Wajah Dina berubah menjadi merah, tapi tidak kuasa untuk memarahi menantunya. Anton yang sudah kehilangan muka di hadapan orang langsung menarik tangan mertuanya."Ibu bikin aku malu aja, ini di tempat umum. Kenapa Ibu menamparku?" tanya Anton kesal karena merasa harga dirinya sudah hilang."Kamu memang menantu tidak tahu diri, dikasih hati malah begitu balasannya!" cetus Dina kesal."Balasan apa yang Ibu maksud? Aku tidak melakukan apa pun yang merugikan Ibu?" cecar Anton tidak bisa memprediksi jalan pikiran ibu mertuanya."Siapa wanita itu?" tanya Dina langsung tanpa basa-basi."Dia saudaraku, Bu. Kita memang dekat, sudah biasa berpegangan tangan." Anton berusaha menjelaskan, tapi Dina sudah terlanjur kecewa. Jadi, wanita itu pergi begitu saja tanpa melihat wajah Anton walaupun sebentar saja. Pria itu bersikap biasa saja tanpa merasa ada yang salah. Dia juga tidak mengejar ibu mertuanya untuk menjelaskan semuanya. Sedangkan Dina terlihat masih kesal, bahkan dia lupa untuk menenang
Yuliani bersikap seolah tidak terjadi apa pun, meskipun hatinya menggebu ingin memarahi Anton. Sebagai seorang istri yang patuh, wanita itu mengemasi barang-barangnya ke dalam koper."Kamu mau ke mana, Yul?" tanya Dina ketika melihat Yuliani sedang memasukkan pakaian ke dalam koper."Aku dan Anton akan pergi dari rumah ini, Bu. Dia sudah menyiapkan rumah untukku." Yuliani menyahut tanpa menoleh ke arah Dina. Wanita yang tengah hamil masih fokus dengan memilih pakaian yang akan dibawa."Kenapa mendadak, Yul? Bukannya kamu akan tinggal di rumah ini beberapa hari ke depan?" tanya Dina tidak ingin jauh dari putrinya."Rencananya juga begitu, Bu. Cuma Anton sudah mengabari secara mendadak." Yuliani menjelaskan agar ibunya mau mengerti."Apa tidak bisa minta waktu di rumah ini?" tanya Dina berharap."Gak bisa, Bu. Tapi Ibu tenang saja, aku pasti akan sering datang ke sini untuk bertemu dengan Ibu. Atau nanti Ibu bisa berkunjung ke rumahku." Yuliani duduk sembari menatap wajah Dina. Pakaiann
Yuliani pasrah turun sesuai permintaan Anton sembari menenangkan diri. Dia tidak menyangka pria yang dicintai akan tega menurunkan di tengah jalan. Jalan yang sepi, jarang ada kendaraan yang lewat. Koper yang ada di dalam mobil juga di lempar begitu saja. Anton melajukan mobilnya kembali saat Yuliani sudah berada di luar."Tega kamu, Anton. Menurunkan aku di tengah jalan tanpa perasaan." Yuliani bermonolog. Tak terasa air matanya menetes begitu saja. Untuk pulang dia malu, tapi jika tidak kembali ke rumah ibunya. Ke mana lagi dia akan mencari tempat berteduh. Wanita yang tengah berbadan dua itu melangkahkan kaki untuk kembali ke rumah Dina. Dia berbalik untuk berjalan ke jalan yang sudah dilalui tadi. Yuliani ingin naik ojek atau taksi, tapi jalanan begitu sepi. Entah berada di jalan apa dia sekarang. Yang jelas, dia cuma bisa melangkahkan kaki mengikuti jalan yang lurus. "Kenapa aku gak kepikiran dari tadi ya?" pikir Yuliani ketika teringat akan Karin. Dia bisa meminta bantuan te
Yuliani tetap berteriak meskipun sudah tahu tempat itu sepi. Berharap ada keajaiban dan dia bisa terbebas dari jeratan dua preman yang menakutkan."Terus saja teriak, tidak mungkin ada yang mendengarkanmu!" Kedua preman kembali tertawa puas. Wanita itu tidak berputus asa, tetap meminta tolong dengan sedikit tenaga yang dia punya."Tunggu apalagi? Cepat buka pakaiannya!" perintah pria yang memakai tato di lengannya."Baik, kita giliran saja ya! Aku dulu, baru kamu," ujar preman yang satunya. "Lepaskan aku! Jangan sentuh aku! Jangan lakukan itu!" seru Yuliani bingung. Pikirannya sudah tidak bisa memikirkan cara untuk pergi dari jeratan dua preman yang menakutkan. Di saat Yuliani sudah tidak kuasa untuk meminta pertolongan, tiba-tiba saja sebuah suara menghentikan aktifitas kedua preman dalam membuka paksa pakaian wanita cantik tersebut."Lepaskan wanita itu!" teriak pria yang berdiri tidak jauh dari tempat Yuliani meminta tolong."Wah, rupanya ada pahlawan kesiangan nih di sini," cel
"Kamu salah paham, Mas Anton. Aku tidak memiliki hubungan sama dia." Yuliani berusaha menjelaskan. Akan tetapi, Anton tetap pada prasangkanya. Tetap menyalahkan istrinya serta memarahi wanita yang tengah lemah tersebut.Reza merasa kasihan pada Yuliani, jadi pria itu menjelaskan siapa dia sebenarnya. "Yang dikatakan Yuliani memang benar, aku tidak memiliki hubungan serius dengannya. Aku cuma temannya saja. Aku ingin membantu karena wajahnya terlihat pucat sekali." Reza menjelaskan panjang lebar."Sudah, lebih baik kamu diam! Aku tidak butuh penjelasan darimu!" hardik Anton dengan mata melotot."Mending kamu pergi, Reza! Jangan pernah ikut campur atau hadir dalam kehidupanku lagi!" usir Yuliani tidak ingin memperkeruh suasana.Kali ini Reza menurut, sebab sudah ada Anton yang mungkin akan mengantarkan Yuliani sampai ke rumah. Jadi dia tidak perlu lagi khawatir akan keselamatan manta pacarnya tersebut. "Aku titip Yuliani, tolong jaga baik-baik." Reza pamit sembari menepuk pundak Anton
Hati wanita yang tengah hamil mulai luluh kembali. Amarah yang tadinya menyelimuti karena ditinggal pergi di pinggir jalan mereda begitu saja saat mendengar pengakuan Anton yang katanya cemburu pada Reza. Dia tidak pernah menyangka kalau pria yang sudah menjadi suaminya akan mencintainya seindah itu."Aku sudah memaafkan kamu, Mas. Sebagaimana aku yang ingin dimaafkan karena diriku bukan wanita yang sempurna. Masih banyak kekuranganku dan belum bisa menjadi istri yang baik untukmu." Yuliani bergumam. Dia belum membuka mata lantaran ingin mendengarkan setiap bait kata indah yang akan dilontarkan oleh Anton.Yuliani belum tahu ada di mana dia sekarang, sebab dari tadi wanita itu masih berpura-pura pingsan. "Hatiku meleleh mendengarkan ucapanmu, Mas." Yuliani ingin membuka mata, tapi masih menunggu waktu yang tepat. "Please, buka matamu. Jangan buat aku khawatir seperti ini. Aku sudah membawakan makanan juga untukmu," kata Anton bersedih.Yuliani sudah tidak kuasa menahan netra yang ba
"Tante siapa? Kenapa ada di kamar Bunda?" tanya anak kecil yang umurnya sekitar 4 tahun. "Jelaskan, Mas. Siapa gadis kecil ini? Kenapa kamu gak bilang kalau kamu duda yang memiliki anak satu?" cecar Yuliani menuntut penjelasan."Dia anakku," sahut Anton membuat hati Yuliani runtuh seketika. "Kebohongan apalagi yang kamu buat, Mas. Kebohongan apalagi yang belum aku ketahui?" cetus Yuliani bingung mau berbicara apa.Belum mendapatkan penjelasan, seorang wanita asing bagi Yuliani masuk ke kamar dan menggendong anak kecil bernama Ayra. "Aku kira kamu gak akan pernah pulang ke rumah ini, ternyata masih ingat kamu sama aku dan anakmu?" Wanita yang memiliki body seksi itu berbicara dengan ketus."Wanita itu siapa, Mas?" tanya Yuliani penasaran. Belum selesai rasa terkejutnya karena anak kecil, sekarang justru ditambah dengan wanita lain yang tidak dikenal."Seharusnya aku yang tanya, kamu siapa? Kenapa bisa ada di kamarku?" cecar wanita yang bernama Berlian tersebut. "Rumahmu?" tanya Yu
Berlian tidak henti memaki Yuliani agar mundur sebelum berperang dengannya. Namun, wanita itu juga memiliki alasan yang kuat kenapa harus mempertahankan pernikahannya. Mengingat dalam janinnya ada calon bayi yang akan membutuhkan sosok ayah. "Kamu harus ingat baik-baik, jika kamu ingin hidupmu selamat!" ancam Berlian lalu pergi meninggalkan Yuliani sendiri.Wanita yang tengah hamil memperhatikan kepergian istri pertama."Sudah bukan waktunya kamu menangis, Yul. Kamu harus kuat dan mempertahankan apa yang sudah menjadi hakmu. Jangan sampai kamu kalah dari wanita itu," kata Yuliani bertekad. Hatinya mulai menemukan keyakinan kalau dia akan mempertahankan pria yang dicintainya. Kedengaran bodoh memang, tapi Yuliani tidak ingin kehilangan cintanya. Wanita itu mulai bangun dari tempat tidur untuk merapikan barang-barang yang ada di koper. Dia berniat untuk merampas milik Berlian. Dimulai dari kamarnya terlebih dulu. Dia sudah merancang sebuah ide untuk mengelabuhi Anton agar mengizinkanny
Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,
Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke
Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel
Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan
Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan
Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k
Yuliani masih terngiang akan lamaran Reza, tapi wanita itu tidak mungkin secepat itu mengambil keputusan untuk menerima. Terlebih, perceraian masih dalam proses di pengadilan. Dia tidak mungkin terburu-buru sekalipun surat cerai sudah ada digenggaman tangannya. "Aku belum siap menerima siapa pun untuk hadir dalam hidupku. Butuh waktu yang lama buatku untuk kembali menikah, sebab rasa trauma yang masih aku rasakan. Aku harap kamu mengerti dengan ucapanku, dan aku merasa tidak pantas untukmu." Itulah kalimat jawaban yang diberikan Yuliani pada Reza. Tidak hanya mengerti, pria itu bahkan siap untuk menunggu wanita yang dicintai sampai kapan pun juga, hingga mau membuka hati untuknya. Yuliani merasa bingung dengan semuanya. "Kenapa aku harus dihadapi dengan persoalan perasaan lagi?" pikirnya. Dia memijat keningnya yang merasa pusing karena memikirkan semuanya."Ibu sakit?" tanya Kevan ketika melihat ibunya masih belum tidur. "Ibu hanya pusing sedikit saja. Kamu mending istirahat ya, so
Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d
Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton