“Kamu nanti lembur?” tanya Sarah saat dia dan William tengah duduk di kitchen island sembari menyantap roti yang diisi campuran telur dan mayones.
William menggeleng. “Belum tau, tergantung gimana kerjaan. Nanti aku kabarin.”Beberapa hari ini William sering kali lembur. Kadang lelaki itu lupa memberitahu Sarah dan membuat makan malam yang Sarah masak jadi terbuang. Sejujurnya Sarah merasa sedih, tetapi dia memaklumi, apalagi saat melihat wajah lelah William begitu pulang. William mengambil segelas air putih dan meminumnya hingga habis setelah selesai makan roti isinya. William lalu mengambil kunci mobil dan cepat-cepat berdiri.“Aku pergi dulu,” pamit William yang dibalas anggukan dengan Sarah.Selepas kepergian William, Sarah segera mengunci rumah lalu membereskan dapur dan kitchen island. Dia tidak sempat bersih-bersih karena William sudah terlebih dulu turun dan mengajaknya sarapan bersama. Sarah mulai mencuci manual alat-alat yang dia pakai uTangan William terulur untuk menyalami klien yang baru saja melakukan meeting dengannya. Banyak hal yang mereka bahas di pertemuan kali ini hingga sulit untuk menemukan jalan keluarnya. Namun, pada akhirnya, mereka menemukan satu cara yang bisa memuaskan ego masing-masing. Meeting tersebut menguras banyak tenaga William. Begitu tiba di ruang kerja dan duduk di kursi, William mengusap wajahnya kasar.William memperhatikan beberapa dokumen yang masih menumpuk di meja kerjanya. Pekerjaannya membaca dokumen itu sempat terhenti karena meeting. William mengambil ponsel yang sengaja dia letakkan di laci agar tidak mengganggu pertemuan pentingnya dengan klien. Layar ponselnya sudah menunjukkan angka sebelas. Empat jam sudah berlalu dan William lelah setengah mati. Setelah menimbang selama beberapa saat, William akhirnya memutuskan untuk membawa pulang dokumen-dokumen tersebut.Tidak ada pesan tambahan dari Sarah sejak terakhir kali William memberitahu pada Sarah kalau diri
Suara jepretan kamera dan lampu pemotretan yang menyinari tubuh sudah menjadi makanan Jessica sehari-hari. Jessica tengah mengiklankan pakaian terbaru dari perusahaan milik Remi. Gaun cokelat berlengan panjang yang mencapai pahanya itu dipadukan dengan sepatu bot cokelat. Jessica menekuk kakinya untuk mengambil posisi jongkok. Dia lalu mengangkat tangannya dan melihat ke arah sana.Beberapa jepretan dari berbagai sudut mengambil gambar Jessica. Saat mendengar asistennya berseru untuk istirahat sebentar, Jessica cepat-cepat berdiri. Dia berjalan menuju meja yang di atasnya ada sebotol air dingin dicampur irisan lemon. Lelah yang Jessica rasakan seperti langsung hilang begitu dia meneguk air tersebut. Jessica meletakkan botol dan beralih mengambil ponselnya saat merasakan dia sentuhan di pinggangnya.Sontak saja Jessica menoleh untuk melihat siapa pelakunya. Mata Jessica sedikit membesar saat dia melihat Remi yang memeluk pinggangnya. Ini bukan pertama kalinya Remi d
“Hati-hati,” ucap Sarah sembari tersenyum di depan pintu melihat kepergian William.Sarah melangkah maju untuk melihat mobil William yang makin hilang dari pandangan. Setelah Sarah memastikan William tidak akan kembali, dia cepat-cepat masuk ke dalam rumah dan memesan taksi melalui ponselnya. Sarah pun mengganti pakaiannya dari kaus dan celana pendek menjadi gaun berwarna cokelat yang lengannya panjang.Tas yang Sarah bawa diisi dengan dompet, ponsel, dan beberapa lembar uang. Saat Sarah membuka pintu, taksi yang dipesannya datang secara bersamaan. Sarah cepat-cepat naik ke dalam taksi dan menyebutkan alamat perusahaan milik Remi. Sepanjang perjalanan menuju kantor Remi, jantung Sarah berdetak dengan cepat. Antara merasa takut ketahuan oleh William dan rasa senang karena bisa bekerja di perusahaan besar.Sarah menarik napas dalam-dalam saat melihat jalanan yang dilalui penuh oleh kendaraan. Kepala Sarah akhirnya menyandar ke jendela sembari dirinya melihat
Sarah makin terbiasa dengan jepretan kamera yang dia terima setiap kali melakukan pemotretan di perusahaan Remi. Kali ini Sarah tengah melakukan pemotretan untuk produk sepatu yang baru saja dikeluarkan. Sepatu yang berwarna putih dengan garis abu-abu itu sangat cocok di kaki Sarah. Pemotretan kali ini terbilang mudah karena Sarah hanya perlu berdiri atau berpose ringan tanpa banyak gerak.Sudah sebulan lamanya Sarah melakukan pekerjaan ini dan hasil yang didapatkannya lumayan. Sarah biasanya melakukan pemotretan untuk produk dari pinggang ke bawah, seperti celana, gelang kaki, atau sepatu yang tengah dia kenakan. Uang yang Sarah dapatkan masih dia simpan di rak buku kamar lamanya. Seperti dugaan Sarah, William tidak pernah masuk ke sana dan uang itu tersimpan dengan aman.Dua hari lalu Sarah menghitung uangnya yang sudah cukup untuk dia berikan pada sang ayah. Sarah berharap dengan uang yang dia berikan, Alex tidak mengganggu hidupnya lagi, meskipun Sarah tahu har
Dokumen yang terdiri dari kertas yang sudah dijepit untuk membedakan subjek bertebaran di atas meja kerja milik Remi. Lelaki itu membaca salah satu dokumen laporan yang membahas masalah penjualan pakaian dengan serius. Keningnya bahkan sampai berkerut. Begitu sampai di barisan terakhir dan membaca kesimpulan kalau keuntungan yang didapatkan bisa menutup semua biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan dan promosi pakaian tersebut, Remi tersenyum.Remi meletakkan dokumen tersebut di lantai, memisahkannya dari dokumen lain yang belum dibaca. Dokumen selanjutnya membahas tentang acara tahunan yang biasanya dilakukan perusahaan Remi. Biasanya acara tersebut mengeluarkan gaun-gaun mewah terbaru yang membutuhkan banyak biaya dalam pembuatannya. Di dalam dokumen tersebut dijelaskan anggaran yang dibutuhkan dan tema acara. Remi membaca dengan saksama dokumen tersebut sebelum membubuhkan tanda tangan.Saat Remi ingin beralih ke dokumen lain, pintu ruang kerjanya diketuk. Segera
Amplop cokelat berukuran sedang yang lumayan gendut tiba pada pukul delapan di kantor Remi. Segera saja Remi membuka amplop tersebut dan melihat berbagai foto seksi Sarah. Kemarin Remi menyuruh seseorang untuk diam-diam memotret Sarah. Foto-foto tersebut diedit ulang seakan Sarah tengah bersama seorang lelaki lain. Remi melihat foto tersebut satu per satu. Senyumnya makin lebar seiring dengan makin banyak foto yang dua lihat.Tawa Remi bergema di ruangannya. Dia berencana untuk mengirimkan semua foto tersebut pada William. Remi sudah membayangkan bagaimana reaksi William foto palsu yang sudah diedit sedemikian rupa hingga terlihat sangat asli. William akan marah, tentu saja, sama seperti yang Remi rasakan kemarin saat melihat foto istrinya bersama koleganya itu. Diletakkannya foto itu di atas meja lalu Remi bangkit dari kursinya.Remi mengambil amplop lain berwarna putih. Semua foto tersebut dia masukkan ke dalam amplop lalu disegel dengan ketat agar tidak ada siap
“Siapa orang tadi?” tanya William tidak memedulikan wajah Sarah yang sudah tampak ketakutan.Sarah menggigit bibir bawahnya. Tidak mungkin Sarah mengatakan pada William soal sang ayah, lebih tepatnya, Sarah tidak ingin William tahu masalah itu. Sarah tidak ingin William kenal dengan ayahnya. Baru seperti ini saja sang ayah sudah berani meminta uang yang banyak, apalagi saat Alex mengenal William. Sarah tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan ayahnya tersebut.“Bukan siapa-siapa,” balas Sarah.Meskipun jantung Sarah berdetak cepat karena rasa takut dan tangannya bergetar, Sarah masih mencoba untuk tetap tenang. Sarah berusaha untuk mengalihkan perhatian William agar tidak membahas masalah yang sama karena makin sering Sarah berbohong padanya, makin tidak nyaman perasaan yang Sarah rasakan. Berbohong pada seseorang yang selalu bersikap baik pada dirinya membuat Sarah merasa tidak enak.Jawaban yang Sarah berikan menyulut amarah William. Waja
William melepas jas yang sedari pagi tidak dilepasnya. Jas itu dia letakkan di sofa berwarna abu-abu. Sudah seminggu William memutuskan untuk tidur di hotel dekat kantornya semenjak amplop berisi foto seksi Sarah datang ke kantornya. William tidak pulang atau membalas pesan dari Sarah. Rasa kesal masih menghampiri lelaki itu saat dia teringat hari itu.William memutuskan untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Dia mengisi air hangat di bathub. Saat air sudah terisi setengah, William menuangkan sabun cair lalu memutar air searah jarum jam hingga berbusa. William memastikan air yang akan dia gunakan untuk berendam tidak terlalu panas dan dingin barulah William membuka pakaiannya.Kepala William menyandar ke bagian atas bathub sembari mengembuskan napas saat tubuhnya diselimuti air hangat. Otot-otot yang sejak tadi terasa tegang sehabis melakukan pekerjaan seharian langsung melemas. Mata William terpejam menikmati air hangat dan aroma sabun. Setelah lelah seh
Cermin yang memantulkan dirinya sendiri itu membuat Sarah kagum. Sarah tidak pernah menyangka kalau dia akan mengenakan gaun putih yang bagian bawahnya mengembang. Gaun pengantinnya terbuka di bagian bahu dengan tangan yang berbentuk balon. Ada hiasan bunga-bunga kecil di bagian atas dan bawah gaunnya yang juga berwarna putih.Rambut Sarah disanggul dan dihias menggunakan tiara. Tudung transparan dijepit di sanggulnya dan jatuh ke bawah dengan lembut hingga mencapai paha. Sarah mendekatkan diri ke cermin untuk melihat riasannya. Tidak terlalu mencolok, tetapi juga bukan riasan yang sederhana. Bibirnya diberikan lipstik berwarna merah muda.Sarah menarik napas panjang untuk meredakan detak jantungnya yang menggila. Dua bulan lalu William mengumumkan perempuan pilihannya di konferensi pers dan meyakinkan Sarah begitu kembali dari kantor. Tiga hari setelahnya dihabiskan William untuk menanyakan pada Sarah seperti apa pernikahan impiannya. Awalnya Sarah ingin membiarka
Kantor William dipenuhi orang dari berbagai profesi. Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, William sudah menghubungi Isa dan meminta sekretarisnya itu untuk mengadakan konferensi pers. Permintaan mendadak dari William membuat seluruh kantor menjadi sibuk. Dari mencari tempat yang pas untuk melakukan konferensi pers, mengundang wartawan, menyiapkan teks yang nantinya akan digunakan oleh William. Semua hal itu dilakukan dengan terburu-buru.William sendiri langsung berangkat dari rumah setelah dia menelepon Isa, meninggalkan Sarah yang masih berada di alam mimpi. Meski begitu, William sudah menyiapkan makanan untuk Sarah dari pagi hingga malam kalau nanti dirinya akan pulang larut malam seperti sebelumnya. Radio di mobil William tidak berhenti menyiarkan berita mengenai dirinya hingga membuat William muak dan mematikan radio.William bersyukur orang-orang yang masih setia bekerja untuk dirinya tidak mengeluh dan justru menyiapkan semua yang William butuhkan denga
William memijat pangkal hidung sembari memejamkan mata. Kepalanya terasa pusing karena melihat layar komputer selama beberapa jam. Seharian ini dirinya sibuk melakukan berbagai rapat dengan perusahaan-perusahaan yang sudah lama bekerja sama dengannya. William mencoba mempertahankan perusahaan yang sudah mendukung perusahaan miliknya sejak masih di bawah kepemimpinan sang ayah. Perusahaan yang baru-baru ini bekerja sama dengannya kebanyakan memutuskan kontrak karena tidak ingin kena dampak dari masalah yang William alami.Tiga jam lalu Isa sudah pamit untuk pulang dan William mengiyakan. Dia tidak ingin memberikan beban pada siapa pun yang bekerja dengannya karena masalah yang William buat sendiri. Tangan William menggebrak meja saat mengingat kembali berita tersebut, terutama konferensi pers yang dilakukan oleh Jessica. Selanjutnya William terkekeh. William merasa dirinya begitu bodoh saat mengenang kembali apa yang dirinya dan Jessica lakukan. Padahal sejak awal Jessica re
Rasa puas menyelimuti hati Remi sejak pertama kali berita tentang William dan Jessica tersebar. Uang yang dirinya keluarkan seakan tidak berarti apa-apa saat melihat kesuksesan berita tersebut. Remi yakin sekali William akan sulit untuk mengelak berita tersebut, apalagi foto yang diambil dari orang suruhan yang terlihat amat jelas. Remi bahkan sampai berdecak kagum saat melihat hasil foto itu.Wajah William dan Jessica terlihat jelas. Interaksi mereka pun tidak akan membuat orang lain salah mengenali. Remi terkekeh mengingat saluran televisi yang semuanya menayangkan berita yang sama. Hati Remi makin diselimuti rasa senang karena belum adanya tanggapan dari William. Hanya undangan rapat yang dikirimkan Isa ke Thena. Remi menolak undangan tersebut. Bisa dibilang Remi adalah salah satu tokoh utama di berita panas tersebut, jadi wajar saja kalau dirinya menolak undangan rapat William. Akan aneh kalau dirinya justru menerima undangan tersebut.Dari pagi hingga sore tid
Sarah melangkahkan kaki turun dari tangga menuju dapur. Dia baru saja bangun dari tidur panjangnya. Sejak mengetahui kalau Sarah tengah mengandung, William tidak pernah membangunkan Sarah pagi-pagi untuk membuat sarapan. Kadang William sendiri yang memasak sarapan untuk Sarah, atau kalau tidak sempat, William akan memesan makanan untuk Sarah begitu Sarah mengirimkan pesan kalau dirinya sudah bangun.Kali ini tidak ada sarapan yang tersedia di tempat pemanas, tetapi Sarah yakin makanan akan datang beberapa menit lagi. Untuk mengisi perut kosongnya yang sedikit membuncit, Sarah mengambil buah dari dalam kulkas yang semalam dia kupas. Sarah duduk di kitchen island sembari bermain permainan yang baru diunduh di ponselnya. Mata Sarah melirik ke jam yang berada di layar atas ponselnya, sudah hampir tengah hari, tetapi tidak ada makanan apa pun yang datang. William bahkan tidak membalas pesan Sarah.Sarah memutuskan untuk memasak makanannya sendiri karena berpikir kalau W
William sudah mengirimkan pesan pada Isa setelah tiba di rumah kemarin kalau hari ini dia tidak akan datang ke kantor. Semua dokumen yang belum sempat dibawa William minta untuk dikirimkan ke rumahnya. Setelah mengetahui fakta kalau Sarah tengah mengandung dan melihat sendiri gejala tersebut pada Sarah, William memutuskan untuk tetap di rumah dan menemani Sarah.William tidak tahu sudah berapa menit berlalu sejak dirinya membuka mata. Yang jelas cukup lama hingga cahaya matahari sudah menembus tirai jendelanya. Selama itu yang dilakukan William hanyalah tidur menyamping dan memperhatikan wajah damai Sarah. Sesekali tangan William terulur untuk mengusap lembut pipi Sarah.Mata William yang sejak tadi menatap wajah Sarah beralih ke perut Sarah saat perempuan itu bergerak dalam tidurnya dan mendorong selimut. Kaus yang dikenakan Sarah sedikit terangkat, memperlihatkan perutnya yang masih rata. William lagi-lagi mengulurkan tangan, tetapi kali ini untuk mengusap perut
Di depan meja William kini terdapat sebuah piring yang berisi dua roti lapis dan secangkir kopi hitam. Isa baru saja membawakan makan siang William lima menit yang lalu, dan William sedang merapikan dokumen agar tidak ada kejadian tidak mengenakkan nantinya. William melihat ponselnya yang masih belum ada kabar dari Sarah. William mengasumsikan kalau Sarah masih tidur di rumah.Selesai membereskan semua dokumen dan mejanya lumayan luang sekarang. William mendaratkan bokongnya di kursi lalu menarik piring dan cangkirnya mendekat. Dia menatap roti isi, mencoba mencari tahu apa saja isi roti tersebut, lalu memakannya. Kepala William mengangguk saat dia merasakan berbagai macam rasa yang ada di roti isi tersebut. Bukan rasa yang mewah, tetapi lumayan memanjakan lidah William.Pikiran William melayang kepada Sarah. Wajah Sarah yang terlihat sangat pucat pagi tadi masih saja menghantui William. Apalagi Sarah yang sempat pergi dua kali ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang masih
Biasanya Sarah sudah bangun sebelum William membuka matanya. Namun, beberapa hari belakangan ini Sarah malas sekali untuk bangkit dari ranjang. Sarah tidak mengerti kenapa dirinya selalu merasa lemas dan pusing. Tubuhnya terasa amat berat untuk bangkit dari ranjang. Meskipun begitu, Sarah tetap berusaha memasak sarapan.Kali ini Sarah masih berpeluang di dalam selimut saat William beranjak menuju kamar mandi. Suara pancuran air terdengar tidak lama kemudian. Sarah mencoba untuk melawan rasa malamnya dan berusaha bangun dari ranjang. Cukup susah, tetapi Sarah berhasil. Dia mengambil jubah tidur lalu memakainya. Sarah pun berjalan turun ke dapur.Sarah mengambil empat butir telur, sosis, dan bacon. Sarapan yang sudah Sarah masak selama tiga hari berturut-turut karena Sarah tidak menemukan ide sarapan lain. Untungnya William tidak pernah bicara apa pun soal menu sarapan yang sama selama tiga hari ini. Sarah mulai memecahkan telur ke dalam mangkuk. Dia mengambil sejumlah garam untuk ditab
Berbagai macam produk kecantikan berjejer rapi di atas wastafel. Jessica mengambil salah satu botol berukuran kecil yang bentuknya seperti dot bayi lalu menuangkan isinya ke telapak tangan. Dia mengusapkan cairan bening itu ke seluruh wajahnya dengan merata dan secara perlahan. Rutinitas yang sering kali Jessica lakukan sehabis mandi dan sebelum tidur. Jessica selalu berusaha untuk menjaga wajahnya tetap bersih dan mulus agar tidak mengganggu pekerjaannya nanti.Rambut perempuan itu masih basah setelah selama beberapa menit diguyur di bawah pancuran air. Air bahkan masih mengucur dari rambut Jessica menuju jubah mandi yang dipakainya. Setelah selesai mengaplikasikan semua produk tersebut ke wajah, Jessica mengambil hair dryer. Dia mencolokkan kabel hair dryer ke stopkontak yang berada di ujung wastafel. Jessica mengatur hair dryer tersebut sebelum mulai mengeringkan rambutnya.Tangan Jessica memang sibuk memegang hair dryer, tetapi matanya mengarah ke ponselnya yan