Dion menghela napas panjang usai menerima laporan penjualan dalam kuartal tahun ini. Situasi makin sulit dengan para demonstran anti undang-undang kebebasan pembelian senjata kini mulai menyasar perusahaan yang dipimpin oleh Dion. Pagi ini saja sudah ada belasan orang aktivis yang berdemo agar perusahaan yang memproduksi senjata itu ditutup.
“Kita akan melakukan rapat nanti siang. Kumpulkan semua manajer. Minta Lopez untuk menyiapkan semuanya,” perintah Dion pada Kyle yang menunggu di dekat mejanya.
“Baik, Pak.” Dion masih memperhatikan laporan yang tengah ia pegang sementara Kyle keluar untuk memberitahukan Beatrice tentang tugasnya.
“Nona Lopez, Tuan Juliandra ingin kamu menyiapkan ruang rapat dan memanggil semua manajer. Dia ingin membahas laporan penjualan,” ujar Kyle pada Beatrice. Beatrice pun mengangguk mengerti pada Kyle. Ia segera melakukan tugasnya sementara Kyle masih berdiri memperhatikannya.
Bahkan setelah
“Terima kasih sudah mau membantuku, Nona Lopez!” ucap Kyle dengan senyuman ramah. Beatrice membantunya membereskan segala kerusakan karpet yang terjadi akibat tumpahan kopi. Meski petugas kebersihan yang melakukan semuanya, namun Beatrice mengawasinya dengan baik.“Sama-sama, Tuan Madrid!” balas Beatrice jauh lebih ramah saat ini. Ia mulai tersenyum pada Kyle yang tidak lagi bersikap dingin.“Kalau begitu biar aku mentraktirmu malam ini, sebagai tanda terima kasih!” ungkap Kyle kembali melancarkan permintaan yang sama seperti beberapa hari lalu. Beatrice sempat tertegun menatap Kyle lalu tersenyum seperti merona. Ia sempat menundukkan wajahnya dan itu sekilas membuat Kyle memicingkan matanya.“Nona Lopez, apa kamu bersedia?” tanya Kyle lagi memastikan. Beatrice lalu tersenyum lagi dan mengangguk.“Tentu, kenapa tidak!” sahutnya membuat senyuman Kyle makin merekah. Kyle pun mengangguk kemudi
Pintu ruangan Dion pun terbuka. Kyle menarik Beatrice dengan rasa percaya dirinya. Meskipun dalam hatinya, ia berdoa agar Dion melakukan yang didengarnya di balik bilik tadi. Kyle seperti menahan kelegaan saat melihat tumpukan tisu agak berserakan di atas karpet yang telah bernoda kopi.“Lihatkan!” tunjuk Kyle pada Beatrice yang masih mengernyit tidak mengerti. Ia menghela napas panjang namun terlihat masih ragu.“Lalu di mana, Tuan Juliandra?” tanya Beatrice lagi. Dion yang masih bersembunyi di balik lemari sontak membesarkan matanya. Ia memutar pandangannya ke semua arah dan kamar mandi ada di seberangnya. Dion mengintip kembali memastikan jika posisinya bisa berlari ke arah kamar mandi.“Aku rasa dia di kamar mandi, entahlah! Aku di suruh membersihkannya dengan pel dan peralatan kebersihan. Dia pikir aku pembantunya! Jabatanku adalah executive assistant bukan janitor (petugas kebersihan)!” Kyle mulai mengomel lagi dengan kekesalannya.“Mungkin ma
Kyle masih belum bisa menghilangkan rasa herannya akibat dibawa oleh Beatrice untuk makan malam di sebuah restoran makanan Meksiko di salah satu sudut di Brooklyn. Beatrice tidak ingin menghabiskan makan malam dan malamnya di tempat seperti Medieval. Jadi ia meminta untuk pindah ke restoran sederhana ini.“Gracias!” ucap Beatrice pada seorang wanita paruh baya yang menghidangkan Birria dan Picadilo di meja makan Kyle dan Beatrice. Kyle ikut tersenyum ramah dan menatap meja makan restoran itu sudah penuh dengan makanan Meksiko.“Apa kamu sering makan di sini?” Kyle mulai berbasa-basi dengan Beatrice yang masih mengulum senyuman padanya.“Ya begitulah. Aku sampai mengenal pemilik restoran ini.” Kyle ikut tersenyum dan mengangguk. Beatrice lalu memulai makan dengan berdoa terlebih dahulu. Kening Kyle sempat mengernyit aneh karena ia tidak menyangka jika Beatrice adalah wanita yang religius. Atau mungkin dia hanya berakting semata
“Kamu sudah gila ya?” sahut Gareth mulai memarahi Beatrice yang mengaku baru saja makan malam dengan Kyle.“Memangnya kenapa?” Beatrice membalas sambil mengedikkan bahunya dengan santai. Sam bahkan berdecap mengejek dan menggelengkan kepalanya melihat sikap Beatrice.“Kyle Madrid adalah tangan kanan Dion Juliandra. Jelas-jelas dia sedang menjalankan tugas dari Juliandra untuk menguras informasi darimu!” lanjut Gareth masih dengan kekesalan yang sama.“Aku rasa kamu salah ...” Beatrice masih membela diri.“Aku sudah bilang dia tidak berguna!” celetuk Sam malah makin membuat Beatrice kesal karena dipojokkan.“Diam kamu! aku tidak bicara denganmu!” sahut Beatrice menghardik Sam yang hanya menyengir saja.“Aku melakukan apa yang harus aku lakukan untuk menjalankan rencana kita! Aku tidak main-main ingin menyingkirkan Venus Harristian dan keluarga itu selamanya!”
“Sepertinya kamu sangat mencintai dia ya? Sampai kamu memberikan jabatan sepenting itu untuknya di Winthrop. Apa kamu tidak khawatir jika suatu saat dia akan menguasai semuanya ... termasuk Winthrop?” ujar Gareth seperti separuh menyindir keras Dion.Venus sontak mengernyitkan keningnya menatap Gareth yang tidak melepaskan pandangannya dari Venus.“Itu tidak benar, Gareth!” bantah Venus mulai tidak nyaman. Gareth mengatupkan bibirnya dan mengangguk pelan tapi sikapnya masih sama.“Venus, aku tahu kamu selalu tulus saat mencintai seseorang. Aku pun pernah merasakannya dan aku sangat menyesali pernah menyia-nyiakannya ...” Venus memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain.“Tapi ... kadang cinta juga bisa sangat membutakan mata dan hati seseorang. Sehingga ia akan sulit melihat mana yang benar dan salah,” lanjut Gareth seakan tengah memberikan nasihatnya untuk Venus.Ujung bibir Venus terangkat menanggapi Gareth yang seakan mengetahui apa yang tengah dirasakan oleh Venus saat in
Dion memang memiliki pesona berbeda. Seseorang yang baru mengenalnya bisa saja tertarik pada wajah manis Asia yang khas. Lebih dari itu, ia memang memiliki kekhasan ketika berinteraksi pada semua orang, termasuk senator wanita Sarah O’Corke yang sedang melakukan pertemuan dengan Dion.“Kami berencana mengembangkan sistem keamanan sidik jari pada setiap produk. Tujuannya adalah untuk mereduksi penyalahan penggunaan senjata api sampai dengan 40 persen. Jika ini berhasil dilakukan, setidaknya King Enterprise bisa menjadi pelopor untuk produksi senjata pada penggunaan pribadi.” Dion mencoba menjelaskan pada senator tersebut.Wanita paruh baya tersebut menyimak penjelasan Dion dengan baik. Ia tidak menyela untuk memberikan Dion waktu agar ia bisa menjelaskan dengan baik seluruh proposalnya.“Dengan keadaan seperti sekarang, sudah seharusnya industri senjata berbenah untuk melakukan berbagai inovasi agar para penggunanya lebih aman. Secara prib
Dion pulang lebih cepat untuk mengerjakan beberapa hal dan mencari tahu keberadaan Kyle. Ia bahkan menghubungi pengelola apartemen Kyle namun tetap ia tidak ditemukan.“Apa kamu bisa mendobraknya?” tanya Dion pada pengelola tersebut lewat sambungan telepon.“Maaf, Pak. Kami belum bisa melakukannya jika tidak ada perintah dari Polisi. Itu adalah aturannya.” Dion berdecap kesal lalu mengurut keningnya.“Baiklah, aku akan mengirimkan Polisi ke sana.” Dion lalu memutuskan sambungan telepon itu dan kembali berpikir. Ia tengah mempertimbangkan untuk menghubungi Andrew Miller. Rasanya itu memang jalan terakhir. Setidaknya Andrew bisa mengecek keadaan Kyle.“Dion?” sambut Andrew begitu sambungan telepon itu terjadi.“Aku butuh bantuanmu!” Dion lalu duduk di sofa ruang tengah untuk bicara pada Andrew. Ia menceritakan dari awal kehilangan asistennya Kyle usai pergi bersama Beatrice Lopez.&ld
SATU JAM SEBELUMNYA“TUAN KYLE MADRID BUKA PINTUNYA!” teriak dua petugas Polisi berseragam menggedor pintu apartemen Kyle. Kyle yang ternyata ada di dalam tengah tergeletak di atas sofa tak sadarkan diri nyaris dua hari.“TUAN MADRID! KAMI POLISI, JIKA KAMU TIDAK MEMBUKA PINTU KAMI AKAN MENDOBRAK!” Polisi itu kembali berteriak. Sayup-sayup Kyle mendengar ada suara tapi kepalanya begitu berat sampai rasanya tidak sanggup mengangkatnya.“Ugh ... tolong ... tolong aku ...” Kyle mulai bicara dengan tenggorokan kering yang membuatnya kesulitan. Ia mencoba menggerakkan tangan dan bangun. Dalam kesulitan serta kepayahan, Kyle batuk-batuk dan begitu lemas. Ia tidak sanggup berdiri dan hanya mampu membalikkan tubuhnya. Rasanya begitu haus.“KAMI AKAN MASUK!” utas Polisi lagi. Polisi terpaksa membobol kunci keamanan apartemen itu untuk mengecek keberadaan Kyle. Setelah masuk ke dalam, polisi langsung menyalakan lampu
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit