"Masih mual, Sayang?" tanya Risa pada Gilang yang masih menempelkan kepalanya di perut Risa. Gilang mendongakkan kepalanya dan meraih tengkuk Risa lalu mencium bibir istrinya dengan mesra. "Kak ...!" Risa berusaha menahan ciuman yang semakin dalam. "Sayang, aku merasa enakan jika berciuman denganmu!" goda Gilang sambil tersenyum pada Risa. Benar-benar aneh, sikap Gilang menjadi berubah seratus persen semenjak Risa hamil. "Tapi nggak harus seperti itu juga Kak. Nggak enak kalau nanti sampai dilihat oleh Daniel dan cinta," sungut Risa. Bilang tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh istrinya. Lelaki itu tetap menempelkan kepalanya di perut Risa dan sesekali mencuri ciuman pada bibir istrinya. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan momen tersebut. "Sekarang, kita ke depan yuuk, nggak enak sama tamu!" ujar Risa membujuk Gilang yang kembali memeluk erat tubuhnya. "Nggak mau, Daniel bau banget!" seru Gilang membuat Risa seketika melotot ke arahnya. "Itu hanya perasaan Kak Gilang
Risa menoleh ke arah Cinta yang sedang mengunyah makanannya. Tiba-tiba saja, Cinta menghentikan makannya dan mengatakan sudah selesai. Namun, Risa melihat raut wajah yang berbeda darinya. "Kok cepet banget selesai makannya?" Gilang meledek Cinta yang beranjak dari tempat duduk dan segera menuju ruang tengah. "Cinta memang makanya cuma sedikit. Dia sedang diet." Daniel pun meletakkan sendok dan garpu dalam piring, lalu menyusul Cinta ke ruang tengah. Risa melihat Daniel berusah mengajak Cinta mengobrol dengan tingkahnya yang ternyata memang sangat romantis. Risa lalu beranjak ke dapur untuk membuat jus apel untuk mereka minum bersama. Dia berharap suasana yang sempat kaku karena perubahan wajah Cinta akan kembali mencair dengan dibuatkannya jus apel tersebut. "Sebagai makanan penutup.. aku buatin kalian jus apel. Mudah-mudahan kalian semua suka." Risa meletakkan 4 gelas jus apel di hadapan para tamunya. Daniel langsung menyambar jus apel tersebut dan meminumnya hingga tandas. Be
Risa terus bertanya-tanya di dalam hatinya ada apakah kiranya gerangan yang sudah membuat Gilang banyak berubah."Kak Gilang benar-benar berubah. Dahulu Kak Gilang adalah laki-laki yang paling irit dalam berbicara. Lalu mengapa sekarang jadi suka membicarakan orang lain?""Dahulu Kak Gilang teramat sangat cuek dengan urusan orang lain, tapi sekarang, Kak Gilang sibuk mengurusi Daniel dan Cinta.""Apakah ini juga bawaan dari bayi kembar yang kukandung? Entahlah.Hanya saja, rasanya aneh jika Kak Gilang membicarakan tentang urusan ranjang orang lain." Gumam Risa dalam hati."Sayang ...." Gilang memeluk erat tubuh Risa dari belakang."Aku nggak suka kakak jadi ikut campur urusan orang lain!" Risa menoleh sejenak, lalu kembali membalikkan badan.Gilang menghela nafas panjang. Dia mengerti mengapa Risa merasa tidak nyaman atas sikapnya saat ini. Dikarenakan Risa yang selama ini mengenal Gilang adalah sosok yang tidak pernah peduli dengan orang lain. Lelaki itu pun meraih tubuh Risa yang su
"Sudah sudah. Kalian nikmati saja makannya. Jangan malah bertengkar seperti itu." Risa menegur Carissa dan Amira yang malah sibuk memperdebatkan tentang Daniel yang mereka panggil dengan sebutan Om Nai.Gilang yang mendengarkan celotehan anak-anak itu hanya tersenyum seorang diri. Dia hanya berpikir entah bagaimana reaksi Carisa seandainya tahu bahwa Daniel sebenarnya adalah Ayah sambungnya yang sudah lama dinikahi Cinta. Dia tidak bisa membayangkan akan berat perjuangan Cinta dan Daniel kemudian hari.Setelah menikmati sarapan pagi, Gilang segera bersiap-siap hendak berangkat ke kantor. Lelaki itu sangat gagah memakai setelan pakaian berwarna navy."Berarti hari ini kalian hanya ketemuan di kantor saja?" Risa bertanya kepada Gilang karena mengingat kemarin cinta mengatakan hendak ke rumahnya hari ini."Tadi malam Daniel mengirim pesan padaku bahwa dia akan datang ke sini terlebih dahulu bersama Cinta. Nggak mungkin lah cinta tidak menemui Carissa terlebih dahulu." Gilang menyahut sam
"Kamu tahu? Setiap saat, kapan saja, Daniel mencumbuku dengan ciuman yang memabukkan. Bahkan terkadang melampaui batas. Aku perempuan normal. Aku merasakan libidoku berada di puncak, tapi aku tidak bisa melepaskannya. Aku tidak ingin kami melakukan penyatuan!" Cinta terisak dengan bahu terguncang."Kenapa?" Risa mengusap bahu Cinta Perlahan."Karena setiap aku ingin menyerahkan diriku menjadi milik Daniel, bayangan Carisa meninggalkan aku kembali hadir. Aku tidak ingin penyatuan itu membuatku terikat dengan Daniel. Sehingga aku tidak bisa meninggalkannya di saat aku berada diambang kehancuran." "Maksudmu apa?" Risa menatap Cinta dalam. Perempuan bertubuh mungil itu benar-benar tidak mengerti maksud perkataan cinta. "Carisa ... Tidak akan pernah mengizinkan aku untuk menikah lagi. Sepandai-pandainya kami menyimpan pernikahan ini, akan terbongkar suatu saat. Aku tidak ingin, ketika semuanya terbongkar, aku berada di posisi sedang menikmati begitu indahya kisah Cintaku dan Daniel. Sehi
Cinta menggeleng cepat. Dia tidak mungkin bisa menuruti apa yang dikatakan oleh Rachel. Mengingat permintaan Carissa yang terkadang membuatnya kebingungan."Tapi, Carisa masih menginginkan aku untuk rujuk dengan Aditya!" pungkas Cinta tertunduk lesu."Aku tahu. Daniel sudah melakukan yang terbaik. Aditya tidak akan pernah menyentuhmu lagi. Percayalah!" Rachel menatap Cinta dalam."Apa yang harus aku lakukan?" Cinta menatap ke arah Risa dan Rachel secara bergantian.Risa hanya terdiam. Ia tidak tahu harus berbicara apa? Ia takut salah dalam memberikan solusi. Selain itu Risa juga tidak terlalu mengenal cinta dan Rachel sehingga khawatir solusi yang akan dia sampaikan nanti tidak akan diterima oleh keduanya."Jangan siksa dirimu dan Daniel. Tidakkah kamu kasihan pada Daniel? Betapa menderitanya seorang lelaki yang menahan hasrat yang membuncah? Daniel merasakan sakit kepala yang teramat sangat!" Rachel menatap Cinta dengan tajam.Cinta terbelalak. Selama ini dia tidak pernah melihat dan
Sesampai di rumah. Risa melihat Gilang dan Daniel sedang duduk di sofa tamu. Mereka duduk dengan seorang lelaki yang bermata sipit persis seperti Daniel."Sayang, kenalkan. Ini Jason. Suami Rachel!" Gilang memperkenalkan laki-laki tersebut pada Risa."Jason, kenalkan. Ini istriku Risa."Risa dan Jason saling berjabat tangan. Gilang pun mempersilahkan semua yang berada di ruangan tersebut duduk di sofa yang melingkar di ruang tamu.Risa lalu duduk disamping Gilang. Sedangkan Cinta duduk di seberang sofa yang berhadapan dengan Daniel."Sayang, ajak Carisa masuk ke Kamar, ya. Mandi, dan istirahat," ujar Risa pada kedua bocah yang duduk manis di pangkuan Gilang dan Daniel. Risa sangat yakin jika Daniel pasti ingin berbicara dengan cinta secara rahasia dan mereka tidak ingin kemesraan mereka terganggu oleh kehadiran Carissa. Risa lalu memanggil Bik Jum dan Bik Asih untuk mengurus keperluan Carisa dan Amira."Tolong urus mereka berdua ya, Bi. Kami ingin membicarakan sesuatu yang penting,"
"Gi, untuk sementara waktu, perusahaan kamu saja yang handle. Kakak benar-benar enggak kuat harus datang ke kantor dengan kondisi mabuk seperti ini," ujar Gilang sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding kamar.Semenjak kepergian Daniel dan Cinta, Gilang kembali merasakan mabuk yang teramat sangat hebat. Lelaki itu berkali-kali memuntahkan isi perutnya sepanjang pagi. Alhasil tubuhnya terasa lemas dan dia tidak kuat untuk melakukan aktivitas.Risa merasa kasihan melihat Gilang yang tersandar di dinding kamar mereka. Sempat terpikir olehnya seandainya dia memiliki keahlian dalam menguasai perusahaan seperti Cinta, pastilah yang tidak akan kesulitan mencari orang yang tepat untuk menggantikan posisinya di perusahaan ketika sedang sakit seperti saat ini."Aku sih nggak masalah Kak menghandle perusahaan sementara waktu. Tapi apa relasi bisnis Kakak tidak keberatan dengan hal ini?" Tanya Gio sambil mengerutkan keningnya."Aku rasa enggak. Udahlah. Pokoknya kamu handle saja ruangan Kakak da