“Our love is like poetry and it's taking over me, It's stuck to my bones and my blood. So good it'll haunt ya, the way that I want ya, repeat it like a mantra ...” Venus bernyanyi dalam sebuah latihan satu hari menjelang pagelaran penghargaan musik besok malam.
Ia dijaga ketat oleh beberapa pengawal yang sudah dipilih Dion dari perusahaan Daga Nero dan kelompok Golden Dragon. Golden Dragon sendiri adalah kelompok gangster triad asal Hongkong yang dipimpin oleh Ares King. Mereka menguasai hampir sebagian besar New York dengan berpusat di bourough seperti Brooklyn dan Bronx.
Dion sendiri berdiri tak jauh dari panggung yang sedang digunakan oleh Venus untuk latihan. Ia menggunakan panggung yang dirancang mirip dengan panggung aslinya demi keamanan. Hanya Venus yang diperlakukan berbeda sesuai dengan permintaan Dion yang disampaikan oleh Rei pada panitia. Oleh karena Rei adalah salah satu juri, maka ia memperoleh keistimewaan untuk melakukan hal tersebut.
<Saat Venus tak mendapatkan jawaban dari Dion, ia mengambil ponsel yang dipegang oleh Dion untuk mengeceknya. Ternyata ada yang baru saja menghubungi Dion yaitu Laras.“Ayo ikut aku, Mas. Kita ngobrol di mobil saja ya?” ajak Venus melihat raut wajah Dion yang begitu tegang dan stres.“Tapi kamu belum selesai ...”“Sudah, gak apa. Nanti aku bisa hubungi directornya!” Venus menarik pergelangan tangan Dion untuk ikut keluar bersamanya tapi Dion berhenti dan melihat ke sekeliling.“Sebentar!” Dion melepaskan pegangannya agar tak ada ada yang melihat mereka bersama. Venus dan Dion pun melewati jalan belakang sampai bertemu dengan mobil yang dibawa oleh Jake. Dion lalu mengambil alih kemudi dan Venus duduk di sebelahnya.“Sekarang Mas Dion cerita sama aku yang terjadi,” tanya Venus pada Dion setelah mereka berkendara beberapa menit. Dion menarik udara lebih banyak ke paru-parunya.“G
DUA JAM SEBELUMNYAGareth Moultens datang ke perayaan musik besar di Amerika yang bertempat di sebuah gedung ternama. Tahun sebelumnya ia datang bersama Venus Harristian yang masih menjadi kekasihnya. Namun tahun ini ia datang sendiri tanpa ada yang menemani.Gareth masih bisa membeli tiket terbatas yang diperuntukkan untuk selebriti dan pengusaha. Namun karena ia masih memegang tanda pengenal masuk sebagai pendamping Venus, panitia masih mengizinkannya masuk ke area private after party.“Apa Jupiter King ada di dalam daftar tamu?” tanya Gareth pada salah satu panitia yang bertugas.“Ada, tapi sepertinya Tuan Jupiter dan Ares King tak menghadiri pesta ini. Namun tadi mereka bersama Nona Venus Harristian.” Gareth mengangguk mengerti. Gareth lalu beralih pada para pengawalnya.“Kalian menyebarlah, satu orang tunggu di mobil!” perintah Gareth pada beberapa orang yang ia bawa sebagai pengawal.“Bai
Dion mengebut di jalanan tol menuju Brewster, New York. Sementara sebuah helikopter dari unit patroli jalan NYPD diminta oleh Andrew untuk mencegat sebuah kendaraan yang telah teridentifikasi atas nama Gareth Moultens.“Perhatian semua unit, kita mengejar mobil Limousin dengan plat 623 – Alpha Whiskey Yankee bergerak ke arah pintu keluar barat arah Brewster. Harap mencegat di kilometer 69.” Terdengar suara dari operator yang mengatur pergerakan berdasarkan tampilan kamera yang diperoleh.“Nyalakan sirenenya, yang di atas tolong berikan peringatan!” perintah Andrew pada pasukan polisi yang ia bawa.“Dion, apa kamu mendengarku?” Andrew menyambungkan panggilan ponsel dengan panggilan di mobil Dion yang berada di depannya.Di dalam mobilnya, Dion yang membawa kendaraan dan Kyle ada bersamanya. Begitu melihat ada panggilan masuk, Kyle langsung menghidupkannya.“Pak, det. Miller?” ujar Kyle membesarka
Seorang pria tengah bersantai di ruang kerjanya sambil mengisap cerutu dan menghembuskan asapnya ke udara. Ia tengah menyaksikan siaran langsung pemberitaan utama malam ini mengenai penangkapan Gareth Moultens. Gareth diperkirakan telah menculik mantan kekasihnya Venus Harristian usai pulang dari pagelaran penghargaan musik Amerika di salah satu arena hall.Di salah satu tangannya memegang gelas bourbon sambil terus menyaksikan berita tersebut. Tak ada gambar yang diperoleh dan belum ada keterangan polisi sama sekali. Hanya pengejaran sebuah mobil limosin di tol Brewster yang menarik perhatian. Ponselnya berdering tiba-tiba pria itu mengangkatnya.“Halo?”“Tuan, Gareth Moultens resmi ditahan. Dia baru tiba di NYPD!” ujar seseorang yang menelepon tersebut. Pria yang tengah minum dan merokok itu mengangguk sedikit menyeringai jahat.“Bagus. Ternyata Polisi memakan umpannya, hhmm!” ucapnya lalu menghisap lagi cerutunya per
Venus Harristian akhirnya diizinkan pulang oleh dr. Nathan Giandra setelah mendapatkan serangkaian pemeriksaan. Namun masalah belum beres karena di luar rumah sakit, sekumpulan jurnalis sudah menunggunya. Entah bagaimana berita itu bocor dan menyebar begitu cepat, Venus bahkan nyaris tak bisa menghindar kala ia tiba di lobi rumah sakit.Venus sontak berbalik dan Dion langsung memeluk untuk melindunginya. Seketika mereka dikerubungi oleh banyaknya wartawan yang ingin meminta konfirmasi dan wawancara.Venus masih terlihat memakai jas dari Dion namun gaunnya dari pagelaran musik itu tentu saja masih dikenakannya.“Tolong beri jalan!” tukas Dion masih merangkul Venus dan membawanya ke lobi parkir tempat mobil sudah menunggu. Venus menyembunyikan wajahnya sebisa mungkin dan rasanya seperti ingin menangis diperlakukan seperti itu.“Ed, tolong buka jalan!” perintah Dion menjauhkan Venus dari kumpulan orang-orang yang mengerubungi seperti
“Mohon maaf, Ibu. Kalau mau bertemu dengan Bapak Kapolres harus sudah membuat janji terlebih dahulu. Mungkin jika Ibu punya masalah, saya bisa membantu ...” ujar Restu mencoba memberikan pengertian dengan cara yang sopan.“Aku gak butuh bantuan kamu! Kalau kalian gak bisa membawa Dion kemari, tunjukkin aja di mana kantor Pak Gilang Sulistyo!” tukas Sisca memotong dengan cepat.“Tapi Bu ...”“Kamu gak tahu ya siapa aku? Aku putri satu-satunya Wamen Erlangga Tanuredja. Jangan macam-macam kamu!” sahut Sisca makin menaikkan posisinya.Restu menarik napas panjang dan masih mencoba bersabar. Tapi setidaknya dia tahu jika wanita ini bermasalah dengan Dion.“Memangnya ada apa dengan IPTU Dion?” tanya Restu lagi. Sisca makin mendengus kesal dan bersikap angkuh.“Heh, aku gak punya waktu buat ngulang-ngulang pengumuman! Mana ruangan Pak Gilang?” hardiknya lagi. Semakin lama semaki
Beberapa saat sebelumnya, Dion tiba di parkiran Skylar Labels dan melihat dua anggota pengawalnya menunggu dekat mobil yang ditumpangi oleh Venus. Dion datang agak terlambat karena ia baru bertemu dengan Andrew Miller. Setelah parkir dengan baik, Dion bersiap keluar.Tapi sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya berisi ancaman dari Laras. Dion tetap membuka dan membacanya.‘Sudah tiga hari, Mas. Aku cuma mengingatkan.’Hanya pesan singkat seperti itu tapi Dion mengerti maksud dan tujuannya. Dion diam sejenak dan matanya menatap setir kemudi di depannya tanpa bergerak. Ia memutuskan untuk mengabaikan ancaman Laras dan akan menghadapi semua risikonya.Cinta memang membutuhkan pengorbanan dan Dion harus siap melakukannya jika ia ingin tetap bersama Venus. Setelah keluar dari mobil dan mendapatkan laporan dari anggotanya, Dion pun berjalan ke dalam bangunan Skylar lalu naik ke lantai sepuluh tempat proses rekaman Venus tengah dilakukan sedang dilakuk
“Jawab Dion!” desak nenek Sulastri pada cucu laki-lakinya, Dion. Dion diam beberapa saat lalu memejamkan matanya sejenak. Ketenangan dan kesabaran Dion benar-benar diuji kali ini. Ia sudah menjalani banyak hal dan rasanya memang tak ada jalan lain selain bertahan.“Iya, Mbah. Aku jatuh cinta sama Venus. Tapi Mbah harus tahu, aku merasakan itu bukan karena jauh dari Laras tapi karena aku memang merasakannya dari hatiku,” jawab Dion dengan suara rendah dan masih tenang meski hatinya tidak. Sang nenek terdiam beberapa saat sebelum kemudian bicara kembali. Kali ini dengan nada penuh kekecewaan.“Mbah kecewa sama kamu. Sangat kecewa. Kamu sudah berselingkuh dari hubungan kamu dan menipu Laras ...”“Mbah, Laras juga menipu ...” keluh Dion mencoba memotong meski dengan memelas. Neneknya adalah orang tuanya satu-satunya. Dan ia tak pernah menaikkan sedikit pun nada suaranya atau marah pada orang tuanya.“Janga
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit