Beranda / Romansa / Tertawan Dua Suami / 1. Kembali Ke Keluarga Besar

Share

Tertawan Dua Suami
Tertawan Dua Suami
Penulis: Mustacis

1. Kembali Ke Keluarga Besar

Penulis: Mustacis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-01 06:00:00

Makam dengan tanah cokelat itu baru saja ditinggalkan orang-orang ketika seorang wanita paruh baya bermobil mewah dan berpakaian merah mengkilap datang menemuinya.

Gaun merah yang dikenakannya sangat kontras dengan suasana pemakaman. Juni meninggalkan posisi berlututnya di depan pusara sang anak untuk bangkit dan berdiri di samping wanita itu.

"Jadi anakmu akhirnya meninggal juga," ucapnya dengan dingin.

Juni menyingkirkan air mata dengan kasar. Tatapannya nyalang menghunus wanita itu. "Apa maksud Ibu? Ibu memang mengharapkan anakku mati?"

"Lebih baik dia mati daripada harus menderita hidup berdua denganmu. Rumah pembantuku bahkan sepuluh kali lipat lebih bagus dari rumahmu itu!"

Sang ibu, Maria Lahendra memandang pusara sang cucu dengan tatapan dingin tanpa perasaan. Sikapnya sama sekali tak berubah sejak Juni meninggalkan rumah tujuh tahun yang lalu. Wanita ini masih sama, dingin, tak berperasaan, kejam dan kokoh seperti batu karang.

Juni menegakkan tubuh, tak ingin terlihat lemah di hadapan Maria.

"Jadi, kenapa Ibu datang ke tempat yang hina ini?" singgung Juni, kendati matanya memerah menahan isak.

Tapi Maria tak tersinggung sama sekali. Ekspresinya masih angkuh seolah dirinyalah ratu dari negara ini.

"Menurutmu apa? Aku datang untuk memberikan kesempatan kedua kepada anak tidak berbakti sepertimu. Kembalilah ke rumah dan jalani hidupmu sebagai putri pertama Lahendra."

Juni menatap gumpalan tanah basah di hadapannya dengan datar. "Aku tidak butuh."

Maria tersenyum sinis. "Hilangkan sikap pembangkangmu itu, Juni Aulia. Lihatlah anakmu yang sekarang tiada. Karena siapa dia harus menanggung penderitaan seperti itu?" 

Maria melirik Juni yang diam mematung di sampingnya. "Karena kamu lebih memilih pria gembel itu. Meninggalkan keluargamu untuk ditinggalkan olehnya." Ia terkekeh sinis. "Lucu sekali."

"Aku sedang tidak ingin bercanda, Bu."

"Kau pikir aku datang ke sini untuk bercanda?!"

Juni bungkam. 

"Tinggalkan rumah reotmu dan kembali padaku. Jangan buat ibumu ini kembali kecewa. Jangan sampai ayahmu mewariskan takhta bisnisnya pada anak pelacur itu."

Juni mendengus bosan. Si pelacur yang dimaksud adalah istri kedua sang ayah yang memiliki dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Maria dan madunya sudah lama bergelut di rumah megah keluarga Lahendra.

"Aku lebih baik tinggal di rumah reotku daripada kembali ke rumah penuh persaingan dan dengki itu."

"Kamu tidak berada dalam posisi memilih. Suamimu sudah meninggalkanmu sejak lima tahun yang lalu, putramu meninggal dan kamu tidak punya pekerjaan lagi untuk menopang hidup. Kau mau para laki-laki di kampung itu terus menggodamu dan istri mereka akan melabrakmu setiap hari?"

"Sudah kuduga. Ibu selalu mengawasiku."

Maria mengabaikan. "Lagipula kau tidak perlu tinggal di rumah lagi. Aku sudah menyiapkan rumah yang lebih baik untukmu."

Juni menoleh pada Maria dengan kening berkerut. "Apa maksud Ibu?"

"Kau akan tahu nanti."

Maria membetulkan selendang yang tersampir di bahunya.

"Kembalilah ke rumah. Kau tidak perlu lagi hidup sengsara dan melarat ... tapi turuti satu permintaanku."

"Apa?"

"Menikahlah dengan Saga Atlanta."

Juni membeku. Menatap kosong pada dedaunan kering yang beterbangan karena angin.

"Pikirkan baik-baik. Jangan bodoh dengan mengharapkan suami keparatmu itu."

Maria mengayun langkah meninggalkan Juni yang masih terpaku di tempatnya, kemudian memasuki mobil mewahnya. Sebelum menutup pintu, ia kembali memandang dingin sang anak.

"Aku akan menjemputmu nanti malam. Siapkan barang-barang yang layak untuk dibawa."

***

Juni Aulia Lahendra sudah melepaskan gelar keluarganya sejak tujuh tahun yang lalu saat ia memilih menikah dengan Rafael Estigo, seorang pria miskin yang bahkan tidak memiliki orang tua lagi.

Alih-alih menuruti keinginan keluarganya untuk menikah dengan seorang taipan yang sangat tersohor, ia memilih pergi dari rumah megahnya.

"Baik. Nikahi laki-laki gembel itu dan pergi dari rumah ini. Anggaplah aku tidak pernah punya putri sepertimu!" Sang ayah sendiri yang mengusirnya pergi dan mencoret namanya dari daftar keluarga sekaligus pewaris kerajaan bisnisnya.

Kini, dia dipanggil kembali dengan syarat menikahi lelaki yang sama yang dulu dijodohkan untuknya. 

Saga Atlanta. 

Seorang taipan yang membangun kerajaan bisnisnya di usia yang sangat muda. Anak-anak perusahaannya tersebar di seluruh pelosok benua. Setiap detik kehidupannya selalu menjadi santapan panas dari para media.

Suara klakson mobil terdengar dari luar. Juni segera memasukkan foto putranya yang sejak tadi ia pegang ke dalam tas kumal. Menghapus air matanya dengan kasar lalu berjalan pasti keluar rumah.

Seorang sopir datang menghampirinya dan mengambil tas dalam genggamannya kemudian memasukkan ke dalam bagasi. Lalu mempersilakan Juni masuk ke mobil.

"Bagus. Sekarang kau tak lagi bodoh."

Juni terdiam menerima sindiran dingin dari Maria di sampingnya.

"Jangan tunjukkan air matamu di hadapan ayahmu dan gundiknya. Perlihatkan kekuatanmu di depan mereka."

Mobil melaju dengan kecepatan yang konstan hingga tiba di kediaman Lahendra yang megah dan besar.

Setelah pintu utama dibuka, Juni langsung dihadapkan pada pemandangan ruang tengah yang penuh dengan ketiga saudara dan ibu tirinya serta sang ayah yang duduk di sofa dengan angkuh.

Juni mengangkat wajah dengan percaya diri. Kendati mukanya terlihat sayu dan membengkak, tapi tatapannya lurus ke depan.

Sang ayah, Sandi Lahendra berdiri dengan raut keras dan dingin begitu melihatnya. Juni melirik para saudaranya yang menatap mengejek dan iba, serta istri kedua ayahnya yang tersenyum sok bahagia.

"Kembali ke kamarmu," ucap Sandi dingin, seolah Juni baru saja pulang dari liburan singkat.

Seorang pembantu membawakan tas kumuhnya dan menuntunnya memasuki kamar. Saat melewati sang ibu tiri, ia menangkap tatapan jijik wanita berlipstik merah darah itu pada pakaiannya. 

"Tunggu." Suara Sandi menghentikan langkahnya.

"Siapkan dirimu. Tiga hari lagi kau harus menikah dengan Atlanta. Aku tidak menerima penolakan, walau hanya kernyitan di wajahmu."

Juni mengangguk singkat kemudian kembali mengayun langkahnya menuju kamar. Ia sudah tahu dan paham untuk apa dirinya dibawa ke rumah ini.

Sesampainya di kamar, ia mengedarkan pandangan pada ruang pribadinya yang telah ia tinggalkan selama 7 tahun. Semuanya masih terlihat sama. Lampu yang terang benderang dan dinding serba putih dengan plafon berwarna emas. Sederhana namun elegan.

Ingatan itu kembali merebak dan membuat beberapa tetes air matanya meluncur jatuh ke pipi. Baru tadi siang ia selesai menguburkan sang putra. Rasanya aroma tanah pemakaman itu masih tercium dari tubuhnya. 

Bibir indahnya bergetar menggumamkan nama putranya. "Elando ...." Ia menunduk dengan air  mata berlinang.

Pintu di belakangnya dibuka secara tiba-tiba. Juni terkesiap sebelum menghapus air matanya dengan paksa. 

Seorang gadis bermata bulat dan berambut lurus sepinggang muncul dengan seringai badungnya.

"Halo, Kakak. Jadi akhirnya kamu memilih kembali? Well, hidup melarat selama tujuh tahun memang akan membuatmu menjadi mata duitan." Lalu terkekeh dengan cara yang sangat menyebalkan.

Tapi Juni tidak merasa sebal sama sekali. Dia sudah sangat paham dengan karakter orang-orang di rumah ini. Gadis yang berada di depannya adalah anak pertama Ayah dengan istri keduanya.

"Bagaimana? Masuk kembali dalam daftar pewaris dan menikahi taipan pemangsa wanita, bukannya itu takdir yang sangat menyenangkan, Kakak?" 

Juni mendengus bosan. "Jangan panggil aku kakak, Jeni."

"Sudah kuduga. Kamu sama sekali belum berubah. Setidaknya belajarlah untuk bersandiwara di hadapan musuhmu. Ah, kau mau kuajari cara untuk merayu dan tersenyum manis di hadapan si serigala kutub itu?"

"Keluar dari kamarku."

"Tidak perlu repot-repot mengusirku begitu. Aku hanya ingin menyapamu. Kudengar putramu baru saja dimakamkan. Waw, nasibmu sungguh sial ya, Kakak, hihihi ... menikah dengan gembel lalu kehilangan anak. Katanya anak itu sampai kekurangan gizi karena kamu tidak memberinya makan lantaran tidak punya uang."

Juni menggertakkan gigi, gadis berkimono tipis itu tersenyum mengejek, sengaja memancing amarah Juni.

"Jangan melewati batasanmu, Jeni. Tutup mulut kotormu itu."

Jeni terkesiap dengan cara yang dibuat-buat. "Oh waw, aku merinding mendengarnya." Lalu terkikik kurang ajar.

"Pergi dari sini." 

Jeni mengangkat bahu tak acuh. "Oke, aku juga tidak ingin berlama-lama di tempat ini. Kau tahu? Aku alergi dengan bau apek."

Menatap pakaian yang dikenakan Juni lalu mengernyit jijik, kemudian mengayun langkahnya keluar dari kamar sang kakak.

Setelah penampakan gadis itu menghilang sepenuhnya, Juni meluruh ke lantai. Air mata yang ditahannya mati-matian merebak. Ia menggigit bibir untuk menahan isak pilu. 

Demi Tuhan, seberapa berat lagi jalan yang akan ditempuhnya setelah ini?

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Alzena Aira
seru kayaknya
goodnovel comment avatar
Cak Ali
wani bandulan
goodnovel comment avatar
🌹isqia🌹
wow awal baru aja udah kayak gini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tertawan Dua Suami   2. Dilempar Ke Sarang Atlanta

    Tiga hari itu telah tiba. Semuanya sudah dipersiapkan dengan sempurna tanpa campur tangannya sedikit pun. Ia hanya perlu memakai gaun pengantin yang mewahnya tidak ketulungan dengan permata di setiap sulaman benangnya hingga benda itu benar-benar bersinar di tubuhnya. Ia hanya perlu berdiri di depan altar dan mengucapkan janji suci bersama lelaki itu. Saga Atlanta. Lelaki yang tidak mengucapkan sepatah kata pun sampai semua proses pernikahan itu selesai. Dia hanya terus menatap lurus apa pun yang tertangkap dalam iris cokelat pekatnya. "Mari saya antar, Nyonya. Kamar Anda di sebelah sini." Seorang wanita paruh baya berpostur tegak dan berpakaian formal menghampirinya setelah pesta mewah yang hambar itu selesai dan para tamu sudah pergi. Dia dituntun menyusuri koridor panjang dan tiba di sebuah kamar yang besar. Saat Juni memasuki kamar itu, yang terlihat hanyalah kemewahan yang menyilaukan matanya, seolah ruangan besar nan luas itu diperuntukkan untuk seorang ratu. Dinding licin

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Tertawan Dua Suami   3. Si Dingin Yang Kejam

    Pada akhirnya Juni tertidur dan terbangun sendirian. Tak ada yang datang dan melakukan apa pun padanya.Alih-alih sedih atau kecewa, ia malah bernapas selega-leganya. Sepanjang malam ia menunggu dengan penuh kekhawatiran, berharap ada keajaian yang tidak akan membuat lelaki itu memasuki kamarnya.Ia tidak ingin melihat mata dingin yang dalam itu. Seolah dirinya akan dilumat habis-habisan jika bernapas tanpa izin dan bergerak tanpa perintahnya.Membuatnya gentar. Walau di mata orang lain, lelaki bermarga Atlanta itu teramat berbahaya dan sangat menyeramkan seperti yang sering dia dengar, tapi bagi Juni—yang terbiasa menghadapi manusia-manusia angkuh berhati dingin—dia hanya sedikit mengerikan."Nyonya sudah bangun? Saya akan menyiapkan air mandi untuk Anda." Pelayan bertubuh kecil yang ia tahu bernama Sarah itu berlari kecil ke kamar mandi.Seperti semalam, dia akan mandi dan berendam di bath up dalam genangan air sabun

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • Tertawan Dua Suami   4. Gertakan Yang Berbahaya

    Tatapan Juni mengikuti setiap derap langkah lelaki itu. Air mukanya masih tegar dan pandangan matanya masih penuh kepercayaan diri. Kendati Saga sudah menhunjamnya kelewat dingin dan sepertinya sebentar lagi dia mungkin akan melayangkan tangan ke wajahnya."Aku tidak ingin melihat perempuan yang membangkang di depanku pagi ini. Jangan membawa nama keluargamu di sini. Karena itu sama sekali tidak berguna."Alih-alih melayangkan tangan, dia sama sekali tidak menyentuh seinchi pun kulit Juni. Ia hanya mengiris dan mencabik dengan sorot matanya yang teramat tajam.Juni menengadah dengan mata yang berani. "Saya datang ke sini bukan sebagai budak, asal Anda tahu."Saga mengerutkan kening.Detik berikutnya meja yang ditempati Juni sudah digebrak dengan keras. Makanan di atasnya tumpah dan piring serta gelas retak begitu saja. Juni kaget tentu saja. Jantungnya melompat-lompat hendak keluar dari tempatnya."Kau terlalu berani. Siapa yang menyur

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • Tertawan Dua Suami   5. Saya Bukan Perempuan Panggilan

    "Apa maksudnya?" Juni kembali bersuara. Kedua alisnya menyatu protes."Aku tidak bicara denganmu. Siapkan dia dengan baik." Pandangan Saga melewati Juni dan terpusat pada Lenna yang lagi-lagi membungkuk hormat."Baik, Tuan." Lenna menarik tangan Juni dengan pelan dan menuntunnya untuk berjalan kembali, tapi Juni menampik dan berdiri tegar di hadapan Saga."Tunggu. Saya bukan perempuan panggilan, Tuan Besar Atlanta. Kalau Anda ingin sesuatu, hanya datang ke kamar saya. Saya akan menjamu Anda seperti layaknya seorang istri.""Pagi ini aku sangat bosan dengan semua bantahanmu. Seret dia.""Aku tidak akan pergi ke kamarmu!"Saga mendengus marah, dadanya kembang kempis. Jas hitamnya berkibar saat ia melangkah cepat ke arah Juni.Lelaki itu mencengkeram rahang Juni dengan keras dan memaksanya mendongak. "Aku bukan orang sesabar itu, Juni Aulia. Kalau kau tidak mau ke kamarku maka aku yang akan ke kamarmu dan menidurimu secara paksa!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • Tertawan Dua Suami   6. Masuk Ke Kamar Saga

    Sore harinya, dia benar-benar dimandikan dengan cara yang sangat spesial. Sabun beraroma mawar pekat itu ditambahkan dalam jumlah dua kali lipat dan dia berendam lebih lama dari tadi pagi. Parfumnya lebih menyengat dan pakaiannya lebih terbuka."Tunggu, Vera."Vera, salah satu pelayannya. menghentikan gerakan memasangkan anting yang mencolok di telinganya."Untuk apa semua ini?"Ini terlalu berlebihan dan sama sekali bukan dirinya."Tuan Besar yang meminta untuk mempersiapkan, Nyonya.""Tapi kenapa harus begini?""Tuan Besar suka yang seperti ini, Nyonya."Juni menatap pelayannya itu dengan tajam. "Aku bukan pelacur. Tidak perlu sampai seperti ini.""Mohon maafkan kami, Nyonya. Tuan Besar sudah memerintahkan. Kalau kami berbuat kesalahan, beliau akan menghukum kami semua.""Kalian semua dihukum?"Vera mengangguk ragu. "Benar, Nyonya.""Soal yang tadi pagi juga?"Vera baru akan membuka mulut he

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Tertawan Dua Suami   7. Malam Yang Mengerikan

    Pada bathrobe maroon-nya yang tersingkap di mana-mana. Pada embusan napas hangat Saga di kulitnya. Pada sentuhan telapak tangan Saga yang kasar. Juni menggigit bibir kuat-kuat dengan harapan bisa meredam jeritan kesakitannya.Seluruh sendi tubuhnya seolah tercabik-cabik. Ia tidak pernah mengalami pelecehan brutal seperti ini.Jangan menangis, kumohon ... jangan menangis, pintanya pada diri sendiri.Tangan lelaki yang bernapas tak teratur itu membuka tali bathrobe-nya dengan kasar. Juni kembali memberontak sekuat tenaga, mencakar dan memukul-mukul wajah Saga."Sial! Kenapa kau tidak mau menurut!""Aku bukan pelacurmu!"Saga memamerkan seringai sinisnya. "Lalu kau datang ke sini untuk apa? Kau datang ke rumahku untuk apa, hah?!""Aku tidak akan pernah menuruti sikap kasarmu ini. Sampai mati aku tidak akan pernah memberikannya kecuali kau meminta dengan sopan!""Meminta?"Saga menegakkan badan dan tertawa dengan kilat

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Tertawan Dua Suami   8. Wanita Pembangkang

    Saga menatap lurus wanita berstatus istrinya itu. Ia mendengus kala Juni Aulia, si pembangkang jahanam mencoba berdiri dengan kakinya yang lemah.Selama hidupnya, baru kali ini dia berhadapan dengan perempuan yang sangat berani melawannya. Ia menyeringai puas. Ini benar-benar menyebalkan sekaligus sangat menantang.Saat wanita itu sudah berhasil bangkit dari posisinya, ia mendekat dengan langkah pasti namun pelan, seperti raja singa yang tengah mendekati mangsanya.Sesampainya di hadapan wanita berjubah mandi maroon itu, ia mengangkat dagu pongah dan menyipitkan mata dengan arogan, menegaskan bahwa dialah pusat dominasi di istana megah ini.Dari wajah wanita itu, dilihatnya kesakitan yang dibungkus dalam ekspresi datar yang dingin. Gemetar di tangannya disamarkan dengan cara mengepalkan tangan dan ada air mata yang mati-matian disembunyikan dengan sorot mata yang tajam menghunusnya."Dia selalu memohon padaku sejak lama, tapi kau yang melawan ini .

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Tertawan Dua Suami   9. Lelaki Berjiwa Iblis

    "HOEK! HOEEK!"Juni memuntahkan seluruh isi perutnya setelah sesi makan malam secara paksa beberapa menit yang lalu. Matanya berair dan ia kembali menundukkan kepala di wastafel."Nyonya, Anda tidak apa-apa?" Suara lembut Sarah dan pijatan di tengkuknya terasa lebih baik.Ia mencuci bekas muntahan di wajahnya kemudian menerima handuk basah dari Sarah."Terima kasih, Sara.""Nyonya sakit? Perlu saya ambilkan obat?""Tidak usah. Aku akan segera membaik."Juni menyeka wajahnya dengan handuk basah. Demi Tuhan, badannya terasa sangat tidak enak. Ia meringis merasakan kaki dan tangannya belum juga berhenti gemetar sejak ia keluar dari kamar Saga hingga lelaki itu memaksanya bangun untuk makan malam."Nyonya baik-baik saja?" Sarah terlihat benar-benar khawatir."Iya, aku baik-baik saja.""Nyonya mau saya buatkan teh hangat?""Tidak, aku mau tidur. Oh ya, Sarah ....""Iya, Nyonya?""Pelayan bernama Ro

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09

Bab terbaru

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 6 Kelahiran Anak Kita

    Saga tak mampu mengukur kepanikannya saat Juni merintih kesakitan sekalipun dokter sudah menanganinya. Ia tak ingin beranjak sedikit pun dari tempat Juni. Menyaksikan bagaimana Juni berjuang melahirkan anak mereka. Wanita itu kesakitan. Peluh memenuhi wajah dan lehernya. Tangan Saga ia genggam dengan erat. Berkali-kali Juni meliriknya dengan ekspresi yang sekarat, namun matanya menyimpan tekad yang sangat kuat. Saga tak ingin melihat penderitaan wanita yang amat dicintainya. Tapi ia tetap harus berada di tempat ini. Dengan latar belakang suara dokter yang terus menuntun Juni menghela napas dan mengembuskan napas dengan tenang, Saga akhirnya mendengar suara tangisan bayi yang cukup kencang, menggugah hatinya, menciptakan sebentuk perasaan yang tak pernah ia rasakan. "Bayi Anda sudah lahir, Pak. Dia laki-laki." Sang dokter memperlihatkan keseluruhan bayi berwarna merah itu kepada Saga. Perasaan Saga berkecamuk. Ia terpana. Diakah yang sedang

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 5 Karma yang Menyakitkan

    Leticia bergidik jijik saat seorang wanita berambut acak-acakan melewatinya sambil menggaruk kepala. Menggumam sendiri lalu cekikikan tanpa sebab. Uuuhhh ... pakaian macam apa pula yang sedang dia pakai sekarang? Seragam pasien rumah sakit berwarna biru telur asin yang sangat norak. Leticia muak mendengar suara jeritan dan tingkah gila setiap hari. Ia memilih keluar ke taman. Barangkali rumput-rumput hijau segar itu bisa menenangkan sakit kepalanya. "Ahahahaha!" Seorang pria ceking dengan wajah pucat dan rambut setengah botak terbahak di sampingnya. Sial sekali. "Nyam nyam. Enaknya. Steik dari daging premium berkualitas." Lelaki itu mencabuti rumput lalu memakannya. Leticia semakin bergidik. Lelaki itu lalu tengkurap begitu saja dengan sesuatu di kepalan tangannya. "Sekarang kita harus cuci mulut dengan anggur segar ini." Kepalannya ia buka dan seekor katak kecil menggeliat di sana, mencoba untuk kabur. Mata Leticia m

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 4 Kemenangan yang Hampa

    Maria menatap beberapa pramugari yang berlalu lalang semata untuk mengawasi para penumpang dan keadan pesawat yang sudah lepas landas, sebagian membawa troli makanan dan menghampiri kursi penumpang.Dia duduk tenang di kursinya. Mengembuskan napas lalu memejamkan mata. Menikmati deru pesawat yang bertubrukan dengan udara, langkah-langkah para pramugari di sekitarnya dan juga bisikan-bisikan penumpang yang duduk di depan maupun di belakangnya.Samar-samar hidungnya mengendus bau permen karet, wine, dan beraneka ragam pasta dengan saus yang menggugah selera.Maria tak berniat membuka matanya. Meski tak mengantuk sama sekali walau telah menghadiri pesta pernikahan yang jauh, di Jepang. Dia tak tahu dorongan apa yang membuatnya menyanggupi undangan dari Tuan Tanaka itu.Barangkali Maria hanya ingin menghormati hubungan kerja sama yang sempat terjalin di antara mereka atau mungkin ... dia ingin melarikan diri.Melarikan diri dari rasa

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 3 Mencoba

    "Saya minta maaf."Rafael benar-benar berlutut. Dihadapan Tuan Tanaka yang berdiri memunggunginya, dia bersimpuh dan meminta agar laki-laki paruh baya itu mengizinkannya pergi."Saya tidak bisa terus menyakiti Nazura."Tuan Tanaka tak menjawab. Punggungnya tegak dan kaku."Saya akan pergi jauh."Lama kemudian barulah Tuan Tanaka berbalik setelah menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak akan menghakimimu. Aku hanya ingin mengatakan, Jika kau pergi sekarang, maka seumur hidup kau akan kembali menerima penghinaan lagi. Istrimu tak kau dapat, kau pun kembali miskin. Tolong pakai sedikit logikamu."Embusan napas kasar Tuan Tanaka terdengar. Rafael mengangkat wajah untuk menatap punggung itu."Kau pun menyia-nyiakan putriku yang sangat mencintaimu. Ada aku yang bisa menjadi orang tuamu. Apalagi yang kurang, Rafael? Kau membuang-buang potensimu hanya untuk sebentuk perasaan yang sudah seharusnya kau kubur dalam-dalam."Rafael

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 2 Tak Pernah Bisa Melepasmu

    Rafael duduk di tepi ranjang, pada kamar hotel bintang lima yang berfasilitas mewah dan tidak tanggung-tanggung. Ia menatap cincin putih polos di jari manisnya. Tatapannya kosong, namun ada penyesalan dan pilu di sana. Ia tak tahu yang mana dari tindakannya yang harus dia sesali. Sekali pun dalam hidupnya, dia tak pernah membayangkan Juni akan menangisi pria lain dan menatapnya penuh cinta, pun mengkhayalkan wanita itu berada dalam dekapan laki-laki lain. Hati Rafael tersayat-sayat. Rasa sesak menggerogoti dadanya. Semakin dipikirkan, semakin dia terjatuh pada luka yang menganga di dalam hatinya. Pintu kamar mandi terbuka dan sosok Nazura yang berbalut kimono tipis berwarna merah muda hadir di sana. Berdiri kaku di depan kamar mandi. Rambut sebahunya sedikit basah dan riasannya sudah tak lagi tersisa. Ekspresinya terlihat canggung. Kimono tipis yang memperlihatkan sedikit belahan dada dan sebagian besar pahanya membuatnya terlihat tidak ny

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 1 Kamu Pantas Dicintai

    Setelah dirawat intensif dan diizinkan pulang, Saga tak henti-hentinya menatap perut Juni dengan pandangan aneh setiap kali Juni ada di dekatnya. Matanya seolah sedang berbicara kepada anak dalam kandungan Juni.Setelah puas memandang sang bayi dari luar perut Juni, Saga akan mengangkat wajah dan bertanya kepada Juni lewat sorot matanya, 'Apa dia baik-baik saja?'"Dia baik-baik saja, Saga. Berhentilah memandangnya terus. Dia bisa ketakutan."Saga tampak sedikit terkejut, tapi wajahnya masih terlihat garang. "Benarkah? Dia akan takut?"Saga selalu terkesima. Layaknya seorang anak kecil yang baru saja menemukan dunia yang tak pernah dilihatnya. Saga terlihat begitu ingin menyentuh perut Juni yang sudah semakin membesar."Kenapa tidak kau sentuh saja?" Juni mengulum senyum tipis melihat tingkah canggung Saga."Dia akan terluka."Juni terkekeh. Saga mengucapkannya dengan datar, tapi di mata Juni itu terdengar sangat lugu."Ke

  • Tertawan Dua Suami   Salam Perpisahan dan Karya Baru

    Akhirnya tiba juga kita di perjumpaan terakhir dari cerita ini, eit jangan sedih. Akan ada banyak cerita yang akan membuat kita kembali bersua. Terima kasih kepada kalian semua yang sudah mendukung aku dan cerita ini. Aku berharap se-anu apa pun cerita ini, masih ada hal baik yang bisa kita petik bersama-sama. Aku sangat membutuhkan saran, masukan, dan kritik dari kalian guna untuk memperbaiki kualitas tulisan aku di karya-karya selanjutnya. Jangan sungkan untuk menghubungi aku ya, aku aktif di fesbuk 🤭 Mustacis Kim Oh ya, GoodNovel sedang mengadakan event yang keren banget, dan aku bakal mengikutkan karya baru untuk mengikuti event. Mohon dukungannya (lagi) 🙏 Cerita baru aku berjudul KILL MY HUSBAND yang akan terbit pada Desember nanti di web GoodNovel (karena belum terkontrak) Jangan lupa mampir jika sudah terbit dan berikan dukungan. Teri

  • Tertawan Dua Suami   Tapi, setidaknya ...

    RAFAEL adalah seorang anak yang tumbuh di panti asuhan. Tak ada orang tua, hanya ibu panti dan teman-teman yang senasib dengannya.Baginya tidak dianggap manusia dan diremehkan seperti sampah adalah hal yang biasa. Orang-orang di dunia luar menginjaknya dan meludahinya. Setiap hari ia harus mengorbankan semua kekuatan fisiknya untuk bekerja. Dirinya hanya dipenuhi keringat bau terik matahari. Kemiskinan menggerogotinya dan melenyapkan semua harga dirinya.Tapi, setidaknya ... Rafael pernah mengecap kasih sayang dan hidup aman, walau hanya di bawah atap panti asuhan.SAGA adalah anak yang beruntung. Lahir dan besar di keluarga kaya dan terpandang. Hidup di rumah yang megah dan memiliki orang tua yang lengkap. Ada banyak pelayan dan pengawal yang melayaninya.Tapi, seperti sebuah kotak berisi mayat tikus yang busuk namun dibungkus dengan kertas berlapis emas dan hiasan pita yang cantik. Hidup Saga seperti di neraka. Setiap malam ia h

  • Tertawan Dua Suami   Epilog

    Saga mengerjap, lalu terpana. Melihat perut Juni yang bergerak-gerak, seolah bayi di dalam sana meronta-ronta ingin keluar. Ia menendang dan bergerak mencari perhatian Saga saat lelaki itu menempelkan telinganya di atas perut Juni."Dia sangat aktif." Saga terkesima saat kembali menatap Juni. "Banyak gerak sekali."Juni memulas senyum. Saga terlihat seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. "Sama sepertimu."Sebelah alis Saga terangkat lalu menatap Juni dengan senyum jail. "Maksudmu banyak gerak di ranjang?"Tak ayal perkataannya membuat wajah Juni merona. Meski belum terlalu pulih sepenuhnya, tapi Saga masih sangat aktif di atas ranjang.Tubuh lelaki itu mendekat, menyiapkan gestur untuk menindih tubuh Juni."Anak kita sedang bergerak-gerak di dalam, dan kau mau melakukan itu?!" Juni melotot. Keningnya berkerut kesal."Baiklah. Aku akan menunggu nanti malam."Juni memutar bola mata."Bukankah hari

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status