Juni masih gemetar di bawah tubuh Saga. Air matanya meleleh di sepanjang wajahnya hingga membasahi bantal dan seprei.
Saga menghela napas. "Jangan tunjukkan sisimu yang seperti ini lagi."
Karena Saga merasa tak sanggup jika hanya berdiam diri dan melihat air mata itu terus terjatuh. Sebab ia ingin merengkuh badan kecil yang gemetar itu lalu menghapus air matanya hingga bersih.
'Ck! Di mana Lenna?' decaknya dalam hati.
Sudah berapa menit berlalu dan Lenna belum jua masuk. Biasanya kepala pelayan itu selalu siap saat Saga memanggilnya kapan pun.
Saga turun dari atas tubuh Juni, dengan terpaksa meninggalkan wanita itu setelah menyelimutinya dan membuatnya berbaring dengan posisi yang nyaman.
Ia membuka pintu lalu mengernyit.
Apa yang dilakukan semua pelayan dan pengawal di depan kamarnya?
Para pelayan berdiri di depan, sedang semua pengawal siaga di bagian samping dan belakang.
Sepasang alis tebal Saga menukik saat me
Gerombolan pekerja yang berdemo itu akhirnya bubar setelah satu lirikan tajam dari Saga. Edward yang terkapar di lantai dibantu oleh para pengawal.Saga mendengus kesal sebelum akhirnya kembali masuk ke kamarnya.Didapatinya Juni yang tertidur pulas. Entah dorongan dari mana, ia mendekat ke ranjang, tak memutuskan tatapannya pada tubuh ringkih yang pucat itu.Saga duduk di tepi ranjang sambil mengamati desah napas Juni yang berembus teratur. Perutnya bergerak naik turun dengan ritme yang pelan.Tiba-tiba saja matanya tertumbuk pada perut rata wanita itu. Di dalam sana ada sebuah kehidupan yang mati-matian wanita ini juga.Ada anak yang menjadi saksi pengkhianatan Juni. Saga menatap tajam perut wanita itu seolah janin dalam kandungannya bisa melihat Saga secara langsung.Tangan Saga bergerak perlahan, kemudian terulur menyentuh perut Juni. Dirasakannya getaran kecil saat permukaan tangannya menempel pada perut sang istri."Nghhh
Gemuruh napas Saga memenuhi wajah Juni. Ia mendekatkan wajah perlahan sampai bibirnya menyentuh ujung bibir Juni. Namun, tiba-tiba Juni mengerang kesakitan dan bergerak gelisah di bawah tubuh Saga. Saga mengernyit menyadari tindakan bodohnya. Dia pasti sudah gila karena terlalu merindukan wanita ini. Saga pikir erangan Juni hanya tanda agar dia berhenti dari niat kotornya, tapi sampai Saga menyeka kembali tubuh Juni, wanita itu semakin meringis dalam pejaman matanya, makin lama ringisannya makin terdengar keras. "Apa yang sakit?" tanya Saga seolah Juni bisa mendengar dan menjawabnya. Wanita itu terus merintih dengan raut kesakitan. Saga mulai panik. Dicondongkannya tubuhnya dan dirangkumnya wajah Juni. "Hei, Sayang. Apa yang sakit, hm? Aku akan panggilkan dokter." Saga hendak beranjak dari tubuh Juni, tapi wanita yang semakin pucat itu malah menahan lengannya. Saga menoleh dan mendapati mata Juni yang terbuka menatapnya sayu.
Rafael masih berada dalam posisi yang sama sejak Juni meninggalkan penthouse-nya. Ia masih bersandar di kaki ranjang dengan kepala tertunduk frustrasi.Juni lepas dari genggamannya. Juni pergi lagi darinya, dan Rafael tak bisa meraihnya kembali.Kehamilan dan kepergian Juni membuat Rafael frustrasi. Kata-kata Maria masih menusuk hatinya seberapa kali pun ia mengingatnya."Jangan salah paham dengan mengira kau yang sudah sukses dengan dukungan dari Tanaka Benjiro bisa mengalahkan Saga Atlanta. Tanaka Benjiro bahkan tak sebanding dengan Lahendra asal kau tahu, apalagi dengan Atlanta."Rafael mencengkeram rambutnya sambil mengerang putus asa. Ia sudah berusaha keras sampai rasanya mau gila dan ia tetap tak bisa meraih Juni.Ia pikir dirinya sudah bisa sepadan dengan Juni, akan mudah baginya bersatu kembali dengan sang istri, namun segalanya tak sesuai dengan perkiraan Rafael.Ia harus melewati jalan yang sangat sulit lagi. Ber
Saga memijat pangkal hidungnya. Ditepisnya dokumen dan kertas-kertas yang menumpuk di atas meja. Saga pikir dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan, dia bisa melupakan ketakutan dan kekhawatiran yang terus bersarang dalam hatinya. Nyatanya hari ini adalah hari ketiga Juni masih terbaring di ranjang rumah sakit tanpa sekali pun membuka matanya. Saga melirik Juni. Tak ada tanda-tanda ia akan membuka matanya. Wajahnya masih pucat dan tubuhnya kian ringkih. Saga bahkan tak menghitung waktu lagi. Tahu-tahu di luar sudah hujan deras dan jam dinding menunjukkan waktu tengah malam. "Hahh! Kapan kau bangun?" Saga menunduk di tepi ranjang sambil menghela napas berkali-kali. Saga bahkan lupa bagian tubuh Juni yang mana saja yang dia cengkeram dan sentuh dengan kasar. "Bangunlah. Aku tidak akan melakukannya lagi." Seperti mantra yang sia-sia, Juni sama sekali tak bereaksi. "Tuan Besar, ini saya." Saga tak
Maria menyeringai melihat bukti-bukti yang tersimpan rapi di ponselnya.Di balik musibah pasti ada hikmah yang bisa dipetik. Kata-kata bijak itu memang benar.Ia bisa melempar keluarga pelacur itu kepada Atlanta. Sedikit minyak yang dituangkan pada api yang membara akan membuatnya semakin seru.Maria akan membuat mereka tak punya waktu untuk menghindar atau pun mengelak.Pesan-pesan Jeni dan Rafael, riwayat pertemuan mereka dan rekaman telepon mereka sudah ada di tangan Maria.Maria tinggal mencari para preman yang disewa oleh Jeni.Ini sempurna.Tangannya bersih dan musuhnya akan segera lenyap.Maria berdiri dan melangkah keluar dari ruang kerja pribadinya.Saatnya makan malam keluarga.***"Banyak kerjaan? Baru kali ini Kakak terlambat ke ruang makan."Seperti biasa, yang repot- repot menyapanya dengan ejekan tersirat adalah Leticia, sedang Sandi tak peduli sama sekali apaka
Jeni meninggalkan ruangan Maria dengan terburu-buru. Kakinya bahkan hampir tersandung di anak tangga.Saat ia membuka pintu kamarnya, sekujur tubuhnya sudah gemetar hebat.Sialan! Bagaimana caranya Maria mendapatkan bukti-bukti itu?!Padahal sebisa mungkin, Jeni sudah menghapus semua jejak yang sudah dia tinggalkan.Tak akan ada yang bisa menganalisis dirinya saat ia memasuki hotel itu. Seluruh tubuhnya telah ia tutup dengan Khimar dan niqab malam itu.CCTV di sekitar toilet dan tempat penculikan Juni pun sudah ia sabotase. Segalanya bersih, termasuk orang suruhannya yang sudah ia beri uang dan ia kirim ke tempat yang sangat jauh.Tak ada yang bisa mengendus keterlibatannya.Kecuali jika Rafael membuka mulut.Bajingan! Jeni lupa jika pria itu tak mempercayainya lagi dan sangat mungkin untuk membongkar keterlibatannya."Rafael sialan! Sudah capek-capek aku membantunya!"Jeni bergerak k
"Jadi apa yang harus kita lakukan, Bu? Dan tolong berhentilah mondar-mandir di depanku, bau parfum Ibu sangat menyengat.""Diamlah, Jeni! Aku sedang berpikir. Kita harus menghentikan nenek lampir itu!""Tapi, bagaimana caranya?""Kau tidak lihat aku sedang mengerahkan seluruh sel otakku untuk berpikir?!"Leticia kembali berjalan mondar-mandir di tengah kamar sambil menggigit ibu jarinya."Ini semua karena Ibu! Jika Ibu tidak menyuruh orang suruhanku untuk membunuh Juni, maka masalahnya tidak akan sebesar ini!""Kenapa kau menyalahkanku? Kau yang bergerak sendirian, kalau kau mengajak ibumu ini maka aku akan membantumu dengan cara yang tidak terlihat." Diarahkannya telunjuknya kepada Jeni dengan marah."Dan sekarang Ibu menyuruhku berkorban sendirian." Jeni menghela napas, sedikit lagi ia akan merasa putus asa.Kuku-kuku yang dirias cantik itu kembali Leticia gigit. "Tadi kubilang kau harus diam, Jeni.""Aku tidak akan me
"Nyonya Lahendra sudah mengirim bukti-bukti ke email Anda."Beberapa saat yang lalu, Edward memanggil Saga untuk membicarakan hal yang penting. Dengan terpaksa, Saga menjauh dari Juni sebentar dan keluar dari ruangan.Saga menaikkan sebelah alisnya. "Kapan?""Tadi malam, pukul tujuh."Saga merogoh ponsel dalam saku celana santainya lalu memeriksa pesan-pesan yang masuk di email-nya.Benar saja. Ada pesan dari Maria sejak kemarin malam.Jari-jari Saga tertahan sejenak. Dadanya berdebar aneh saat sedikit lagi ibu jarinya akan membuka pesan itu.Karena apa pun hasil yang ditunjukkan Maria. Keduanya akan terasa berat baginya.Jika Juni tidak bersalah, maka Saga harus menanggung perasaan bersalah yang amat sangat. Lagi-lagi dia menyakiti wanita itu. Dia tidak menyukainya.Jika hasilnya memang seperti yang ia yakini selama ini, maka ia mungkin akan kembali murka dan akan mengasari wanita itu lagi.Ah,