Entah karena kurang makan atau karena situasi yang terjadi, Venus merasa agak sedikit pusing dengan kepalanya. Ia duduk di salah satu sudut ruangan dan tidak mau beranjak pulang. Terlebih hari ini ia pun masih mengambil cuti.
“Kamu makan dulu, Sayang. Tadi sarapan kamu sedikit sekali,” ujar Claire menyodorkan sepiring Blackened Shrimp and Asparagus Skillet untuk putrinya. Venus langsung mengernyit seperti tak ingin.
“Enggak, Mom! Aku gak pengen makan udang. Sebenarnya gak ingin makan apa pun sih,” jawab Venus pelan pada ibunya. Claire menghela napasnya membelai pundak Venus.
“Kamu kenapa sih? Belakangan kamu jadi makin kurus. Kamu mikirin Dion terus? Dia kan sudah kembali.” Venus tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya.
“Sudah jangan bersedih lagi, nanti kerutan kamu makin banyak!” goda Claire.
“Ih, Mommy!” balas Venus terkekeh. Claire pun beranjak dari sisi Venus dan mencium ujung kep
Loriander Siren adalah salah satu asisten pribadi yang bekerja untuk Venus selama beberapa tahun belakangan ini. Ia memulai dari salah satu siswa dalam agensi artis sebagai make up artist sebelum kemudian Alicia, manajer Venus menawarkannya pekerjaan yang lebih baik.Tugas Lori adalah memastikan jika Venus mendapatkan semua kebutuhannya sehari-hari. Dari kebutuhan pekerjaan sampai pribadi. Lori akan melapor pada Alicia untuk segalanya yang berhubungan dengan Venus. Ia juga memiliki budget sendiri untuk membelikan apa pun yang diminta oleh Venus padanya.Venus juga tidak pernah memperlakukan hal-hal buruk pada Lori atau pun Gina, asistennya yang lain. Mereka diberikan gaji yang layak, asuransi, sampai bisa menginap di hotel dan kamar yang sama jika Venus berada di sana. Sebagai asisten Lori menemukan kenyamanan yang sesungguhnya. Namun tidak saat ia kembali ke rumahnya.Lori tinggal bersama adik laki-lakinya bernama Tony. Orang tua mereka sudah meninggalkan merek
“Aahhkk! Lepaskan dia, apa yang kalian lakukan!?” teriak Lori mencoba menghalangi. Namun Lori dicekal oleh pria lainnya sehingga terjadilah keributan di dalam apartemen itu.“Tolong lepaskan Adikku!” pinta Lori memohon sambil menangis. Ia lalu dipaksa duduk di sebuah kursi dengan meja kecil di depannya. Sementara Tony juga dipaksa duduk di lantai setelah dihajar oleh pria yang menangkapnya tadi.“Duduk dan dengarkan!” ucap Luiz Cortez pada Lori. Lori hanya bisa terengah dan menurut. Seorang pria lalu masuk dan duduk di depan Lori. Lori sedikit mengernyitkan keningnya sepertinya ia pernah melihat pria itu sebelumnya.“Namamu Lori Siren?” tanya pria itu. Lori masih diam dan mengangguk kemudian. Pria itu mengangguk lalu tersenyum.“Senang bertemu denganmu. Namaku Edgar Luther, mungkin kamu sudah mendengar namaku disebut beberapa kali selama ini, iya kan?” lanjut Edgar memperkenalkan dirinya pada Lor
Dion meletakkan senjatanya dan berlutut dengan sebelah kaki. Ia memasang sarung tangan khusus lalu memakai kacamata, memperbaiki earpiece dan menyelaraskan jam. Dion juga menurunkan sedikit pet topinya dan menunggu perintah untuk bergerak.“Tim kedua, kalian sudah bisa bergerak. Semoga berhasil, sampai jumpa di pintu gerbang ...” ucap Earth memberikan perintah pada kelompok yang dipimpin oleh Arjoona Harristian itu.“Baik.” Arjoona menoleh ke belakang dan memberi kode pada Aldrich dan Dion untuk bergerak di depan.Dion dan Aldrich akan bergerak lebih dulu sekaligus sebagai pembuka jalan. Dion mengiringi di kiri sedangkan Aldrich berada di kanan. Dion pun memberikan kode pada Aldrich untuk bergerak ke depan dan ia mengangguk.Aldrich menyusup sambil sedikit berlari. Ia berhenti dengan cepat lalu berlutut untuk membidik ke arah depan. Sementara Dion yang menyisir dari sisinya dan melewati Aldrich. Sedangkan Arjoona, Bryan, Erikkson dan Blake serta satu oran
Di lapangan utama, Devon menggunakan kacamata khusus untuk mengendalikan drone yang akan menembak. Dengan konsentrasi penuh, ia dan Brema membidik satu persatu anggota kartel SRF. Mereka memberi ruang bagi kartel Cordona untuk masuk dan melakukan penyerangan terbuka.Tujuannya adalah untuk memprovokasi mereka melakukan saling serang dan itu membuat SRF berpikir jika Cordona menggunakan drone untuk menembak."Kamu jaga sebelah kiri, aku sebelah kanan!" ucap Aldrich dan Dion mengangguk mengerti."Jangan lepaskan tembakan sebelum kita bisa masuk!" Dion balik memberi petunjuk. Aldrich pun mengangguk."Ayo bergerak sekarang!" Aldrich dan Dion saling bergerak bersamaan dan saling melindungi. Mereka punya tugas mengamankan salah satu menara. Aldrich yang tak begitu dekat dengan Dion dan dulu sering bersikap sinis padanya kini sangat kompak bergerak bersama.Dion dan Aldrich masuk beriringan sebagai perisai untuk Arjoona dan sisa tim, untuk menyusup dan me
Setelah mendapatkan ijin dari Shao Chen, Venus pun keluar dari pintu samping dengan pengawalan Kyle. Kyle masuk ke dalam mobil setelah membukakan pintu untuk Venus. Cuaca sedang tidak baik. Hujan salju mulai kembali menebal. Venus harus memakai hoodie untuk menghindari salju yang mengenai rambutnya.Di dalam mobil, sudah ada salah satu anggota elite Golden Dragon bernama Sander yang membawa mobil. Kyle juga meminta Edward untuk mengikuti dengan satu mobil lainnya.Pintu gerbang samping dibuka oleh salah satu anggota Golden Dragon dalam pekatnya hujan putih dengan langit super mendung dan cukup gelap. Salah satu mobil keluar dan berlalu begitu saja. Di ujung jalan, mobil lain ikut bergabung.Mobil yang sudah berdiri di luar bangunan Golden Dragon semenjak dua jam yang lalu lantas melaporkan pada Edgar jika Venus sepertinya sudah mengambil umpannya.“Ikuti dia!” perintah Edgar yang memimpin langsung misi tersebut.Dari arah menara pengawas Golden Dra
Akhirnya mobil itu berbelok ke jalan 42 Aster Road dan melintasi kawasan yang sangat sepi dengan salju yang mulai menebal. Hanya ada beberapa mobil yang parkir dan mulai tertutup salju. Mata Duke akhirnya menemukan satu mini market di tengah-tengah bangunan-bangunan yang mengapitnya. Dan tempat itu buka.“Aku menemukan mini market, Tuan ...” Duke baru saja hendak mengerem, Gareth yang tengah kesal langsung membuka pintu mobil untuk turun.“Tuan?” Gareth langsung menutup pintu dan berjalan akan masuk ke mini market itu. Sementara Duke hanya bisa menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya. Ia memarkirkan mobilnya ke sisi jalan lalu menunggu Gareth sampai ia selesai.“Apa kamu baik-baik saja?” TING – lonceng di depan pintu berbunyi tanda ada pelanggan yang masuk. Tiba-tiba sudah ada kasir yang menyambut Gareth. Sementara Venus sedang berbicara pada Lori.“Aku kedinginan ...” ucap Lori menggigil. T
"Teman-teman, waktu kalian tinggal sepuluh menit! Itu waktu maksimal, jangan buang waktu terlalu lama!" terdengar perintah dari Earth yang menjadi operator utama. Ia mengawasi pergerakan konvoi militer yang tengah bergerak ke arah mansion SRF.Dion menoleh pada Aldrich yang juga ikut menoleh padanya. Aldrich mengambil binokularnya dan memantau pergerakan di depan gerbang. Ia terengah dan semua makin kacau."Mereka sudah dekat!" ucap Aldrich pada Dion yang tengah mempersiapkan senjatanya."Tetap pertahankan posisimu, Profesor!" perintah Dion tegas dan mulai menembak lagi. Mereka harus menjauhkan sebisa mungkin anggota kartel untuk meringsek masuk ke dalam. Dion lalu melindungi Glenn dan Aidan yang datang ke arah mereka. Glenn pun memanjat lalu menepuk pundak Aldrich."Aldrich, turunlah! Masuk ke dalam dan bantu Ares!" ucap Glenn yang datang posisinya untuk berjaga bersama Dion. Aldrich mengangguk dan melihat ayahnya Aidan sudah di bawah menunggu.Di
“VENUS ... AAKKH!” Gareth masih pontang-panting menarik Venus bersamanya. Kyle dan Sanders terpaksa berkelahi untuk melepaskan diri. Edward juga tak kalah sibuk. Ternyata Edgar melibatkan banyak orang untuk menculik Venus. Salah satu pria lantas mengeluarkan sebuah pisau dan mencoba menyerang Kyle yang sedikit lagi bisa meraih Venus.Venus yang masih melawan sebisanya ikut melihat pisau tersebut dan hendak menghalangi, tetapi Gareth sempat menarik Venus untuk membawanya lari.“Aaahhhkk!” pisau itu salah sasaran dan mengenai lengan bawah Venus. Kyle tidak menyerah dan melakukan sebuah tendangan untuk pria yang telah melukai Venus sampai ia tersungkur ke belakang. Sambil merangkak, Gareth yang sempat ditendang saat menarik Venus lantas ditarik kembali oleh Edgar yang tiba-tiba datang. Wajahnya langsung ditendang oleh Edgar.“Ahhkkkhh ...” Gareth mengerang kesakitan. Edgar yang hendak meraih Venus lantas melakukan perlawana
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit