Dion memang memiliki pesona berbeda. Seseorang yang baru mengenalnya bisa saja tertarik pada wajah manis Asia yang khas. Lebih dari itu, ia memang memiliki kekhasan ketika berinteraksi pada semua orang, termasuk senator wanita Sarah O’Corke yang sedang melakukan pertemuan dengan Dion.
“Kami berencana mengembangkan sistem keamanan sidik jari pada setiap produk. Tujuannya adalah untuk mereduksi penyalahan penggunaan senjata api sampai dengan 40 persen. Jika ini berhasil dilakukan, setidaknya King Enterprise bisa menjadi pelopor untuk produksi senjata pada penggunaan pribadi.” Dion mencoba menjelaskan pada senator tersebut.
Wanita paruh baya tersebut menyimak penjelasan Dion dengan baik. Ia tidak menyela untuk memberikan Dion waktu agar ia bisa menjelaskan dengan baik seluruh proposalnya.
“Dengan keadaan seperti sekarang, sudah seharusnya industri senjata berbenah untuk melakukan berbagai inovasi agar para penggunanya lebih aman. Secara prib
Dion pulang lebih cepat untuk mengerjakan beberapa hal dan mencari tahu keberadaan Kyle. Ia bahkan menghubungi pengelola apartemen Kyle namun tetap ia tidak ditemukan.“Apa kamu bisa mendobraknya?” tanya Dion pada pengelola tersebut lewat sambungan telepon.“Maaf, Pak. Kami belum bisa melakukannya jika tidak ada perintah dari Polisi. Itu adalah aturannya.” Dion berdecap kesal lalu mengurut keningnya.“Baiklah, aku akan mengirimkan Polisi ke sana.” Dion lalu memutuskan sambungan telepon itu dan kembali berpikir. Ia tengah mempertimbangkan untuk menghubungi Andrew Miller. Rasanya itu memang jalan terakhir. Setidaknya Andrew bisa mengecek keadaan Kyle.“Dion?” sambut Andrew begitu sambungan telepon itu terjadi.“Aku butuh bantuanmu!” Dion lalu duduk di sofa ruang tengah untuk bicara pada Andrew. Ia menceritakan dari awal kehilangan asistennya Kyle usai pergi bersama Beatrice Lopez.&ld
SATU JAM SEBELUMNYA“TUAN KYLE MADRID BUKA PINTUNYA!” teriak dua petugas Polisi berseragam menggedor pintu apartemen Kyle. Kyle yang ternyata ada di dalam tengah tergeletak di atas sofa tak sadarkan diri nyaris dua hari.“TUAN MADRID! KAMI POLISI, JIKA KAMU TIDAK MEMBUKA PINTU KAMI AKAN MENDOBRAK!” Polisi itu kembali berteriak. Sayup-sayup Kyle mendengar ada suara tapi kepalanya begitu berat sampai rasanya tidak sanggup mengangkatnya.“Ugh ... tolong ... tolong aku ...” Kyle mulai bicara dengan tenggorokan kering yang membuatnya kesulitan. Ia mencoba menggerakkan tangan dan bangun. Dalam kesulitan serta kepayahan, Kyle batuk-batuk dan begitu lemas. Ia tidak sanggup berdiri dan hanya mampu membalikkan tubuhnya. Rasanya begitu haus.“KAMI AKAN MASUK!” utas Polisi lagi. Polisi terpaksa membobol kunci keamanan apartemen itu untuk mengecek keberadaan Kyle. Setelah masuk ke dalam, polisi langsung menyalakan lampu
Apartemen mewah milik Venus Harristian memiliki jadwal pembersihan sendiri. Setiap hari pukul sepuluh pagi, sekelompok staf pembersih akan masuk untuk membersihkan seluruh apartemen. Mereka disewa terpisah dari jasa pelayan yang menyiapkan makanan dan mengurus hal lainnya.Tim petugas kebersihan itu telah memenuhi kontrak yang diberikan pihak pengelola pada pemilik yaitu Venus. Para pengawal Venus telah mengetahui siapa saja yang menjadi anggota tim pembersih di apartemen tersebut. Namun hari ini ada dua orang yang berbeda dan tidak disadari oleh para pengawal. Mereka akan menggantikan dua anggota tim kebersihan yang tidak dapat hadir karena sakit.Staf kebersihan mulai masuk dan mengerjakan tugasnya. Mereka membawa peralatan seperti vaccum cleaner, sapu khusus, tempat sampah dan sebagainya. Seperti biasa tugas akan dibagi dalam kelompok. Dua orang baru itu berada di dalam kelompok yang berbeda.Selagi pura-pura membersihkan, dua orang itu menyebarkan kamera kec
Menjelang sore, Dion menyelesaikan seluruh pekerjaannya secepat mungkin. Ia bahkan menunda untuk melakukan pengawasan produk agar ia bisa pergi.“Apa sudah selesai?” tanya Dion setelah menandatangani dokumen terakhir.“Untuk saat ini tidak ada, Pak,” jawab Beatrice pada Dion yang kemudian menutup pena dan menyimpannya.“Kalau begitu aku harus pergi ...”“Pak, kita harus melakukan pengujian produk sore ini!” ujar Kyle yang datang tiba-tiba. Dion langsung menaikkan pandangan dinginnya pada Kyle.“Apa kamu tidak mendengar perintahku tadi pagi, Kyle? Aku bilang kita akan menundanya sampai besok, apa lagi yang belum jelas?” sahut Dion mulai meninggikan suaranya pada Kyle. Beatrice yang masih ada di sana tidak beranjak dari posisinya. Ia seperti tengah menyaksikan memburuknya hubungan Dion dan asistennya sendiri. Semakin lama, Dion dan Kyle seperti tidak nyaman lagi mengerjakan pekerjaan bersama
"Central park!" ucap Aldrich memberikan petunjuk tempat yang akan mereka tuju. Dion mengangguk tersenyum dan mengarahkan mobil ke salah satu taman kota terbesar di New York.Mobil itu tiba di central park dan memarkir dengan baik. Aldrich dan Dion lalu keluar untuk berjalan kaki ke dalam taman untuk menikmati pemandangan hijau sekaligus udara yang jauh lebih segar.Keduanya lantas duduk di sebuah bangku taman dengan kopi yang mereka bawa masing-masing."Kamu tampak lebih kurus," cetus Dion memulai pembicraan. Ia menyesap kopinya seraya tersenyum sekilas menoleh pada Aldrich. Aldrich ikut menghela napas panjang dan menatap kosong ke danau di depan mereka."Apa yang harus aku lakukan sekarang, Dion? Aku pikir kita akan melakukan double wedding!" ujar Aldrich dengan nada pasrah dan begitu sedih. Dion masih tersenyum dan menyandarkan punggungnya."Kamu harus lebih banyak bersabar, Ald." Aldrich menoleh pada Dion yang sudah agak mundur ke belakang dan m
Mobil Dion kembali lagi mengantarkan Aldrich ke NYU setelah mereka bicara panjang lebar sebelumnya. Setelah berhenti dan parkir dengan baik, Aldrich tersenyum dengan perasaan yang jauh lebih baik pada Dion.“Terima kasih.” Dion tersenyum lalu mengangguk lagi. Aldrich pun keluar dari mobil Dion lalu kembali masuk ke dalam bangunan kampus. Dion menjalankan kembali kendaraannya sambil sekali menengok pada jam tangannya.“Hmm ... Venus kepengen makan apa ya malam ini? Coba aku tanya dulu ...” Dion bergumam sekaligus mengambil ponselnya untuk menghubungi istrinya. Ponsel Venus tidak langsung diangkat oleh si pemiliknya melainkan oleh salah satu asisten Lori.“Apa Venus sedang sibuk?” tanya Dion sambil membelokkan kendaraannya.“Uhm, Nyonya Venus sedang ada di ruang meeting bersama produsernya, Tuan.” Dion pun mengangguk paham.“Uh, aku ingin membelikan sesuatu untuk Venus. Bisakah kamu menanyakan apa
Dion masih memandangi telapak tangannya yang mendapatkan sedikit jahitan dari klinik akibat terluka terkena sabetan pisau. Ia tengah berpikir tentang berbagai kemungkinan. Termasuk untuk apa sekelompok orang kulit hitam berpura-pura akan merampoknya. Apa yang sebenarnya disasar oleh orang-orang itu?“Aneh, kenapa mereka gak ambil dompetnya padahal sudah tergeletak di atas jalan? Gak mungkin mereka gak melihat,” gumam Dion mencoba menganalisis. Ia tengah berpikir untuk mengambil rekaman kamera pengawas. Mungkin jika Dion melihat lagi yang terjadi, Dion akan bisa menemukan jawabannya sekaligus menemukan pelakunya.“Mas Dion!” panggil Venus yang baru pulang dan langsung masuk ke kamar. Dion sedikit terkesiap melihat istrinya. Ia langsung tersenyum dan melebarkan pelukan untuk Venus yang membawa sesuatu di tangannya. Ternyata ia sudah lebih dulu menemukan kue yang dibawa pulang oleh Dion di kulkas sebelum Dion memberikannya.“Kamu baru
“Baik, tolong jangan emosi dulu! Bisa saja itu cuma gosip ...” Erik mencoba menenangkan Arjoona yang sudah terlanjur marah. sedangkan Dion yang belum tahu menahu tentang berita Aldrich hanya bisa terperangah. Rasanya seperti ada yang aneh. Apa mungkin Aldrich melakukan hal seperti itu?“Itu bukan gosip, Erikkson! Itu adalah kenyataan yang terjadi.”“Aku sudah memutuskan untuk menikahkan Chloe dan Heart Baxter dua minggu dari sekarang. Persiapannya akan dimulai besok. Maka aku butuh pengawalan ekstra untuk Chloe sampai waktu pernikahan tiba!” sahut Arjoona lagi. Dion masih terperangah tidak bisa bicara. Rasannya memang sangat aneh.“Erik, aku ingin kamu memberikan pengumuman ini pada seluruh anggota The Seven Wolves. Minta semuanya bertemu besok, aku akan memberitahukan tempatnya!” Arjoona pun berdiri dari posisinya lalu hendak berbalik pergi.“Tunggu dulu, Arjoona kita belum selesai! kamu mau ke mana?