Share

Yasmin 2

last update Last Updated: 2022-06-16 11:20:32

Dian dan Yuni lebih dahulu sampai di kediaman keluarga almarhum bos mereka. Suasana duka masih terlihat sangat kental, para sanak famili juga masih silih berganti keluar masuk dalam kediaman keluarga almarhum Arman. Ada kurang lebih karangan bunga ungkapan duka cita yang dikirimkan oleh para relasi, sahabat dan keluarganya.

Dian memarkirkan motornya di samping sebuah pohon besar. Ada juga beberapa motor sudah terparkir disana. Siapa sih yang tidak kenal dengan kawasan Pondok Indah. Semua orang begitu familar dengan nama tersebut. Tidak ada rumah tipe tujuh puluh disana. Semua rumah terhiung ratusan meter.

"Jaja ke mana sih?lama bener!" Gerutu Dian sambil membetulkan posisi kerudungnya.

"Mampir dulu kali beli air, kasian haus karena gowes," Sahut Yuni ikut duduk di atas motor Dian.

"Eh, panjang umur lu, Ja. Baru disebutin udah nongol."

"Aamiin ya Allah. Semoga gue panjang umur." Jaja menyandarkan sepedanya di pohon besar. Matanya menatap jejeran karangan bunga yang memenuhi sepanjang jalan masuk menuju rumah bosnya.

"Orang kaya banget ya, almarhum. Kasian usianya pendek," ujar Jaja sambil melihat ke arah dua teman wanitanya.

"Iya, Ja. Kasian. Apalagi anak lelakinya tadi."

"Iya, benar. Gue rasanya pengen ikutan nangis," celetuk Yuni dengan mata berkaca-kaca.

"Oh, gue kirain. Lu pengen ikut dikubur juga, Yun."

Pletak!

"Sembarangan! Sepeda butut!" Yuni dengan kesal menepuk keras pundak Jaja.

"Biarin weeekk, dari pada kamu, rante kapal!"

"Ehh, malah berantem, sih! Ayo kita ke dalam!" Dian melerai Jaja dan Yuni, ketiganya masuk ke dalam pekarangan rumah. Dian dan Yuni yang masih malu-malu, ikut duduk di kursi bawah tenda yang sudah disediakan. Sedangkan Jaja masih dalam posisi berdiri, celingak-celinguk.

"Hei kamu, sini!" Teriak lelaki paruh baya, berwajah timur tengah, memanggil Jaja.

"Saya, Pak!" Jaja menunjuk dirinya. Lelaki paruh baya itu mengangguk. Dengan cepat, Jaja menghampirinya.

"Ada apa, Pak?"

"Kamu teman menantu saya?"

"Eh...bukan, Pak. Saya karyawannya almarhum, di pabrik tas," jawab Jaja sambil tersenyum.

"Oh begitu, ini saya mau minta-""

"Opa, tolong ambilkan layangan!" Teriak Reza pada lelaki paruh baya yang sedang bicara dengan Jaja. Anak kecil itu menunjuk layangan yang tersangkut di pohon besar, tempat sepeda Jaja bersandar.

"Opa ga bisa ambilnya, Bang. Minta tolong Om Heru, ya!"

Anak lelaki itu mengeleng, bahkan wajahnya seperti ingin menangis.

"Eh, jangan nangis, Dek, biar abang ambilin ya!"

"Emang kamu bisa?" tanya opa Reza yang menelisik Jaja dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Bisa, Pak, sebentar ya." Jaja pamit, ia berjalan ke arah pohon besar yang diikuti oleh Reza dan Opanya. Anak lelaki itu tersenyum, ia bahkan menyeringai kepada Jaja.

Jaja melepas sepatunya, terlihatlah kaos kaki bolong pada bagian jempolnya.

"Abang, kaos kakinya sobek ya?" Tanya Reza dengan suara lucu.

"Iya, Dek." Jaja menyeringai sambil melihat miris jempol kakinya yang munjul keluar. Bukan hanya sebelah, tapi keduanya.

Dengan mahir, Jaja memanjat pohon besar mengambilkan layangan untuk anak bosnya. Karena memang orang kampung, urusan manjat-memanjat serta berenang. Jaja jagonya, biasa manjat tembok, ngintipin anak tetangga mandi. Dan berenang di kali.

"Ini ya, Dek!" Teriak Jaja dari atas pohon, menunjukkan layangan pada Reza. Anak kecil itu bertepuk tangan kagirangan, bahkan ia melompat-lompat. Sang kakek, hanya mengulum senyum. Sambil mengusap sayang kepala cucunya.

"Aduh!" Jaja menggaruk tangannya gatal. Ia meraih, batang besar demi batang besar untuk kembali turun. Namun sayang, Jaja tidak hati-hati. Sehingga menginjak sarang semut rang rang.

"Aduh!" Pekiknya lagi, kini menggaruk tengkuknya. Cepat ia melompat karena sudah tidak tahan rasa gatal.

"Ini Dek." Ia memberikan layangan pada Reza. Kemudia memukul mukul pakaiannya, tangannya dan kepalanya. Jaja blingsatan karena gatal dan perih.

"Kamu kenapa?"

"Sepertinya digigit semut, Pak."

Anak lelaki itu memandang Jaja dengan kasian.

"Ayo, Bang. Ikut Eja." Reza menarik paksa tangan Jaja. Berjalan masuk ke dalam rumah.

"Eh, di sini saja, Dek. Abang ga papa, kok!" Jaja sungkan, ia menoleh pada kedua teman wanitanya yang sedang mengumpulkan sisa air mineral. Wajah dan badan Jaja sudah bental-bentol digigit semut. Kedua temannya menahan tawa. Merasa lucu dengan Jaja.

"Ada apa ini?" Suara renyah wanita yang baru saja menyandang status janda membuat jantung Jaja hampir saja melompat. Ia bahkan tidak berani menatap janda bosnya.

"Amih, abang ini digigit semut, karena sudah bantu Abang ambil layangan di atas pohon," terang Reza dengan pintarnya.

"Oh, gitu. Ke belakang aja dicuci setelah itu dikasih minyak oles," jawab Yasmin sambil melihat pria muda yang wajah dan tangannya pada bentol.

"Abang, masuk ya!" Pinta Yasmin pada putra semata wayangnya. Suaranya terdengar masih bergetar. Reza menerima tangan ibunya, lalu menoleh sebentar pada Jaja yang masih saja menggaruk.

Lelaki kecil itu tertawa, sambil memegang perutnya. "Abang lucu, aduh. Mukanya lihat itu!" Tunjuk Reza yang tidak tahan dengan wajah dekil Jaja berikut bentol yang menghiasinya.

"Makasih ya Abang, udah ambilkan abang Eja layangan. Namanya siapa?" tanya anak kecil itu dengan gemasnya.

"Abang Jaja"

"Wah nama kita sama, Bang." Reza memekik senang, ia meraih tangan Jaja lalu mencium punggung tangan Jaja.

"Terimakasih ya, Bang," ujar Reza, sebelum benar-benar masuk ke dalam rumahnya. Jaja hanya tersenyum sambil melambaikan tangan. Oleh salah seorang wanita muda, ia diarahkan untuk ke belakang. Mencuci wajah dan tangannya.

Berjalan melewati samping, tanpa sengaja, Jaja melewati jendela yang sedikit terbuka, dengan hati-hati Jaja melirik. Sepertinya ini kamar bosnya. Karena ada foto pernikahan cukup besar terpajang di dinding. Lagi-lagi Jaja mengagumi pasangan bosnya, lelaki yang tampan dan wanita yang sangat cantik. MasyaAllah ciptaan Allah. Gumamnya sambil terus berjalan ke arah belakang.

Setelah mencuci wajahnya dan tangannya. Ia mengelapnya dengan kain bersih yang diberikan oleh wanita tadi.

"Ini minyaknya, Mas. Borehin aja, nanti juga hilang!" Titah Bik Narsih sambil mengulurkan minyak obat kepada Jaja.

"Terimakasih, Teh."

"Setelah itu, tolong angkatin air mineral yang di sana ke dalam ya, Mas. Bolehkan?" Pinta bik Narsih sambil tersenyum.

"Eh, iya. Boleh, Teh," sahut Jaja bersemangat. Ia mulai menggosokkan minyak ke wajah, tangan dan lehernya. Setelah dirasa cukup, Jaja masuk ke dapur rumah keluara bosnya. MasyaAllah, dapur sama rumah gue, gedean dapurnya kali ya. Jaja bermonolog, ia mengangkat tiga kardus air mineral dibawanya satu persatu ke teras, lalu balik lagi ke dapur. Ia mengangkat lagi, lalu membawanya ke ruang tamu.

Ia melirik sekilas, Reza dan ibunya serta sanak saudaranya sedang berada di ruang tengah. Janda bosnya masih saja terlihat terisak. Ada Reza anaknya yag tiduran di pangkuan ibunya.

Kasian juga, cantik-cantik sudah jadi janda. Batin Jaja.

"Taruh di sini saja!" Seru Bik Narsih sedikit berteriak kepada Jaja, menunjukan meja yang terletak tidak jauh dari tempat berkumpul keluarga.

Lelaki itu mengangguk paham, lalu dengan penuh percaya diri dan semangat mengangkat kardus air mineral terakhir. Sedikit membungkuk, tanda permisi ia mulai melewati barisan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang berbicara cukup serius.

Reza menoleh, ia memanggil Jaja dengan suara lucunya. "Bang Jaja." Jaja menoleh sambil menyeringai.

Bbukkk

"Allahu Akbar!" Pekik Yasmin kaget.

Jaja nyungsep tepat di depan Yasmin dan Reza. Wajah pucat dicampur rasa sakit, membuat ia tidak berani menatap orang di sekelilingnya. Ya Allah, malunya. Ia hanya menunduk. "Maaf, Bu." Ia hendak berdiri dengan susah payah.

Krrek

Ya salam, jahitan tengah celananya robek.

**

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ismatun Atun
alur ceritanya bagus............
goodnovel comment avatar
Yoyon Haryono
alir ceritanya cukup.bagus bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpikat Janda Tajir   Yasmin 3

    Jaja menjadi bulan-bulanan di pabrik, bahkan sudah tiga bulan berlalu dari kejadian paling memalukan dalam hidupnya. Kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan. Sudahlah nyungsep di depan orang banyak, celana sobek. Pada saat mau pulang, sepatu sebelah kiri, raib entah kemana. Ditambah badan masih pada bentol digigit semut.Jadilah Jaja menggowes sepedanya hanya menggunakan sepatu sebelah kanan. Yuni dan Dian bahkan tidak bersimpati sama sekali, mereka malah terbahak hingga meneteskan air mata."Kalau gue jadi lu, sih. Mending gue bunuh diri saat itu juga," ledek Janu sambil terkekeh. Diikuti ledak tawa yang lainnya.Saat ini mereka sedang berkumpul di kantin pabrik. Sedang istirahat dengan jam bergantian."Udah sih, jangan dibahas!" Jaja bersungut, wajahnya berubah jadi bete. Jangan ditanya lagi bagaimana malunya dia, nyungsep di depan orang yang sedang berduka. Hingga semua yang hadir disana ikut tertawa. Bahkan Reza anak almarhum bos Arman, terbahak sampai terbatuk-batuk."Jaja...

    Last Updated : 2022-06-16
  • Terpikat Janda Tajir   Yasmin 4

    "Mmm...saya mau bicara sesuatu." ujar Malik pelan, suaranya terdengar sedikit ragu. Yasmin yang baru saja fokus pada laptopnya, akhirnya menoleh pada Malik. Wajah Malik terlihat tegang."Iya silahkan!ada apa?""Mmm...tapi kamu jangan tersinggung ya?""Iya, ada apa sih?" kening Yasmin sampai bertaut, menanti apa yang akan Malik utarakan."Bagaimana kalau saya menggantikan posisi almarhum Arman di hati kamu?"****Suasana ruangan Yasmin mendadak hening. Yasmin nampak cukup syok dengan apa yang baru saja ia dengar. Malik adalah teman dekat suaminya, lelaki yang juga menyukai Yasmin sejak bangku kuliah. Meskipun Malik dua tahun lebih senior dari Arman, namun mereka dekat karena sama-sama aktifis pendaki gunung.Ternyata hingga saat ini, Malik belum juga move on dari Yasmin. Terbukti, sampai saat ini ia masih single. Dan lelaki di depan Yasmin ini, sedang menatapnya dengan penuh takjub."Maaf, Mas. Jika tidak ada hal penting lainnya untuk dibicarakan, lebih baik mas Malik kembali ke ruanga

    Last Updated : 2022-06-16
  • Terpikat Janda Tajir   5. Kesialan Bertubi-tubi

    Jaja mandi terburu-buru setelah mendengar ucapan bapaknya, yang akan menjual sepeda butut miliknya. Suara bu Ambar, ibunya Jaja tidak terdengar, padahal sedari tadi Jaja memanggil-manggil ibunya.Masih menggunakan handuk saja, Jaja berlari ke depan rumah kontrakannya. Benar saja, sepeda butut miliknya sudah tidak ada di teras. Wajahnya berubah kesal dan marah, dengan serampangan ia memakai sendal dan pergi menyusul tempat biasa bapaknya berjudi dan mabuk-mabukan.Tak dipedulikannya kekehan tetangga melihatnya bertelanjang dada. Malah mereka seakan mendapat tontonan gratis dari lelaki kampung yang lumayan tampan. Perut rata dan aroma sabun serta sampo sehabis mandi, membuat ibu-ibu yang sedang berada di depan rumahnya, melongo melihat Jaja berjalan terburu-buru."Seksi amat, Ja. Ga dingin itu!" celetuk salah satu tetangga Jaja."Coba laki gue, perutnya kayak Jaja." Celetuk yang lainnya."Duh, gue gerah mak, liat perut Jaja."Dan entah apa lagi godaan dari para tetangga yang rata-rata i

    Last Updated : 2022-06-16
  • Terpikat Janda Tajir   Yasmin 6

    Suara yang keluar dari arah belakang Jaja berdiri, tentu saja membuat karyawan yang berada tidak jauh dari tempat Jaja menoleh, bahkan mereka ikut melotot kaget seperti bu Yasmin dan Jaja. Jaja sendiri, sudah menutup pantatnya dengan tangan kiri, namun bau semerbak itu telanjur melayang di udara dan ditangkap oleh indera penciuman setiap orang yang ada disana.Kepala Yasmin saja sampai sempoyongan dan perutnya bergejolak, ia berusaha mati-matian menahan mual karena bau busuk yang keluar dari pantat salah satu keryawannya.Teman-teman Jaja tidak berani tertawa, karena masih ada bos mereka yang menatap tajam pelaku penyebaran bau busuk.Rahang bu Yasmin mengeras marah, karyawan yang sangat kurang aja, pikirnya. Tangannya yang putih, sedang menutup hidung sekaligus mulutnya.Jaja sudah menunduk malu, bahkan sangat malu. Ya Allah, Jaja rasanya ingin mati saja saat ini. Air matanya sudah menggenang, tanda ia benar-benar dalam keadaan tidak ada harga dirinya lagi."Kamu ke ruangan saya seka

    Last Updated : 2022-06-26
  • Terpikat Janda Tajir   Yasmin 7

    Pagi yang cerah, matahari sudah tampil sangat cantik pada pukul tujuh pagi. Disebuah gang kecil, seorang ibu sedang menjemur bayinya penuh suka cita. Tidak jauh dari sana, seorang wanita paruh baya, menjemur ibunya yang sudah sepuh, duduk di kursi roda, sambil berbincang dan memijat lembut tangan wanita sepuh itu. Mata mereka melihat ke arah ujung gang buntu itu, dimana ada tumpukan warga yang cukup ramai.Warung nasi uduk dan lontong sayur yang ramai didatangi warga, apalagi masih baru. Dan rasanya lumayan enak. Ialah bu Ambar, ibu dari Jaja yang berjualan nasi uduk, lontong sayur dan aneka gorengan. Lelaki muda yang sebenarnya memiliki wajah tampan tapi tidak terurus itu, ikut melayani tetangga yang membeli sarapan di warung nasi uduk ibunya. Walaupun hanya beralaskan meja yang sedikit lagi rubuh, namun bu Ambar dan Jaja tetap semangat melayani pembeli."Jaja ga kerja?" Tanya seorang wanita muda yang usianya tidak jauh dari Jaja."Kerja, May. Nanti jam delapan berangkat." Sahutnya s

    Last Updated : 2022-06-26
  • Terpikat Janda Tajir   Yasmin 8

    Reza masih saja menunduk. Ia tidak berani menatap wajah ibunya yang saat ini sepertinya sedang tidak suka dengan yang tadi dia lakukan. Berkali-kali Yasmin menarik nafas panjang, ia harus menyusun kalimat yang tepat dan mudah dipahami oleh anak seusia Reza."Kenapa Abang tadi dorong amih?""Maaf amih," sahut bibir mungil Reza, masih sambil menunduk."Tidak boleh seperti itu lagi ya, Bang!"Reza mengangguk. Kali ini ia mencoba melihat wajah ibunya yang sudah terlihat lelah."Abang kesepian, abang mau punya teman, abang mau punya adik," ucap Reza dengan wajah sedih. Yasmin terperangah dengan ucapan anak lelakinya."Abang bosan main sama oma, opa, kakek, nenek, Mba Narsih. Abang bosan!"Kali ini wajah Reza cemberut. Yasmin mendekati Reza lalu memeluknya."Kan ada adik Sarah, adik Naomi.""Abang mau adik dari perut Amih." Reza menunjuk perut Yasmin.Mata Yasmin berkaca-kaca, sebelum suaminya sakit. Ia sudah membuka alat kontrasepsi IUD agar ia segera diberi keturunan lagi. Namun, baru dua

    Last Updated : 2022-06-26
  • Terpikat Janda Tajir   Yasmin 9

    Yasmin dan Jaja kini duduk di ruangan Maria. Suasana pagi yang awalnya ceria, mendadak panas saat Yasmin menarik Jaja naik ke ruangan Maria. Bahkan Maria dan chef Rahman yang sedang asik berdiskusi, ikut terusir dari ruangan."Ada apa sih?" Tanya Maria pada Faisal. Wajahnya masih kebingungan, saat turun dari lantai dua ruangannya.Faisal hanya mengangkat bahunya tidak paham."Emang Yasmin kenal dengan Jaja? Jaja kan baru berapa hari kerja." Tanya Maria lagi pada Faisal, lagi-lagi Faisal mengangkat kedua bahunya sambil mencebik."Sakit bahu lu ya, Sal. Dari tadi ditanya cuma angkat bahu. Udah sana ke dapur!" Titah Maria dengan wajah sewot.Sementara itu, di ruangan Maria. Yasmin tengah duduk dengan wajah tegang. Ia menatap Jaja dengan tajam, lelaki di depannya ini masih berdiri dengan menundukan wajah."Kamu tahu kesalahan kamu apa?" Lantang suara Yasmin bertanya pada Jaja."Tahu, Bu. Soal nyamuk tua"."Siapa nyamuk yang kamu maksud?""Hewan serangga, Bu." sahut Jaja dengan polosnya,

    Last Updated : 2022-07-02
  • Terpikat Janda Tajir   Yasmin 10

    Sejak kejadian memalukan dua hari yang lalu, Yasmin tidak pernah datang lagi ke resto. Rasa malu dan kesal yang sudah sampai ke ubun-ubun. Dimana dirinya telah tanpa sengaja jatuh di atas tubuh Jaja, karyawannya. Yang lebih memalukan lagi, lelaki brondong itu malah pingsan karena tertindih oleh tubuhnya yang montok.Yasmin menepuk-nepuk jidatnya, kenapa ingatan kejadian memalukan itu selalu saja datang di kepalanya?. Apa dia segendut itu? sehingga mampu membuat lelaki itu pingsan. Yasmin menoleh ke arah cermin yang tepat berada di depan ranjangnya. Mutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri.Sepertinya tidak gemuk apalagi gendut, dengan memiliki tinggi 170cm dan berat 65kilogram. Ia rasa ia hanya montok saja. Aah...pusing-pusing."Amih kenapa?pusing?" Tanya Reza saat melihat ibunya menepuk-nepuk kening di atas ranjang."Iya, Bang. Sedikit kok!" Sahut Yasmin, sambil menarik tangan Reza agar duduk di dekatnya."Ada apa sayang?""Abang mau beli buku, Amih. Buku dinosaurus.""Oh, gitu. Oke! Seka

    Last Updated : 2022-07-02

Latest chapter

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 99

    Acara akad nikah dan resepsi yang diadakan di ballroom sebuah hotel mewah, berlangsung lancar dan meriah. Para tamu undangan yang berbondong-bondong memberikan selamat dan juga mendoakan sepasang pengantin yang tengah berbahagia di atas pelaminan sana.Semua bergembira dan tersenyum penuh senang. Amira, si gadis super unik, berjodoh dengan Reza yang tak lain adalah anak majikan sang ibu, saat dahulu kala. Jika ada penulis yang bersedia menceritakan kisah mereka dan memberi judul 'Menikahi Anak Pembantu', pasti sangatlah tepat. Namun itu hanya sepenggal kisah masa lalu yang dilalui Amira dan juga ibunya. Saat ini, mereka bahkan tak tahu berapa banyak aset perusahaan dan juga warisan yang ditinggalkan Uyut Wijaya untuk Amira dan juga ibunya.Buktinya dapat dilihat dari para undangan yang hadir, mulai dari wali kota Jakarta Selatan dan beberapa stafnya. Belum lagi lurah, dan camat setempat. Relasi bisnis sang papa, teman sekolah Amira, dan tentu saja belum lagi tamu dari pihak keluarga R

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 98

    Devano menjadi pusat perhatian di dalam rumah besar milik Aminarsih. Lelaki itu tak banyak bicara. Hanya senyuman dan anggukan yang ia berikan, saat Amira atau Emir menanyai dirinya. Lalu bagaimana dengan Aminarsih? Wanita setengah baya itu tak mau mengeluarkan suara apapun untuk Devano. Bahkan ia menganggap lelaki itu sudah lama mati. Ia hanya menghargai Amira sebagai darah daging lelaki kejam seperti Devano.Lelaki itu duduk tepat di samping kiri Amira, sedangkan Emir dan Aminarsih ada di posisi kanan. Yasmin pun tak kalah bingung. Ia memang ingat, saat itu Narsih menggantikannya jadi pengantin Devano, tetapi bukannya mereka langsung berpisah beberapa hari kemudian? Harusnya, usia Amira lebih tua, atau tak beda jauh dari Reza. Namun, kenapa bisa Amira masih sangat muda?Satu hal yang paling menyeramkan dari semua ini adalah penampilan Devano yang telah kehilangan sebagian tangan kirinya. Ada banyak pertanyaan bersarang di kepalanya. Bagaimana bisa?"Bang Reza, Om, Tante, jangan bin

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 97

    Langit malam tampak begitu terang benderang. Bintang bertabur di atas sana yang jika kita perhatikan, tampak seperti bentuk kursi. Aminarsih membiarkan jendela kamarnya terbuka. Sambil memijat kaki sang suami, sambil menikmati sinar bintang dan rembulan.Besok adalah hari lamaran Amira. Semua sudah disiapkan dengan begitu sempurna oleh Aminarsih dan juga suaminya. Keputusan sang puteri kesayangan sudah bisa mereka terima dengan lapang dada. Namun masih ada satu yang mengganjal Aminarsih, tetapi ia ragu untuk menanyakan perihal itu pada suaminya."Kenapa, Sayang? Sepertinya sedang memikirkan sesuatu? Apa ada yang belum rapi untuk acara besok?" tanya Emir penasaran, saat tiada suara yang keluar dari bibir sang istri saat memijatnya. Tidak seperti biasanya yang selalu ada saja yang menjadi bahan perbincangan."Pa, Ibu mau tanya. Mm ... tapi Papa jangan tersinggung. Ini soal ....""Devano?" tebak Emir dengan senyuman tersungging di bibirnya. Diraihnya tangan sang istri untuk duduk mendekat

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 96

    Amira, Reza, dan Aminarsih sudah duduk saling berhadapan di sofa ruang tamu. Ketiganya duduk tergugu tanpa mengeluarkan suara. Terutama Amira yang merasa sangat malu bercampur haru. Wajahnya terus saja meron saat lelaki dewasa di depannya tak pernah memutus pandangan untuk menatapnya.Merahnya buah apel di kebunnya, sudah pasti kalah dengan warna pipinya saat ini. Hangat dan begitu bersinar sangat cantik. Bagaimana seorang Reza semakin tidak terpesona dengan gadis seperti Amira? Sungguh berbeda saat bertegur sapa di telepon dan saat ini bertemu langsung. Amira masih saja menunduk malu tanpa suara. Gadis itu sibuk memilin ujung bajunya sambil sesekali menggigit bibirnya."Kita kok jadi diam-diaman gini ya? He he he ...." Aminarsih membuka suara sambil tertawa kecil. Reza pun tersadar dari lamunan, lalu menoleh pada Aminarsih dengan wajah yang merona juga."Bingung mau ngomong apa, Tante. Hati saya terlalu senang saat bertemu Amira. Sepertinya Amira yang masih malu-malu," ujar Reza deng

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 95

    Tiga tahun kemudian.Banyak sekali hal indah yang dialami Amira selama menjalani masa SMA. Teman yang banyak lagi seru. Guru-guru yang perhatian, namun tetap tegas. Orang tua dan adik-adik yang selalu memperhatikan dan sayang padanya. Pacar yang selalu sabar bila ditinggal tidur, atau ditinggal main olehnya. Benar-benar sempurna. Ditambah lagi teman-teman goib yang tak pernah mengganggunya. Hanya numpang lewat, atau say hello saja. Beda dengan dokter koas yang selalu mengukuti ke mana pun ia pergi. Pagi ini sarapan sedikit berbeda, karena wajah sang papa sedikit asem dan tak bersemangat. Apakah papanya sakit? Amira hendak bertanya, tetapi sungkan. Ia hanya memperhatikan lelaki yang semakin hari semakin dewasa itu tengah menyesap teh manis yang dituangkan istri tercinta ke dalam cangkir ukiran miliknya."Papa sakit?" kali ini Mahesa yang bertanya. Untunglah, mewakili perasaan penasaran dirinya. Emir mengangkat wajahnya, lalu tersenyum tipis."Papa baik-baik aja. Cuma agak lebay!" belu

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 94

    Berawal dari kejadian hari pertama di sekolah, Amira menjadi terkenal. Ditambah lagi, semua guru baru mengetahui bahwa Amira adalah cicit pemilik lembaga pembelajaran mereka, sehingga hampir semua guru dan staf sangat menyukai Amira. Saat ini, Amira belajar di kelas XA bersama dengan Andini. Baru sepekan mengikuti kegiatan belajar mengajar, Amira sudah akrab dengan semua teman di kelasnya. Ditambah lagi desas-desus bahwa gadis itu adalah cikal-bakal pemilik lembaga pendidikan ini kelak. Tentulah banyak teman baik laki-laki mau pun perempuan yang dekat dan baik pada Amira. Namun tetap saja, Amira lebih merasa cocok dengan Andini. Si lemot yang menggemaskan."Nomor lima dong," bisik Andini pada Amira. Hari ini mereka ada kuis dari pelajaran matematika yang mengulang materi pembelajaran saat seragam putih biru. Andini dan Amira duduk di barisan tengah, juga saling bersebelahan."Belum. Baru nomor dua," jawab Amira sambil berbisik."Bohong dosa loh, Mira," balas Andini."Ish, gak percaya

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 93

    Dasar Amira! Terbiasa tak punya ponsel, sehingga ia melupakan benda itu. Padahal sudah satu bulan ini ia pakai. Namun, Amira lebih sering mengabaikan ponselnya, karena tak ada akun media sosial apapun di dalam sana. Hanya, WA, musik, dan aplikasi ruang guru.Mulai dari bangun tidur, mandi, salat, kemudian berpakaian, Amira masih tak sadar dengan keberadaan ponselnya. Benda itu jatuh di kolong tempat tidurnya sehingga ia pun tak menyadarinya. Ponsel itu disilent dan saat ini tengah berkelap-kelip, tanda seseorang tengah menghubungi dirinya. Namun sayang, Amira yang sibuk dengan hari pertama mulai masuk sekolah, memilih langsung keluar kamar dengan aneka pernak pernik di tubuhnya.Ranselnya penuh dengan barang persiapan pengenalan lingkungan sekolah. Mulai dari tanah liat, chiki, sampai bola bekel ada di dalam tasnya. Amira tak tahu saja, bahwa kekasih hatinya tengah memendam penasaran karena teleponnya tak kunjung diangkat. Padahal lelaki itu hendak mengucapkan kalimat selamat hari per

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 92

    "Mira, mau ke mana?" tanya Aminarsih pada puterinya. "Naik ke kamar, Bu. Daah ... makasih Ibu kejutannya," ujar Amira yang baru saja hendak naik ke atas, lalu berbalik badan, mencium pipi ibunya, lalu dengan berlari cepat ala goib, sudah berada di dalam kamar sambil memegang ponsel. Jika yang lain perlu mengatur napas, maka Amira tak perlu karena berlari secepat apapun ia tidak akan terengah-engah."Hallo, Sayang," ucapnya sambil menutup mulut menahan tawa."A-a-apa?" suara terbata Reza di seberang sana."Sayang."Brugh!Brugh"Hallo ... hallo ...."Amira memandang sambungan telepon yang terputus. Apakah sinyalnya jelek? Gadis itu mencoba melakukan panggilan lagi, tetapi tidak tersambung. Ia tak marah atau kecewa, gadis itu malah terus saja tersipu malu, bahkan ia membawa tubuhnya berputar-putar karena rasa senang yang luar biasa. Akhirnya, setelah dua tahun setengah memendam rindu, ia dapat mendengar suara itu. Suara yang membuatnya meleleh seperti hari ini. CupAmira mencium ponse

  • Terpikat Janda Tajir   Season 2 Part 91

    Dua tahun lebih sudah berlalu. Hari ini adalah hari kelulusan Amira dari seragam biru putih. Semua siswa menanti dengan debaran tak bisa dikendalikan. Mereka antre dari pagi untuk membaca penguman kelulusan. Pagar besar sekolah masih terkunci. Karena masih pukul lima lebih lima belas menit. Gerbang sekolah biasa dibuka pukul lima tiga puluh. Antrean semua siswa sudah tak sabar ingin membaca papan pengumaman di kelas mereka masing-masing.Sudah ada Amira yang semakin hari semakin cantik dan mempersona. Begitu juga dengan ketiga teman kembar tiganya. Mereka tumbuh menjadi gadis yang menggemaskan sekaligus cerdas. Jika Amira lebih menonjol pada aktifitas olah raga, berbeda dengan Andrea dan Aleta yang berprestasi di bidang akademis. Keduanya selalu saja mendapat peringkat tiga besar di kelas. Lain lagi Andini, si gadis tidak nyambung itu memiliki suara yang sangat bagus dan masuk ke dalam group paduan suara sekolah. "Lu udah sarapan?" tanya Andrea pada Amira yang berdiri di sampingnya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status