Dion masih larut dalam pikirannya dengan mata terbuka tidak bisa terpejam sama sekali. Sesekali, ia mengecup Venus dan membelai pundak atau lengannya lagi. Sampai waktu menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas tapi Dion masih berada di posisi yang sama, tidak bergerak agar Venus tidak terganggu dan bisa tidur dengan nyaman.
Dion masih berpikir keras tentang kejadian yang menimpa Venus selagi kekasihnya itu telah tertidur. Tiba-tiba, pintu kamar Venus diketuk seseorang perlahan dari arah luar. Dion menoleh ke arah pintu yang bergeser perlahan. Terlihat kepala Ares King muncul dan menengok ke arah Dion. Dion pun tersenyum.
Ares membuka pintu lebih lebar dan masuk ke dalam. Ia membuat suara seminimal mungkin agar tidak membangunkan Venus.
“Dia sudah tidur?” tanya Ares dengan suara berbisik nyaris tidak terdengar. Dion tersenyum mengangguk. Ia hendak bangun tapi Ares melarangnya. Ares meminta Dion tetap pada posisinya dan mereka bisa bicara tanpa harus bersikap form
Pak Dhe Halim langsung dicegat istrinya Dewi begitu ia pulang dari mengantarkan Laras. Dewi masih tidak mengerti mengapa suaminya malah mengantarkan Laras pulang.“Kamu ini bagaimana sih, Pa? Orang begitu kok pakai di anter segala!” tukas Budhe Dewi langsung uring-uringan. Ia sampai melipat kedua lengan di dadanya sembari memarahi sang suami. Namun, Pak Dhe Halim malah tersenyum saja.“Wah, ada yang cemburu toh? Hehe!”“Siapa yang cemburu! Bukan itu masalahnya!” sahut Dewi makin mendelik menggemaskan pada suaminya Halim yang cengengesan makin menyebalkan.“Kamu itu kalau marah tambah cantik lho!” balas Pak Dhe Halim makin menggoda. Dewi yang kesal langsung mencubit pinggang suaminya yang agak keluar dari tali pinggang.“Aduh ... aduh, ampun Sayang!”“Kamu itu ndak bisa dikasih hati! Aku nanya apa tapi dijawab apa!” tukas Dewi jadi kesal dengan tingkah Halim suaminya yang
Ares menuliskan pesan jika dirinya sebagai Rene marah karena sang Kakak Alvaro tak menggubris dan membiarkannya di penjara. Rene ingin membalaskan perbuatan Alvaro yang meninggalkannya dengan membocorkan jadwal pengiriman ke Amerika menggunakan kapal.Pesan itu juga menyertakan jalur yang akan digunakan. Pihak Cordona merespons dengan baik dan berjanji akan menyergap pengiriman itu dalam waktu lima jam. Ares menarik napas lega dan mengangguk puas."Sekarang giliran kita berangkat! Apa kalian sudah siap?" ucap Ares penuh semangat di depan keluarganya. Semua mengangguk siap dan langsung membubarkan diri untuk mengambil peralatan mereka masing-masing. Hanya ada tiga orang yang akan mengawasi mereka sekaligus berjaga di Golden Dragon. Mereka adalah Caleb Konstantine, Earth Lewis dan Han Kazuya.Dion keluar dari ruangan rapat itu untuk mempersiapkan dirinya sesuai dengan rencana dan petunjuk komandan yang memimpin misi tersebut yaitu Ares King. Ares sudah membagi tim
Semilir angin musim dingin membelai wajah Dion dan Venus yang tengah berada di koridor samping markas utama Golden Dragon. Dion merasa hangat padahal ia tidak memakai pakaian tebal sama sekali. Di luar salju sudah dibersihkan dan hanya menyisakan beberapa tumpukan baru di beberapa sudut saja.Venus begitu gugup sekaligus terharu. Kekasihnya Dion sedang berlutut di depannya tengah melamarnya. Dion pun menahan keharuan dan kebahagiaan yang berpendar di matanya untuk Venus.“I do ...” ucap Venus dengan suara bergetar. Senyuman Dion sontak merekah bagai bunga di musim semi. Ia bangun dari posisinya dan mendekat sambil merentangkan ujung-ujung kalung yang ia beli khusus untuk Venus. Kalung itu sedianya adalah hadiah Natal yang telah disiapkan oleh Dion dari Indonesia. Namun setelah berpikir lagi, Dion akhirnya memilih kalung dengan liontin hati ke hati itu sebagai tanda lamaran.Dion memakaikan kalung tersebut dari arah depan untuk Venus. Venus lalu menye
“Aku sedikit bertanya-tanya, mengapa tidak kalian saja yang memimpin perusahaan? Maksudku, aku kan Polisi. Aku tidak memiliki pengalaman memimpin perusahaan sama sekali,” tanya Dion sambil melihat satu persatu dari mereka. Aldrich mendengus tersenyum dan menggelengkan kepalanya.“Kami punya perusahaan sendiri untuk dikelola. Bahkan ada satu orang yang masih menjadi dosen padahal dia punya hotel, pabrik wine, perkebunan sampai maskapai komersil. Menurutmu, kapan kami sempat mengurus milik Jupiter?” sahut Jason menunjuk Aldrich yang hanya diam saja lalu membuang wajahnya ke arah lain. Dion ikut menengok pada Aldrich sebagai pihak yang dimaksud oleh Jason.“Jadi aku dipilih karena tidak ada satu pun dari kalian yang bersedia?” balas Dion.“Tidak juga. Jupiter percaya padamu,” cetus Divers tersenyum menepuk lengan Dion yang melepaskan napas panjang.Tak ada percakapan sama sekali di antara mereka setelahnya. Sem
Edgar Luther masih mengernyit menatap layar laptop di depannya. Ia tengah menganalisis denah dan posisi markas Golden Dragon. Usai Venus masuk ke dalam ‘sarang naga’, wanita itu tidak terlihat keluar lagi dari sana. Edgar terpaksa mundur dan kembali ke salah satu bangunan apartemen sederhana miliknya di Harlem.Apartemen dengan tiga lantai itu hanya dihuni oleh beberapa orang yang merupakan orang-orang yang bekerja untuk Edgar. Sedangkan Edgar kerap bersembunyi di bangunan itu untuk memata-matai Venus.Beberapa saat kemudian, pintu diketuk dan dua orang masuk ke kamar pribadi Edgar. Edgar menoleh dengan santai saat Daryl masuk bersama seorang pria Hispanik yang tidak dikenalnya.“Ini Luiz Cortez, dia salah satu anggota SRF. Ada yang ingin dia ceritakan padamu,” ujar Daryl memperkenalkan pria yang ia bawa. Edgar sedikit mengernyit dan masih menatap pria yang kemudian duduk di salah satu kursi yang ditarik oleh Daryl untuknya.&ldquo
Semua menarik napas lega saat pesawat perlahan berjalan dan mulai melambat. Jalanan yang menjadi landasan itu jarang di lalui meski cukup Panjang untuk pendaratan pesawat. Meskipun begitu, pilot tetap meminggirkan pesawat ke sisi jalan yang aman agar tak mencolok perhatian.Setelah berhenti, barulah semua awak melepaskan sabuk pengaman. Brema dan Devon yang akan tetap berada di pesawat sebagai operator juga ikut berdiri untuk turun dari pesawat. Semua personel termasuk Dion saling bantu membantu mengeluarkan semua kendaraan dan peralatan yang diperlukan.Kendaraan dikeluarkan menggunakan lift khusus. Ares bahkan membawa satu buah forklift portable dan sebuah robot anti nuklir milik B-Hit Corp kepunyaan Bryan Alexander."Tolong berkumpul, kita akan membagi grup!" perintah Ares di ujung tangga pesawat. Seluruh personel dengan cepat berkumpul dan berbaris dengan rapi. Seakan mereka sedang dalam misi militer, semua dipersiapkan dengan rapi."Kita butuh empat
“Tetap pada jalur kalian teman-teman. Semoga berhasil!” terdengar suara Earth sebagai operator utama yang membuka tutup jalur komunikasi. Dion sudah memakai seluruh peralatannya dengan lengkap termasuk earpiece yang terhubung dengan sambungan radio pada operator serta komunikasi satu arah dengan Ares.Ia duduk di sebelah Aldrich yang menjadi pengendara sementara Arjoona dan yang lainnya berada di belakang."Terowongan ini jalan surga bagi pengedar kokain!" ujar Eriksson pada Aldrich begitu mobil mereka masuk dan berjalan di depan mobil pertama. Aldrich pun mengangguk pada Erikkson dan mengiyakan. Aldrich membawa mobil dengan kecepatan yang imbang dengan mobil di depannya dan mobil ketiga mengikuti mereka. Jarak tempuh mereka bisa terpangkas lebih dari 70 persen melewati jalur itu, sehingga kurang dari dua jam mereka akan tiba.Tak lupa Dion tetap mengawasi mobil di belakang selama perjalanan tersebut. Jemari tangannya saling bergesekan tanda jika ia
Entah karena kurang makan atau karena situasi yang terjadi, Venus merasa agak sedikit pusing dengan kepalanya. Ia duduk di salah satu sudut ruangan dan tidak mau beranjak pulang. Terlebih hari ini ia pun masih mengambil cuti.“Kamu makan dulu, Sayang. Tadi sarapan kamu sedikit sekali,” ujar Claire menyodorkan sepiring Blackened Shrimp and Asparagus Skillet untuk putrinya. Venus langsung mengernyit seperti tak ingin.“Enggak, Mom! Aku gak pengen makan udang. Sebenarnya gak ingin makan apa pun sih,” jawab Venus pelan pada ibunya. Claire menghela napasnya membelai pundak Venus.“Kamu kenapa sih? Belakangan kamu jadi makin kurus. Kamu mikirin Dion terus? Dia kan sudah kembali.” Venus tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.“Sudah jangan bersedih lagi, nanti kerutan kamu makin banyak!” goda Claire.“Ih, Mommy!” balas Venus terkekeh. Claire pun beranjak dari sisi Venus dan mencium ujung kep
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit