Setelah gagal melancarkan aksiku dan Viona kemarin. Hari ini aku sudah sangat bertekad untuk melakukan sesuatu. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi, aku sudah bangun dan sedang berdandan demi menjalankan misiku untuk mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya Reynold lakukan di pagi hari yang membuatnya bolos tiap perkuliahan yang dimulai pukul 7. "Aku tidak akan membiarkanmu lolos kali ini, Reynold Clifford!" gumamku sembari memandang tajam bayangan diriku di cermin setelah aku selesai berdandan.Kali ini aku menyamar sedernaha sebagai orang lain, bukan sebagai Wendy Medeline, ataupun sebagai Bella Valentine, agar kalau pun Reynold melihatku, dia tidak akan mengenaliku.Mengenai perkuliahan, hari ini aku berencana untuk absen. Aku sudah mengabari pada Viona bahwa aku sedang sakit sehingga aku tidak masuk perkuliahan, jadi kupikir semuanya aman, aku tidak berburu dengan waktu untuk memata-matai Reynold seharian penuh ini.Kukenakan kaca mata hitamku, dan setelah itu aku pun
Aku masih setia mengamati sepasang kekasih itu. Sudah sekitar 15 menit mereka hanya berbincang, atau lebih tepatnya gadis itu yang berbincang dengan panjang lebar dengan direspons oleh Reynold hanya dengan anggukan kecil, dan sesekali berkata dengan singkat.Mereka hanya berduaan saja, tapi entah mengapa melihat mereka seperti ada yang kurang. Tampak seperti mereka kurang berkomunikasi dua arah karena gadis itu seperti mendominasi percakapan mereka. Aku tidak tahu apakah itu karena Reynold yang kurang komunikatif, ataukah karena memang wanita itu terlalu mendominasi, tetapi harus kuakui gaya berpacaran mereka cukup unik."Hm, kalau tidak salah Viona pernah memberitahuku kalau gadis itu bernama Lisa ... Tunggu, Lisa siapa? Aku lupa nama belakangnya!" pikirku yang tiba-tiba saja terpikir akan hal itu.Di tengah pikiranku yang sedang mengingat-ingat nama belakang gadis itu, tanpa terduga Reynold melakukan sebuah pergerakan. Ia terlihat mengeluarkan sebuah amplop hitam dari tasnya, lalu m
Wendy terus memandangi punggung pemuda itu yang kian lama kian menjauh dengan perasaan bimbang. Mendengar perkataan terakhir Reynold tadi membuatnya terpikir bahwa pemuda itu mungkin saja menaruh curiga pada dirinya. Ucapannya terdengar seperti sebuah alarm peringatan baginya untuk tidak melanjutkan acara memata-matainya hari ini. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menghentikan pengintaiannya."Hah~ Dia benar-benar tajam sekali. Padahal Aku sudah sangat yakin bahwa sedari tadi dia tidak menyadari keberadaanku, tetapi ternyata Aku keliru dia bahkan sudah menyadari keberadaanku sejak awal!" pikir Wendy yang sejujurnya sangat gugup jika memang benar menyadari bahwa dirinya sudah diawasi sejak pagi-pagi buta.Hal itu membuat Wendy termenung sejenak. Pikirannya kembali pada saat ia pertama kali mendapat misi mendekati Reynold beberapa minggu yang lalu. Ia teringat akan perkataan Chris mengenai pemuda itu. "Hah~ benar dengan apa kata Chris, pemuda itu adalah orang yang sangat su
Beberapa hari kemudian, tepatnya hari Sabtu. Hari sudah sore, tinggal beberapa jam lagi acara pesta dansa itu dimulai. Saat ini semua penghuni kediaman Clifford, yaitu Michael dan Reynold sedang berdiskusi kecil di ruang keluarga mereka. Mereka duduk bersebelahan dengan tampang mereka yang terlihat sangat serius selama diskusi itu."Rey, di luar sana tidak banyak orang yang tahu mengenai putraku, jadi meski Kau datang ke sana pun kukira tidak akan ada yang mengenalimu. Oleh karena itu, pastikan Kau dan pasanganmu itu tidak menyinggung namaku sama sekali pada siapapun!" seru Michael pada putranya itu."Aku mengerti. Jika mereka tahu kalau Aku ada hubungan denganmu, maka si pemilik rumah itu pasti akan memindahkan flashdisk itu atau setidaknya orang yang bersekongkol dengannya akan mempersulitku di sana."Reynold memaparkan maksud dari seruan ayahnya."Betul, oleh karena itu, Kita pergi secara terpisah. Sebelum berangkat Kau jemput kekasihmu, dan Aku juga akan menjemput pasanganku," peri
Selama di dalam mobil, suasana sangat hening. Lisa tak berkata sepatah kata pun dan Reynold hanya diam, berfokus pada jalanan yang ada di depannya itu.Reynold melirik pada kekasihnya, lalu akhirnya ia pun membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu. "Lisa, boleh kah Aku meminta tolong padamu?" Gadis itu hanya meliriknya, kemudian menjawab, "Tentu saja.""Terima kasih, Aku minta saat di pesta nanti Kau jangan sekali pun menyinggung nama ayahku," pinta pemuda itu."Bolehkah Aku tahu mengapa?" Lisa tampak heran dengan permintaan yang tiba-tiba itu.Reynold menggenggam tangan gadis itu dengan lembut sebelum akhirnya ia berkata kembali. "Jika mereka tahu kalau Aku adalah putra Michael Clifford, bukannya mereka akan menarikku darimu karena ingin mengorek informasi mengenai ayah dariku?"Pemuda itu memandang wajah gadis cantik itu dengan serius sembari mengusap punggung tangan wanita itu dengan sangat lembut, lalu melanjutkan penuturannya, "Aku tidak ingin ada yang
Reynold akhirnya sampai di lantai dua. Tak terduga, ternyata di sana sangat sepi, berbanding terbalik dengan suasana di lantai bawah yang begitu sangat ramai. Sebelum melangkah jauh, untuk menutupi identitasnya, terlebih dahulu ia mengeluarkan sebuah topi ski yang sudah ia lubangi dari saku jas yang dikenakannya, lalu mengenakannya secara menyeluruh sehingga wajahnya tertutup olehnya kecuali bagian matanya. Ia terdiam sejenak sembari menelisik tiap sudut lorong terdekatnya untuk memastikan letak CCTV agar ia bisa menentukan bagaimana posisinya berjalan untuk meminimalisir jejak rekaman dirinya dalam benda pengawas itu.Setelah menemukan beberapa benda itu, ia lalu berjalan dengan santai dan natural tetapi hati-hati dan berusaha berjalan pada titik buta benda itu. Setelah berjalan cukup lama di sebuah lorong di lantai dua, akhirnya pemuda itu sampai di tangga lainnya yang menuju ke lantai tiga.Ia berhenti sejenak sembari mendongakkan kepalanya, melihat ujung dari tangga
POV Wendy.Setelah berhasil kabur dari rumah Fery Rewise, aku langsung pergi ke rumah Chris. Sebenarnya aku sudah mencoba menghubunginya lewat telepon, tapi tidak seperti biasanya dia tidak menerima panggilan dariku sehingga aku mengonfirmasi kedatanganku ke rumahnya melalui pesan singkat saja.Kini aku sudah sampai di depan pintu gerbang rumahnya yang tertutup dan dijaga oleh beberapa penjaganya yang bertampang sangar dan tentu saja berperawakan tinggi besar juga. Mereka menanyakan maksud dan tujuan kedatanganku, serta menyuruhku untuk memperlihatkan kartu identitasku sebagai sebuah langkah pengamanan karena Chris adalah orang penting dan tentu saja rumahnya harus sampai dijaga ketat seperti ini."Well, bagaimana pun dia pasti punya banyak musuh, jadi sudah pasti hal seperti ini harus dilakukan," pikirku sembari memandangi kartu identitasku yang masih berada di tangan mereka."Maaf sudah membuatmu menunggu, Nona Wendy Medeline, bos sudah menunggu Anda, jadi silakan masuk!" ujar salah
Melihat reaksi Chris yang tampak santai seperti itu setelah mendengat laporanku itu membuatku merasa ada yang ganjil dengan reaksinya sekarang."Kau masih ingin berdiri di sana, hm?" Chris berkata lagi, tetapi kali ini penuh dengan tekanan, seakan secara tak langsung ia menyuruhku untuk duduk di dekatnya.Merasa suasana hati Chris sedang tidak kondusif, mau tak mau aku melakukan apa yang diperintahkannya. Dengan langkah yang berat dan penuh keraguan, aku pun akhirnya duduk di sofa kosong yang berada tepat di hadapan pria itu.PUK!PUK!Pria itu menepuk tempat kosong di sofa yang didudukinya dengan keras. "Di sini! Duduk di sini!" serunya dengan tampang menyebalkan biasanya.Untuk menjaga suasana hatinya, tanpa memprotes aku pun langsung beralih tempat duduk ke sampingnya sehingga kini kami duduk bersebelahan.Tepat setelah aku duduk di sampingnya, pria itu tiba-tiba merangkulku, lalu dengan tangan satunya, ia mengangkat wajahku sehingga wajah kami saling
POV Wendy. "Misi apa yang akan pria itu berikan dengan membuat kita bertiga berkumpul seperti ini?" pikirku sembari menatap sosok Chris yang tengah duduk sembari menatap kami bertiga dengan serius. "Si bajingan Vincent kemarin buka mulut. Dia terus mengoceh, sehingga pada akhirnya mengatakan bahwa ada hal serius yang akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan, dan itu berhubungan Coltello. Mau tidak mau organisasi akan terlibat dalam sebuah perang antar organisasi kecil dan itu tidak bisa dihindari!" Chris mulai menuturkan hal yang menjadi penyebab yang sepertinya membuat pikirannya terganggu. Mendengar hal itu, sontak saja semua orang terlihat semakin serius. "Dia tidak mengatakan detailnya, tetapi itu berhubungan dengan tuan Jimmy Heartnewt. Dia hanya bilang bahwa dengan adanya pejabat itu di sisi mereka, maka Coltello pasti tidak akan baik-baik saja!" Chris melanjutkan perkataannya. Pria itu, melirik ke arahku, kemudian berkata, "Wendy, kuperintahkan Kau untuk mengawasi
Michael memandang Hilde dengan perasaan penuh antusias, benar-benar ingin segera mengetahui apa yang hendak tante girang itu bicarakan dengannya, di samping dia ingin 'benda' yang ada padanya. Sedangkan wanita itu tampak tertunduk sedih di samping pria itu sembari memainkan tangannya. "Hm? Nyonya Hilde, mengapa Anda hanya diam saja?" tanya Michael sambil memasang senyumnya yang menawan. Hilde dengan ragu melirik pria rupawan itu. "Tuan Clifford, Saya merasa ketakutan," ucapnya dengan suara yang bergetar. "Well, itulah yang seharusnya Anda rasakan. Anda baru saja menjadi target pembunuhan, tentu saja hal semacam itulah yang harus Anda rasakan," ujar pria itu. Hilde langsung berdiri tanpa mengalihkan pandangannya dari Michael, lalu berkata dengan menggebu-gebu, "Tuan, Anda sudah menyelamatkan nyawa Saya malam itu. Saya yakin Anda bisa-" "Sejujurnya, Nyonya Hilde, yang Saya lakukan hanyalah menangguhkan waktu pembunuhan Anda. Anda berhasil lolos malam itu, bukan berarti Anda
"Well, Rey, Rob, tunggu sebentar ya! Sebentar lagi kelasku selesai," seru Martin. "Baik, ayah mertua!" timpal Robert dengan bersemangat, berbanding terbalik dengan Reynold yang hanya merespons dengan sebuah anggukan malas. Martin tersenyum, lalu kembali ke dalam kelas, melanjutkan perkuliahannya. Tinggallah kedua pemuda itu sendiri. "Sebenarnya untuk apa Kau menemui Pak Martin?" Reynold yang masih penasaran, menanyakan hal yang menurutnya ganjil itu. "Eh? Aku hanya datang untuk kunjungan rutinku. Takada masalah mengenai itu, kan?" jawab Robert dengan santainya. "Kunjungan rutin apa?" Reynold bertanya makin jauh. "Itu bukan urusanmu~" timpal lawan bicaranya yang terlihat seperti sedang menjahilinya. Mendengar respons itu, Reynold tidak memperpanjangnya lagi karena sejujurnya ia cukup kesal mendengar bagaimana pemuda itu menjawab tiap pertanyaannya. "Tapi ada satu hal pasti yang menjadi urusanmu, yaitu uruslah kekasihmu sendiri, dan jauh-jauhlah dari Bella!" Pemuda it
Beberapa saat kemudian, kami sudah berada di depan pintu masuk gedung aprtement-ku. "Terima kasih, Rey!" ucapku dengan riang gembira. Reynold hanya memandang dengan malas padaku. Aku memeluk erat boneka unicorn pemberian darinya sembari cengengesan. "Terima kasih juga bonekana ... Aku sangat menyukainya," ungkapku. "Aku tidak sengaja memberikannya-" "Aku akan menamainya ReyBell!" selaku, langsung memberitahukan nama boneka pemberiannya. "Hm, Reynold Bella, kah? Dasar gadis aneh!" gumamnya sembari menyalakan kembali motornya, sepertinya ia bersiap untuk pergi. Aku menghadapkan kepala boneka itu pada Reynold, seraya berkata dengan nada jahil, "Reybell, ayo katakan sesuatu pada Papa!" Reynold langsung menoleh padaku dengan tampang terkejut. "Papa, hati-hati di jalan ... sampai jumpa lagi!" Aku mengubah suaraku sembari mengerak-gerakkan kaki depan boneka unicorn itu seakan dia sedang melambai pada pemuda yang sudah memberikan boneka ini padaku. "Dasar gadis aneh!" guma
Belum sempat aku menjawab apa yang ditanyakannya, Reynold menghentikan laju motornya di depan sebuah kedai makanan sederhana. "Em, Rey?" Aku memanggilnya dengan heran. "Turunlah!" serunya. Aku pun melakukan apa yang diserukannya dengan tampang bingung. "Kenapa Kita berhenti di sini?" tanyaku. Pemuda itu menurunkan standar motornya, lalu turun dari motornya, dan setelah itu melengos pergi menuju ke pintu masuk kedai seraya berkata, "Aku lapar!" "Hah? Apa? Eh, tunggu Aku!" Takingin tertinggal olehnya, aku berlari kecil untuk mengejarnya. *** Kini kami duduk berhadapan di dalam kedai itu. Makanan sudah dipesan dan kami hanya tinggal menunggu pesanan kami datang. Ini pertama kalinya aku dan Reynold makan berdua seperti ini. Sejujurnya entah mengapa aku merasa gugup, karena kami benar-benar tidak melakukan apa-apa, hanya duduk diam saling menatap. Pemuda itu bahkan tidak memainkan ponselnya dan ia hanya memandangi sekitar dan sesekali memandang ke arahku dengan tampang
"Aku akan tahu rahasia Reynold! Aku harus berjuang!" pikirku dengan rasa begitu antusias mengikuti langkah targetku ini. Pintu geser kaca otomatis pun langsung terbuka ketika kaki kami menyentuh lantai di depannya. "WOAH ...." Aku memasang tampang bodoh seperti anak kecil yang baru pertama kali masuk ke dalam sebuah gedung yang penuh dengan berbagai macam game arcade di dalamnya. Aku langsung beralih pada Reynold dengan antusias, seraya bertanya sambil menarik-narik bajunya, "Rey, Rey! Mau main yang mana dulu ini?" Pemuda itu menoleh padaku dengan malas, lalu berjalan begitu saja menuju ke tempat pembelian koin. "Kau yang pilih!" tegasnya setelah ia membeli koin yang cukup banyak. "Eh? Baiklah!" timpalku dengan bersemangat. Kuedarkan pandanganku untuk mencari mesin permainan yang terlihat menarik untuk pertandingan kami. "Ayo Kita main itu!" Aku menunjuk sebuah mesin game arcade Tekken yang terlihat masih baru tak jauh dari tempat kami berdiri. "Hm." Reynold hanya m
POV Wendy. Kedua mataku terbelalak melihat pemandangan mengejutkan itu. Setelah mencari pemuda itu selama satu setengah jam, akhirnya Aku menemukannya dalam situasi yang membuatku takhabis pikir. Sebuah situasi di mana Reynold terlihat bahagia bercanda dan beberapa kali ia juga tertawa dengan gadis kecil yang terlihat seperti berumur 7 tahunan di punggungnya itu. "Bocah cilik itu siapanya Reynold?" gumamku yang masih tak percaya dengan apa yang kulihat. "Reynold! Luna!" Seorang wanita berlari kecil sambil memanggil mereka. Pemuda dan bocah cilik itu menoleh pada wanita itu. Seorang wanita dewasa yang terlihat manis dan terlihat menenteng kantong kresek. Bocah itu terlihat antusias dan Reynold pun berjalan mendekat pada wanita itu sambil menggendong gadis cilik yang sepertinya bernama Luna itu. Mereka bertiga terlihat bercengkerama bersama dengan menampakkan senyum lepas satu sama lain sehingga mereka benar-benar terlihat seperti keluarga yang sangat bahagia. "Aku tida
Michael tengah duduk di depan seorang pria bermantel biru khas seragam kepolisian. Mereka duduk berhadapan dengan tampang si pria dari kepolisian itu terlihat kesal. Sedangkan Michael terlihat begitu santai, takpeduli dengan tampang kesal pria itu. "Jadi, Kau tetap takingin menyerahkan benda yang Kau dapatkan itu?" tanya pria itu dengan gigi bergemertak seakan sedang menahan kekesalannya. "Yaps! Aku berhak menolak karena itu adalah properti pribadiku. Kau ini polisi, pasti Kau sangat tahu hak-hak warga negara bukan?" jawab Michael dengan tenang. "Tuan Michael Clifford, Aku rasa itu bukan benda milikmu, jadi kami berhak untuk mengambilnya demi kepentingan negara!" Polisi itu menyanggah apa yang dikatakan pria yang tampak menyebalkan dengan seringainya yang tiba-tiba saja tampak semenjak mereka bertemu. Michael menghela napas, lalu sidekap di pahanya, lalu berkata, "Kau sepertinya lupa dengan tujuanmu sejak awal. Semenjak Kau datang Kau hanya membicarakan 'benda itu.' Well, Kau
Reynold sudah tidak terlihat lagi. Dia berlari dengan sangat cepat. Wendy tidak mengira pemuda itu bisa berlari secepat itu, bahkan ia bisa membuat seorang eksekutor seperti dirinya kehilangan jejak. "Well, sebenarnya dia tidak berlari secepat itu, tetapi ia menggunakan keadaan sekitarnya yang cukup ramai untuk menyamarkan jejaknya," pikir wanita itu, masih tetap berlari untuk mencari sosok jangkung pemuda menawan itu. "Pemuda itu benar-benar selalu melampaui ekspetasiku." Wendy tersenyum mengingat betapa menariknya target yang harus ia dapatkan itu. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat seakan memvisualkan bagaimana sangat bersemangatnya ia saat ini. "Aku tidak boleh menyerah! Aku harus menemukannya!" ucap wanita itu dengan begitu bersemangat. *** Sementara itu di sisi Chris. Pria casanova itu tampak sedang duduk di meja kerjanya sembari memandangi ponselnya lekat-lekat seakan ia sedang mempelajari sesuatu dari sana. "Hm, sepertinya wanita itu sedang bersenang-senang," guma