“Eh, Sayang!” Dion dengan panik langsung menarik sebelah lengan Venus yang lainnya agar ia tidak gegabah turun. Venus jadi ikut kaget sekaligus malu.
“Kamu bisa jatuh, hati-hati! Jangan keluar dari mobil seperti itu!” tukas Dion memarahi Venus meskipun masih dengan nada rendah yang lembut. Edward juga ikut panik saat pintu tiba-tiba terbuka tepat ketika kuncinya menyala. Ia buru-buru turun memegang pintu dan membantu Venus keluar dari kendaraan perlahan. Dion juga turun dengan cepat dan membantu memegang Venus.
“Maaf, Mas ...” Dion menarik napas panjang dan lebih lega.
“Jangan seperti itu lagi. Itu sangat berbahaya.” Venus mengangguk pelan dengan raut bersalah, ia berjalan melewati lobi bersama Dion yang ikut dengannya.
Setelah pertemuan mereka beberapa hari sebelumnya, Dion akhirnya kembali lagi mengunjungi apartemen Venus. Kali ini, tidak ada Venus yang mengambek.
“Mas Dion akan tinggal di sin
Pagi ini, Dion memiliki janji untuk ikut menemui para pemegang saham di pusat King Enterprise di Los Angeles bersama pemilik dan CEO dari perusahaan itu. Usai mengantarkan Venus ke apartemennya semalam, Dion yang menahan diri tidak menginap kembali pulang ke apartemen Rei. Semalaman ia membaca dokumen kontrak yang diberikan oleh Jupiter sebelumnya.Dion sudah mengambil keputusan tentang pekerjaan dan posisinya di masa yang akan datang. Ia memutuskan untuk mengambil tawaran menjadi CEO pada anak perusahaan King Enterprise yaitu King Arsenal Corporation. Setelah membaca seluruh profil dan informasi soal perusahaan itu, Dion pun bersedia bergabung.Sebelum ia turun untuk sarapan pagi, Dion menyempatkan diri untuk menghubungi keluarganya di Indonesia. Ia ingin menceritakan rencana pekerjaannya dan beberapa hal yang terjadi.“Jadi kamu ndak lolos di Kedutaan?” Pak Dhe Halim bertanya pada Dion usai keponakannya itu bicara beberapa hal.“Kurang
Jupiter menyambut Dion dengan senyuman lebar di wajahnya. Kala Dion keluar dari mobil Rei yang membawanya, Jupiter langsung berjalan menemuinya. Di belakangnya, sebuah jet pribadi telah siap dimasuki dan membawa keduanya ke Los Angeles. Di dekat tangga pesawat, seorang pria berdiri menunggui Jupiter King.“Welcome! Aku senang Mas Dion memutuskan untuk bergabung dengan King Enterprise!” sambut Jupiter dengan keramahan seorang bos besar pada Dion yang juga tersenyum lebar.“Terima kasih, senang bisa bergabung,” jawab Dion dengan keramahan yang sama. Jupiter mengangguk yakin dan menoleh pada Rei yang hanya turun sesaat sebelum kembali lagi ke mobilnya.“Gue titip, Mas Dion! jangan di tes yang gak-gak!” tunjuk Rei memperingatkan Jupiter yang langsung tergelak lalu mengangguk. Dion pun ikut tersenyum dan menoleh pada Rei.“Gak dong! Tenang aja!” jawab Jupiter masih dengan cengiran lebarnya.“Happy fl
Edward hanya diam saja membiarkan Venus pergi dan masuk ke dalam lift. Setelah lift tertutup, mata Edward naik melihat petunjuk lantai tujuan Venus turun.Edward baru bergerak usai memastikan jika Venus turun ke lobi utama. Ia berlari cepat ke arah lift lainnya yang ada di koridor lain demi mengejar Venus.Sementara Venus yang akan menghindar dari Edward, buru-buru keluar dari lift usai pintunya terbuka. Venus berjalan cepat separuh berlari ke arah lobi mengejar waktu seolah akan menghindar dari Edward yang akan keluar dari liftnya. Venus sampai menoleh ke belakang dan terengah. Ia tidak melihat jalan di depannya dan menabrak seseorang.“Ahhk ... maafkan aku ... “ pekik Venus kaget sekaligus meminta maaf.“Venus, maafkan aku! Apa kamu baik-baik saja?” ucap Lori terburu-buru dan langsung memegang lengan Venus mencoba untuk membantunya. Venus tertegun dan ikut berdiri di bantu oleh Venus.“Aku ...” Venus seketika s
Kedatangan Jupiter di sambut oleh Caleb Konstantine, yang masih menjadi wakil Mars King di dewan direksi dan pemegang saham King Enterprise. Caleb tersenyum ramah dan langsung memeluk Dion begitu melihatnya turun.“Selamat datang di King Enterprise!” sambut Caleb tanpa ragu. Dion ikut mengangguk ramah dan tersenyum hangat. Ia disambut dengan begitu hangat di perusahaan yang akan mempekerjakannya ke depan. Di depannya terlihat bangunan mewah King Enterprise pusat yang menjadi induk dari seluruh anak perusahaannya di beberapa wilayah.“King Enterprise memiliki beberapa subordinary (anak perusahaan) yang bergerak di beberapa bidang. Saat ini kami tengah mengembangkan teknologi terbarukan yang mandiri, ramah lingkungan dan pastinya untuk memenuhi kebutuhan energi dunia yang bergerak pada green energi! Ikuti aku!”Dion dibukakan pintu selebar mungkin untuk masuk ke pusat King Enterprise yang megah dan sangat menjanjikan. Seorang manajer ikut membungkuk memberikan salam lalu menjadi semacam
“Huff ... “ Dion mengembuskan udara dari mulutnya dengan kening mengernyit. Ia sudah menghubungi Venus nyaris tiap lima menit sekali semenjak ponselnya tidak aktif dua jam yang lalu.“Ke mana dia,” gumamnya pelan lalu menelepon lagi. Sungguh Dion tidak bisa mengungkapkan keresahan di hatinya kini. Ia sudah mencoba menghubungi bahkan lewat aplikasi chat dan tetap tidak ada jawaban sama sekali. Telapak tangan Dion lalu meraba sisi dadanya disertai wajah yang mengerut dan meringis.“Venus ... kamu di mana!” Dion terus mengirimkan chat dan pesan tapi tak terbaca. Jupiter yang baru saja selesai bicara dengan salah satu pemegang saham lantas menengok ke arah Dion dan mengernyitkan keningnya. Ia datang menghampiri dan menyentuh pundaknya.“Ada apa? Apa ada masalah?” Dion sedikit terkesiap dan langsung menoleh pada Jupiter. Ia menghela napas seperti kesal lalu berdecap.“Aku gak bisa hubungi Venus! Ponselnya m
“Buka pintunya!” perintah pria itu menggeram singkat memerintahkan Edward membuka kunci dari pintu. Edward pun terpaksa menurut dengan membukakan kunci. Seketika seorang pria masuk dan duduk di sebelahnya.“Diam saja dan jangan bicara! Atau aku akan meledakkan kepalamu!” ujar pria yang berada di sebelah Edward mengancamnya. Edward hanya bisa pasrah dan diam. Ia kembali memandang ke depan dan beberapa orang yang menyamar dan ternyata adalah pengawal Gareth dilumpuhkan di depan Edward.Lori ikut menyaksikan hal tersebut dan makin bersembunyi di antara tumpukan palet kayu di sudut salah satu lorong kecil. Ternyata orang-orang Edgar Luther sudah datang seperti apa yang dijanjikan oleh Gareth.“Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus melapor sekarang?” sebut Lori ketakutan sambil bersembunyi. Ia ingat dengan pesan Venus untuk melaporkan pada polisi saat Edgar muncul dan menemui Venus agar Polisi bisa menangkapnya dengan lebih mud
10 TAHUN YANG LALU, SMA JEFERSON PRIVATE“Dasar monster salju dungu! Haha!” seorang anak yang selalu jadi bahan bulian serta bulan-bulanan di sekolahnya kembali harus menerima perlakuan kasar dari teman sekolahnya seperti biasanya. Ia hanya sabar saja disebut bola salju atau apa pun panggilan yang menyakitkan telinga.Anak itu bernama Thomas Lancey. Ia adalah salah satu dari sekian anak yang dikucilkan di SMA tersebut. Selama ini Thomas tak pernah mengeluh, tapi ia mulai muak diperlakukan seperti samsak tinju tak berharga. Semua orang menghina tubuhnya yang gemuk dan kulitnya yang pucat tapi memiliki bintik-bintik merah yang aneh menurut sebagian besar orang. Rambutnya merah tapi keriting. Tidak jarang, ia sering dipanggil dengan sebutan manusia bola salju karena bentuk fisiknya.Thomas duduk di kursinya di bangku paling belakang. Kelas akan segera dimulai dan ia memilih masuk lebih awal. Tujuannya sederhana, ia ingin melihat seseorang yang baginya s
“Gareth tidak mau mengorbankanmu dan malah menipuku, entah apa itu cinta ...” pandangan Edgar kembali pada Gareth.“... atau uang semata!” sambungnya lagi. Venus hanya diam dengan mata berkaca-kaca lalu kembali memandang Edgar yang akhirnya ikut menatapnya lagi.“Jangan menangis, Sayang. Dia tidak pantas kamu tangisi! Aku adalah pria yang selalu menginginkanmu selama ini. Aku melakukan apa pun agar kamu melihatku. Bahkan jika aku harus membunuh dan menyingkirkan siapa pun, aku akan melakukannya,” ujar Edgar dengan nada rendah dan menakutkan.Layaknya seseorang yang terobsesi pada suatu hal, memandang Venus saja membuat darah Edgar berdesir. Venus adalah obsesi terbesarnya yang harus di dapatkan Edgar seperti apa pun caranya.“Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku? Kenapa kamu terus menerus mengganggu hidupku?” tanya Venus mulai menangis dan suara bergetar. Ia takut tapi harus berani dan itu sangat lah sul
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit