Berlian meredam emosi karena teringat akan amanah yang Anton berikan. Dia tidak ingin menjadi wanita yang dibenci suami cuma gara-gara perlakuannya pada wanita yang kini sudah sah menjadi madunya."Kenapa diam saja?" tanya Yuliani ketus. Berlian hanya bisa mengelus dada dan berpaling pergi sembari menggendong Ayra."Apa aku gak salah lihat? Kesambet apaan tuh orang?" pikir Yuliani sembari mengernyitkan dahi. Tidak biasanya Berlian bisa meredam emosi dengan cepat seperti itu.Yuliani masuk ke dalam rumah dan memainkan game puzzle yang ada di handphonenya. Di saat asik bermain, tiba-tiba saja Berlian datang dan duduk di samping wanita yang tengah hamil tersebut."Soal pekerjaan mas Anton, aku masih penasaran. Memangnya dia kerja di mana?" tanya Berlian yang selama ini tahunya kalau Anton tidak bekerja. Hanya mengandalkan uang dari keluarganya yang kaya."Serius kamu gak tahu?" tanya Yuliani mengernyitkan dahi. Handphone yang semula ada dalam genggamannya seketika ditaruh di atas meja.
Berlian sudah mencampur makanan Yuliani dengan makanan yang dipercaya bisa menggugurkan kandungan, tapi sudah diolah dengan sebaik mungkin agar wanita yang tengah hamil itu tidak tahu."Silakan dimakan," kata Berlian menuangkan makanan di atas piring Yuliani. "Terima kasih." Dalam hati wanita yang tengah hamil bergumam, "Pasti ada yang tidak beres. Kenapa tiba-tiba Mak lampir ini bisa baik? Aku gak yakin kalau dia tulus." "Kamu makan yang banyak, jangan berpikir negatif sama aku. Pasti sekarang kamu bingung 'kan? Kenapa aku bisa baik? Padahal aku melakukan semua ini karena aku mau berdamai sama kamu." Berlian berusaha menebak jalan pikiran Yuliani."Enggak kok, Mbak. Aku gak berpikir begitu," kilah Yuliani menyeringai."Bagus kalau kamu tidak negatif thinking sama aku." Berlian memberikan senyuman manis. Meskipun begitu, pantang bagi Yuliani cepat percaya. Dia harus berhati-hati dengan wanita yang sudah menjadi saingannya tersebut. Mengingat Wulan istri pertama saja bisa disingkirk
Yuliani kembali ke rumah dengan wajah kusut karena omongan tetangga yang pedas dan cukup melukai hatinya. "Ada untungnya rumah mas Anton jauh dari tetangga julid itu. Kalau dekat, bisa-bisa telingaku panas setiap kali mendengar ucapan mereka." Yuliani tidak henti ngomel-ngomel sendiri, hingga sampai di rumah Berlian. Dia disambut dengan baik oleh istri siri suaminya."Dari mana?" tanya Berlian tanpa mencurigai Yuliani telah memberikan makanan yang dimasak kepada tetangga."Habis dari warung," sahut Yuliani singkat.Berlian penasaran, jadi wanita itu bertanya lagi. "Beli apa di warung? Aku lihat kamu gak bawa apa pun." Berlian langsung pada intinya. Menurut perkiraan, harusnya apa yang direncanakan sudah berhasil. Yuliani mulai mules karena efek dari makanan yang sudah dicampur dengan makanan yang dipercaya bisa menjadi penggugur janin. Namun, sejauh ini Berlian melihat madunya terlihat biasa-biasa saja. Tidak ada perubahan apa pun yang terjadi, jadi dia berpikir kalau caranya tidak
Berlian segera berlari ke arah Ayra yang sedang menghampirinya. Dia tidak ingin mengambil resiko jika anaknya terjatuh. Pada akhirnya wanita seksi yang harus merasakan sakit karena lantai yang licin. Memang ada sebagian saja lantai yang diberikan pelicin lebih agar Yuliani bisa terjatuh dengan cepat."Bunda, bunda gapapa?" tanya Ayra dengan polosnya. Kali ini Berlian merintih kesakitan, bukan lagi berpura-pura. Pergelangan kakinya benar-benar keseleo."Bunda gapapa," sahut Berlian menahan sakit. Dalam batinnya terus saja mengumpat karena perlakuan Yuliani yang ternyata lebih cerdik darinya."Kalau begini ceritanya, sama saja senjata makan tuan! Dia tidak mudah untuk dikalahkan ternyata. Aku harus bisa lebih cerdik darinya." Berlian bergumam kesal. Rasa nyeri yang dirasakan harus ditahan. Berusaha untuk menguatkan dirinya dan mulai berdiri. "Biar aku bantu, Bunda." Ayra menawarkan diri."Gak usah, Bunda bisa berdiri sendiri." Berlian berusaha dengan sekuat tenaga hingga bisa berdiri
Berlian tetap membela diri, tidak mau mengakui kesalahan yang dilakukan."Kamu salah sangka, Yul. Sama sekali aku tidak memiliki niatan jahat seperti itu. Mana mungkin aku tega melenyapkan calon bayi suamiku sendiri, meskipun dari rahim wanita lain?" cetus Berlian dengan netra berkaca-kaca."Kamu percaya sama aku 'kan, Mas? Aku gak mungkin melakukan itu semua." Berlian berharap suaminya akan membela.Anton berpikir sejenak, lalu mengiyakan apa yang dikatakan Berlian."Aku percaya dengan ucapan Berlian. Lagi pula, kalau gak ada buktinya. Kamu seharusnya jangan menuduh sembarangan, bisa saja semua terjadi tanpa disengaja dan memang kecelakaan." Anton menegaskan agar Yuliani tidak berprasangka buruk pada Berlian."Aku tahu kamu pasti masih marah dengan sikapku karena dari awal kamu datang ke rumah ini tidak diperlakukan dengan baik, tapi setidaknya jangan menuduhku yang tidak-tidak," ucap Berlian lirih."Aku akan buktikan, Mas. Kalau dia cuma drama saja, apa yang aku katakan semuanya ben
"Aku kira kamu sudah pergi ke akhirat sana. Aku terlanjur bahagia, ternyata cuma pikiranku saja yang tidak tepat." Berlian berbicara sinis."Gak kebalik ya, Mbak? Harusnya yang pergi ke akhirat itu kamu. Ngapain juga kamu lama-lama hidup kalau tidak bermanfaat seperti seonggok sampah yang tidak ada harganya." Yuliani mencecar Berlian dengan perkataan yang kasar."Kamu jangan salah. Sampah pun bisa bernilai jika dikelola dengan baik. Apa kamu lupa dengan namaku, itu sesuai dengan orang-orang yang menilaiku. Berlian, bukan wanita sembarangan tapi memiliki nilai yang tinggi." Berlian berbicara sembari membusungkan dada. Wanita itu memang ahli di bidang menyombongkan dirinya. Yuliani tidak membalas dengan perkataan, hanya tersenyum. Kemudian melakukan tindakan yang membuat Berlian semakin kesal. "Kenapa kamu menendang kakiku, bodoh!" cetus Berlian kesal karena Yuliani telah menendang tepat pada sasaran. "Heh! Jangan pergi kamu!" teriak Berlian sembari melihat kepergian Yuliani.Ingin ra
Sebelum berangkat, Anton menemui Yuliani yang sedang berada di dapur. Memeluk erat tubuh wanita itu dan meminta maaf."Maafkan aku jika ada perkataan yang membuat hatimu terluka. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu, Sayang." Anton mulai mengeluarkan jurus andalannya. Dia mulai mengelus rambut Yuliani, lalu menautkan bibirnya ke kening sang Istri.Yuliani hanya diam, tidak ada penolakan. Dia menerima apa pun yang akan dilakukan suaminya tanpa banyak bertanya. Yang terpenting baginya untuk saat ini, dia harus bertindak secepatnya agar dia mengetahui semua seluk beluk yang disembunyikan Anton."Kenapa kamu diam saja?" tanya Anton melihat wajah Yuliani tanpa ekspresi. Biasanya sang Istri akan bahagia jika diperlakukan dengan baik dan romantis."Aku lagi sariawan, Mas." Yuliani berdusta. Padahal dia enggan mau basa-basi dengan suami yang mungkin masih membohonginya."Kalau gitu jangan lupa beli obat biar cepat sembuh," kata Anton tanpa memberikan Yuliani uang untuk membeli obat.Sang Ist
Langkahnya berhenti saat melihat jalan raya, ternyata wanita itu keluar dari desa. Mungkin sudah saatnya aku kabur dari mas Anton agar dia memikirkan kesalahan yang sudah dibuatnya. Beruntung wanita itu membawa handphone kemanapun, meski tidak ada sinyal. Dia mulai mencari kendaraan yang lewat untuk mengantarkan ke rumah ibunya. Yuliani menunggu sekitar lima belas menit, kendaraan angkot pun lewat. Dia meminta untuk diantarkan ke rumah Dina. Handphone yang ada digenggaman dihidupkan, ternyata banyak sekali pesan masuk dari Dina dan sahabatnya, Karin. Mereka semua menanyakan kabar Yuliani.Juga ada panggilan tidak terjawab dari mereka, termasuk dari nomor yang tidak dikenal. Akan tetapi, wanita yang tengah hamil tidak terlalu menghiraukan nomor tersebut. Melainkan fokus dengan membalas pesan dari ibunya. Dia menyelesaikan membaca pesan satu persatu, baru mengirimkan pesan balasan.[Waaalaikumsalam, Bu. Kabarku baik. Maaf karena tidak memberikan kabar karena memang gak ada sinyal. Har
Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,
Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke
Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel
Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan
Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan
Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k
Yuliani masih terngiang akan lamaran Reza, tapi wanita itu tidak mungkin secepat itu mengambil keputusan untuk menerima. Terlebih, perceraian masih dalam proses di pengadilan. Dia tidak mungkin terburu-buru sekalipun surat cerai sudah ada digenggaman tangannya. "Aku belum siap menerima siapa pun untuk hadir dalam hidupku. Butuh waktu yang lama buatku untuk kembali menikah, sebab rasa trauma yang masih aku rasakan. Aku harap kamu mengerti dengan ucapanku, dan aku merasa tidak pantas untukmu." Itulah kalimat jawaban yang diberikan Yuliani pada Reza. Tidak hanya mengerti, pria itu bahkan siap untuk menunggu wanita yang dicintai sampai kapan pun juga, hingga mau membuka hati untuknya. Yuliani merasa bingung dengan semuanya. "Kenapa aku harus dihadapi dengan persoalan perasaan lagi?" pikirnya. Dia memijat keningnya yang merasa pusing karena memikirkan semuanya."Ibu sakit?" tanya Kevan ketika melihat ibunya masih belum tidur. "Ibu hanya pusing sedikit saja. Kamu mending istirahat ya, so
Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d
Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton