Sorot kamera dan suara jepretan para fotografer dari majalah dan media ternama menyambut Dion yang baru saja keluar dari mobil mewahnya. Venus telah turun lebih dulu. Sambil mengancing jas tuxedonya, Dion berjalan menghampiri Venus ke sebuah perhelatan salah satu penghargaan musik terbesar di Amerika.
Kedua asisten Venus yaitu Lori dan Gina ikut mendampingi untuk mengawal bersama kepala keamanannya yaitu Edward. Sedangkan asisten Dion yaitu Kyle ikut mendampingi Dion yang menjadi pasangan Venus.
Untuk pertama kalinya, Venus memperkenalkan suaminya pada publik melalui jepretan dan sorot kamera. Venus menarik tangan Dion untuk berpose di karpet merah sambil berpose mesra selayaknya pasangan serasi. Venus tampak bahagia dan Dion tidak ragu memberikan kecupan padanya usai melakukan pemotretan.
“Dulu aku yang mengawal kamu di acara ini. Sekarang aku yang menemani kamu, Tuhan memang luar biasa baik. Dan kamu luar biasa cantik.” Dion memuji Venus lalu menge
“Penjualan kita akan mengalami kenaikan yang signifikan jika kita memasarkan lebih banyak pada konsumen dengan rentang usia di bawah tiga puluh tahun ... “ seorang manajer pemasaran tengah memaparkan grafik penjualan pada pertemuan internal perusahaan.Dion memperhatikan dengan baik sambil menganalisis untuk menentukan kebijakan perusahaan. Ia harus berhati-hati membuat kebijakan di tengah pengetatan aturan pembelian senjata.“Berapa persen kenaikannya jika kita melonggarkan aturan pembelian?” tanya Dion di sela diskusi.“Sekitar 3,4 persen dari kenaikan bulan terakhir, Pak.” Dion mengangguk. Kyle lalu memberikan salinan beberapa berita tentang kasus penembakan yang menggunakan senjata buatan King Arsenal Corp.“Aku rasa kita harus mempertimbangkan lagi rencana pemasaran itu. Aku yakin itu bukan satu-satunya solusi. Bisakah kita mencari jalan lain dan membicarakan lagi pada rapat selanjutnya?” ujar Dion hend
Malam ini adalah malam perayaan tea pai atau jamuan teh pernikahan Ares King dan Putri Alexander. Seluruh keluarga akan berkumpul di Golden Dragon untuk acara tersebut. Dion dan Venus juga harus hadir sebagai bagian dari keluarga. Lebih tepatnya karena Dion adalah bagian dari klan Ares King.Dion sedang menunggu istrinya Venus untuk turun dan berangkat bersama. Mereka akan makan malam usai ritual jamuan teh. Maka Dion dan Venus sudah mengosongkan jadwal dari siang hari. Angpao berupa kado untuk jamuan teh itu juga telah siap dibawa oleh Dion. Meski tidak murah, tapi Dion dan Venus sepakat untuk memberikan set perhiasan dan pakaian sutra untuk Ares juga Putri.“Wow ...” sebut Dion tersenyum mendekat kala melihat Venus turun dari tangga. Gaun cheongsam berwarna merah dengan modifikasi sutra berwarna hitam menjadikan Venus terlihat sangat cantik.“Kamu benar-benar cantik , Sayang.” Venus masih terus tersenyum mendekat pada Dion dan memberika
Seorang wanita cantik dengan rambut coklat kepirangan dan berpenampilan menarik masuk ke ruangan CEO untuk melaporkan dirinya. Setelah melewati proses wawancara dan serangkaian tes, ia lolos menyingkirkan beberapa kandidat yang juga potensial.“Silakan, Nona Lopez!” Kyle mempersilahkan sekretaris baru Dion untuk duduk di kursinya. Dion baru masuk setelah keluar dari kamar kecil beberapa saat kemudian.“Pak, ini adalah Sekretarismu, Nona Maria Beatrice Lopez.” Dion menaikkan kedua alisnya dan tersenyum ramah. Tangan Dion terjulur lalu wanita bernama Maria Beatrice Lopez itu ikut bangun untuk bersalaman dengan calon bosnya.“Namaku Dion Juliandra, selamat datang di King Arsenal Corp!” ucap Dion memberikan ucapan selamat datang pada sekretaris barunya itu.“Terima kasih, Pak. Namaku Maria Beatrice Lopez, Anda bisa memanggilku Beatrice ...” Dion tersenyum dan mengangguk. Ia tidak memandang lama dan memilih untuk
“Aku ingin kamu mencari tahu tentang pria berkaca mata yang datang membawa kado dari Moultens. Aku rasa dia asisten barunya,” ujar Dion tengah memberikan perintah pada Kyle tentang Gareth. Kyle menarik napas panjang dan mengangguk.“Apa dia berambut coklat dengan potongan belah agak menyamping?” Dion menaikkan kedua alisnya bersamaan dan mengangguk.“Apa kamu tahu?”“Aku pernah melihatnya waktu Moultens mencegat Nyonya Venus saat di galeri Winthrop. Aku mengira itu sopir barunya tapi aku ingat yang mana wajahnya.” Dion mengangguk lagi.“Dia pasti memiliki informasi tentang Moultens. Aku tidak bisa diam saja,” ujar Dion lagi. Ia sempat membuang pandangannya ke arah lain seraya berpikir tentang apa yang harus ia lakukan.“Aku akan mencari tahu tentang dia. Aku juga akan memata-matai Moultens Corp mulai saat ini.” Dion mengangguk lagi.“Satu lagi. Tolong perketa
Aldrich masuk ke ruang VIP bersama Brema dan Devon. Jason yang sebelumnya berbicara dengan Divers datang menghampiri Aldrich."Kalian sudah datang? Ayo masuk!" sambut Jason di depan pintu. Aldrich tersenyum tapi kemudian mengernyit kala Jason tiba-tiba memeluknya. Dion yang ikut melihat hanya tersenyum saja. Ia masih duduk dengan Arion.“Apa kita akan melakukan sidang pada Aldrich?” tukas Arion separuh bergumam.“Aku rasa Aldrich dan Chloe adalah pasangan yang serasi,” balas Dion memberikan pendapatnya. Arion mengangguk setuju. Dion masih menoleh pada Aldrich. Jason tengah menepuk-nepuk punggung Aldrich seakan memberikannya semangat dan Aldrich terlihat makin bingung.Yang paling aneh adalah Brema dan Devon tak memberikan pelukan dan tepukan yang sama pada Aldrich. Keduanya malah melewati Aldrich yang tengah diberikan semangat oleh Jason sambil mengulum senyuman.Aldrich tidak menyapa semua orang termasuk Dion. Ia berjalan k
Dion tidak bisa berkata-kata saat ini. Saat sahutan Aldrich merembet menyebutkan namanya, Dion hanya bisa pasrah. Terlebih Andrew Miller dengan seenaknya mengajaknya bertaruh atas apa yang diucapkan oleh Aldrich.“Nanti aku beritahukan apa dendamu, Tuan Pengawal!” bisik Andrew lalu menyesap kembali minumannya lagi. Andrew ikut menepuk bahu Dion seolah memberikannya semangat. Dion hanya bisa diam saja.“Jangan bawa-bawa Dion, dia tidak ada hubungannya dengan semua ini!” celetuk Ares balik membela Dion yang semakin ditarik-tarik. Kini semua anggota klan ikut melirik pada Dion yang hanya bisa menyengir polos. Aldrich mengangguk mengerti tapi dengan sikap sinis.“Aku memang bukan Dion, aku tahu!” ia menoleh cepat pada Dion meletakkan tangannya di depan.“Aku tidak bermaksud menyinggungmu, maaf!” Dion langsung mengangguk sekali. Aldrich masih menatap Rei dengan penuh kekecewaan. Ia merasa tidak diperlakukan
Napas tersengal, keringat pun telah membasahi garis rambut Dion kini, ia masih mengatur irama gerakannya dengan baik dan mulai tidak tahan. Venus yang tengah menikmati hentakan lembut milik Dion padanya terus menggelinjang. Ia mulai kembali mencumbu Dion yang mulai menaikkan tempo gerakannya perlahan.“Oh Mas, kamu seksi banget malam ini, uh ...” Venus mengerang pelan dan Dion mencumbu Venus lebih agresif. Ia bahkan sedikit menggigit kulit leher Venus karena gemas pada istrinya sendiri.“Aku cinta kamu, Sayang ...” erang Dion makin tidak tahan dan sedang menunggu saat Venus melepaskan hasratnya terlebih dahulu.“Aku juga, Mas. Aku cinta banget sama kamu ... uh, aku gak tahan ...” Dion makin mempercepat gerakannya sambil menggenggam jemari Venus yang tergeletak di sisi atas kepalanya. Dion melepaskan cumbuannya lalu menempelkan keningnya pada Venus sambil memejamkan mata erat-erat.Sementara itu Venus terus mengerang sek
Setelah berjabat tangan dengan Venus, sikap angkuh Beatrice belum juga hilang. Ia masih menghalangi Venus untuk masuk ke ruangan Dion.“Kalau begitu, aku akan menunggu suamiku di ruangannya saja!” tegas Venus sekali lagi dengan sikap tinggi namun terlihat elegan dan mendominasi. Ia tetap menjaga senyumannya meski tak seramah sebelumnya.“Tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan CEO tanpa ijin!” balas Beatrice membuat Venus sempat membesarkan matanya dan mengangkat dagunya. Edward yang berdiri di dekat Venus sedang mengatupkan bibir dan sedikit menunduk menahan senyuman. Sepertinya Venus akan menghadapi kerikil yang cukup mengganggu.“Silakan menunggu di lobi!” Beatrice menunjuk lobi tamu tempat menunggu bagi pihak yang ingin bertemu dengan CEO Juliandra untuk urusan apa pun. Kini Venus yang seharusnya mendapatkan keistimewaan malah diperlakukan seperti tamu biasa.Venus menahan kekesalannya dengan berbalik berj
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit