pinggir mobil."Kenapa kamu pergi tanpa memberitahuku, Yul? Aku tidak akan menyadera, aku akan membantumu," ucap pria yang sudah menolong Yuliani saat tidak sadarkan diri semalam. "Kamu kenal sama pria ini, Yul?" tanya Dina heran karena pria yang ada di pinggir mobil Mark mengajak ngobrol dengan putrinya.Yuliani menganggukkan kepala dan berkata, "Ibu masuk duluan aja, aku akan berbicara dengan pria ini." Yuliani meminta dengan lembut terhadap ibunya."Ya sudah, kamu hati-hati. Jangan terlalu jauh ngobrolnya, kalau sudah selesai langsung masuk ke dalam mobil." Dina memberikan beberapa nasihat."Baik, Bu." Yuliani memberikan senyuman. Dina masuk ke dalam mobil suaminya, sedangkan Yuliani mulai berbicara dengan pria yang sudah menolongnya dengan tulus."Terima kasih sebelumnya, Reza. Kamu sudah berbaik hati untuk membantuku saat aku tidak sadarkan diri. Maafkan aku juga karena tidak pamit waktu pergi dari ru
Yuliani lantas kebingungan karena harus bersembunyi entah dari siapa."Kamu nurut saja, Yul. Lebih cepat lebih baik," kata Mark mendesak. Tanpa pikir panjang wanita itu menundukkan kepala dan tidak duduk di kursi. Di luar mobil, Dina tengah diinterogasi oleh seorang pria yang ternyata suami putrinya."Aku tadi melihat kalian bersama, gak usah berpura-pura lagi deh! Cepat minta Yuliani untuk kembali ke rumah!" pinta Anton mengernyitkan dahi."Aku sudah bilang dari awal, kita tidak pernah menyembunyikan Yuliani. Kenapa kamu gak percaya?" cetus Dina mulai berdusta."Dari tadi aku sudah mengikuti kalian, meskipun sempat kehilangan jejak. Namun, waktu di pasar tradisional. Aku melihat Yuliani masuk ke mobil kalian!" seru Anton dengan penuh keyakinan. Tidak mungkin juga pria itu salah lihat."Lebih baik Ibu gak usah berbohong lagi. Cepat keluarkan Yuliani, sebab akan aku ajak dirinya pergi sekarang juga!" Anton mulai membentak Dina. Akan tetapi, wanita itu berusaha untuk mengabaikan pria ya
Ternyata Yuliani sedang berbincang dengan seorang pria yang terlihat punggungnya saja. Dina pun menghampiri putrinya untuk memastikan kalau semua baik-baik saja. "Ngapain lagi kamu menemui anakku?" tanya Dina dengan nada sedikit meninggi."Aku cuma mau meminta maaf, Bu. Aku tidak ingin berpisah dengan Yuliani," kata Anton menjelaskan. Kali ini sikapnya sudah semakin lembut, dan terlihat sabar."Biarkan kita berbicara dulu berdua, Bu. Bisa 'kan?" tanya Yuliani tidak ingin Dina ikut campur. Sang Ibu mengerti dengan perkataan putrinya, jadi wanita setengah paruh baya tersebut pergi meninggalkan anak dan menantunya."Jangan lupa sholat," ucap Dina, kemudian berlalu pergi meninggalkan Anton dan Yuliani.Mendengar nasihat sang Ibu, wanita yang tengah hamil mengajak suaminya untuk menunaikan kewajiban terlebih dahulu. Dengan kesepakatan, mereka akan bertemu setelah selesai beribadah. Anton segera mengambil wudhu, Yuliani juga. Selanjutnya, mereka melaksanakan kewajiban berjama'ah di masjid
Anton meninggalkan teman nongkrong dalam keadaan marah, sebab dirinya diremehkan."Enak saja mereka kalau bicara, aku akan membuktikan kalau aku bukan pria yang besar omongan doang kepada mereka!" gerutu Anton sepanjang perjalanan pulang. Jika kemarin dia tidak pulang ke rumah lantaran mencari keberadaan Yuliani, untuk saat ini pria itu justru kembali untuk menemui Berlian. Bagaimanapun, dia butuh yang namanya dukungan dari istri sirinya agar bisa mendapatkan istri kedua yang masih dicintainya. Anton kembali menempuh perjalanan dengan menggunakan sepeda motor butut yang dimilikinya. "Aku harus mencari ide agar aku tidak kehilangan Yuliani, maupun Berlian." Anton berpikir sepanjang jalan. Untuk mengambil hati Berlian, pria itu tidak lupa membawa pulang martabak rasa coklat keju kesukaan Berlian. Berharap wanita itu tidak akan marah atau curiga, mengingat dari awal pria itu pergi mencari Yuliani sudah berdusta dengan mengatakan kalau dia sedang mencari pekerjaan. Tidak lupa pula pria
Kedua rentenir yang datang mulai berteriak agar Berlian keluar untuk membayar semua hutang yang belum dibayar beserta bunganya."Kamu punya hutang?" tanya Anton dengan sorot mata yang tajam.Berlian menganggukkan kepala, mengiyakan pertanyaan suaminya. Anton mulai menghela napas panjang, lalu membuangnya dengan kasar. "Hidup lagi sulit, kamu malah semakin mempersulit saja." Anton malas untuk marah kepada Berlian, hal itu juga tidak mungkin melunasi hutang-hutangnya."Kamu mau ke mana, Mas?" tanya Berlian saat Anton melangkahkan kaki ke arah pintu. Bagaimanapun, pria dan wanita itu tidak mungkin bisa kabur. Jalan satu-satunya harus menghadapi kedua rentenir yang sudah tidak sabaran di luar rumah."Jangan, Mas. Aku tidak mau terjadi hal buruk padamu, lebih baik kita sembunyi saja." Berlian memberikan solusi yang tidak tepat."Kamu saja yang sembunyi, aku yang akan hadapi mereka." Anton berbicara dengan penuh percaya diri."Kalau kamu memang tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padaku
"Ngapain lagi kamu datang ke sini? Kalau cuma mau merusak hidupku, lebih baik kamu pergi saja!" usir Berlian geram."Aku datang ke sini cuma ingin mendapatkan jatah darimu saja. Kamu masih ingat rahasia kita 'kan?" tanya pria yang memakai hoodie warna hitam. Wajahnya ditutupi masker dan memakai topi di kepala.Berlian terpaksa memberikan selembar kertas berwarna merah pada pria itu. "Segini saja cukup ya! Soalnya memang lagi seret pemasukan," ucap Berlian berbohong. Dia menyembunyikan sisa uang yang diberikan Anton dengan rapat. Dia tidak mau kehilangan uang yang seharusnya untuk memanjakan dirinya.Pria itu tidak banyak protes, melainkan segera pergi meninggalkan Berlian seorang diri. "Kamu bicara sama siapa, Berlian?" tanya Anton yang tiba-tiba ada di belakang Berlian. Wanita seksi itu sontak kaget dan kebingungan sendiri. Dia kembali melihat pria yang ada di hadapannya. Ternyata dia sudah pergi, kali ini Berlian selamat dari masalah."Gak ada, Mas. Berlian cuma bergumam saja."
Mereka berdua justru membuat kisruh, tidak ada yang mau mengalah. Keduanya malah bertengkar sehingga membuat Mark murka. Pria itu tidak suka jika ada ribut-ribut, terlebih di rumahnya. "Kalian berdua lebih baik pergi dari rumah ini dari pada bikin ribut saja!" hardik Mark dengan wajah penuh amarah."Maaf, Ayah. Aku tidak bermaksud, kalau memang harus pergi. Dia yang seharusnya pergi dari sini, bukan aku." Anton berusaha membela diri."Kalian berdua yang pergi, hari ini aku dan keluargaku tidak menerima tamu siapa pun." Mark tetap mengusir dua pria yang sedang memperebutkan Yuliani."Gara-gara kamu nih, aku jadi kena imbasnya. Ayah mertuaku tidak mengizinkan aku masuk!" Anton menghardik Reza."Kenapa aku yang salah? Jelas salahmu, kalau saja kamu bahagiakan wanita yang kamu anggap istri, tidak mungkin kamu diusir." Reza tidak mau kalah. "Kamu memang benar-benar ya!" Anton bersiap untuk melayangkan tangan, tapi berhasil ditepis oleh Reza. "Kamu gak usah bersikap sok jagoan!" cetus Re
Tangan Yuliani rupanya sudah digenggam erat oleh suaminya. "Tatap mataku, Yul. Apakah ada dusta di sana? Aku ingin kita bersama tanpa ada orang ke tiga. Namun, kalau memang kamu ingin aku menjaga jarak terlebih dulu hingga aku mendapatkan rumah untuk kita dekat sekitar daerah sini, aku akan berusaha. Asalkan setelah aku mendapatkan apa yang kamu mau, kamu bersedia tinggal bersamaku," ujar Anton lirih. Sinar matanya terlihat begitu serius, hingga Yuliani tidak bisa melihat dusta di sana. "Baik, aku akan menunggu sampai kamu mendapatkan semua yang aku minta. Kemudian, datanglah ke rumah ini untuk menjemputku." Yuliani berbicara dengan tegas."Terima kasih, Yul. Sudah mau percaya dan memberikan aku kesempatan. Tidak akan aku sia-siakan lagi." Anton memberikan senyuman manis kepada wanita terkasihnya. Yuliani memberikan senyuman juga, meskipun dalam hatinya masih ragu apakah Anton bisa memberikan apa yang diinginkan. Mengingat pria itu sudah tidak memiliki apa-apa. 'Mungkin saja dia aka
Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,
Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke
Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel
Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan
Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan
Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k
Yuliani masih terngiang akan lamaran Reza, tapi wanita itu tidak mungkin secepat itu mengambil keputusan untuk menerima. Terlebih, perceraian masih dalam proses di pengadilan. Dia tidak mungkin terburu-buru sekalipun surat cerai sudah ada digenggaman tangannya. "Aku belum siap menerima siapa pun untuk hadir dalam hidupku. Butuh waktu yang lama buatku untuk kembali menikah, sebab rasa trauma yang masih aku rasakan. Aku harap kamu mengerti dengan ucapanku, dan aku merasa tidak pantas untukmu." Itulah kalimat jawaban yang diberikan Yuliani pada Reza. Tidak hanya mengerti, pria itu bahkan siap untuk menunggu wanita yang dicintai sampai kapan pun juga, hingga mau membuka hati untuknya. Yuliani merasa bingung dengan semuanya. "Kenapa aku harus dihadapi dengan persoalan perasaan lagi?" pikirnya. Dia memijat keningnya yang merasa pusing karena memikirkan semuanya."Ibu sakit?" tanya Kevan ketika melihat ibunya masih belum tidur. "Ibu hanya pusing sedikit saja. Kamu mending istirahat ya, so
Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d
Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton