Lucas sebenarnya tidak begitu senang dengan pemaksaan Ibunya, untuk menyuruhnya datang secepatnya dengan kata-kata 'tidak pake lama'.Dengan mengancamnya tidak akan makan kalau Lucas tidak segera datang.Dia adalah pria dewasa, yang tidak perlu lagi di atur dan di paksa, itu sesuatu yang membuat dirinya menjadi tidak suka.Bukan hanya karena dia adalah anak lelaki satu-satunya yang menjadi pengganti Ayahnya, menjadi tulang punggung keluarga mereka, Ibunya jadi sesuka hati memerintahkan dirinya kapanpun Ibunya inginkan.Pria itu menatap Ibunya dengan tajam.Lisbet terbaring di sofa memperlihatkan tangannya yang terluka, wanita tua itu sengaja melakukan drama jatuh di kamar mandi untuk meminta Lucas datang ke Mansion."Mama, kamu bukan anak kecil lagi, ini tidak lucu Ma, di sini banyak yang bisa menolong Mama, jangan membuat lelucon yang tidak lucu!" sahut Lucas jengkel."Nak, kamu sudah berubah semenjak beberapa hari ini, kamu tidak perhatian lagi pada Mama!""Ma, putramu ini sudah men
Lucas bangkit dari duduknya, dia tidak ingin bicara lebih jauh lagi dengan Ibunya itu, yang ada akan suasana semakin panas."Sudahlah! tidak ada gunanya aku menjelaskan panjang lebar pada Mama, karena Mama terlalu cemburu pada istriku!" ujar Lucas."Tunggu Lucas! jangan pergi dulu, makan malam lah bersama kami, Bibi sudah menyiapkan makanan kesukaan mu!" sahut Lisbet dengan cepat, wanita tua itu dengan cepat duduk tegak di tempatnya."Istri dan putraku sedang menungguku di rumah, aku tidak bisa makan malam bersama kalian!" ujar Lucas tidak perduli."Lucas! tunggu! Mama tidak akan memaksamu lagi untuk setiap hari datang ke mari untuk makan malam, tapi untuk malam ini, makan lah bersama kami!" sahut Lisbet memohon.Lucas menekan pelipisnya, dia merasa Ibunya itu semakin hari semakin egois."Baiklah, aku akan makan malam bersama kalian, tetapi aku tidak bisa berlama-lama dengan kalian di meja makan, istri dan putraku menunggu aku di rumah!" ujar Lucas akhirnya mengalah.Lalu pria itu ber
Baru makan dua sendok, Lucas merasakan kepalanya berat.Trang!Sendok jatuh dari tangannya."Kak Lucas kenapa?" tanya Adelia terkejut."Tidak tahu, kepalaku rasanya berat sekali!" sahut Lucas merasakan pandangannya terasa berat juga.Lucas merasakan kepalanya semakin berat, dia merasa mengantuk."Jam berapa ini?" tanya Lucas."Jam tujuh lewat kak!" jawab Adelia."Aku harus pulang, aku sudah terlalu lama di sini!" ujar Lucas, lalu perlahan bangkit dari duduknya.Saat Lucas berdiri, tiba-tiba tubuhnya terhuyung ke samping."Hati-hati kak! mari ku bantu untuk jalan keluar!" sahut Miranda, lalu dengan sigap berdiri dari duduknya."Apa katamu?" mata Adelia terbelalak menatap Miranda tidak percaya dengan perkataan wanita itu."Aku akan membantu kak Lucas untuk berjalan ke luar, dia bilang mau pulang kan?" ujar Miranda seraya berjalan menghampiri Lucas yang terlihat sempoyongan."Iya, pergilah bantu Lucas, hati-hati menuntun nya!" sahut Lisbet menyetujui Miranda membantu Lucas untuk berjalan
Setelah menutup pintu kamar Lucas dengan benar, Adelia kembali ke ruang makan.Saat akan mendekati ruang makan, Adelia mendengar Ibunya menasehati Miranda, tapi bukan nasehat yang menyenangkan hati untuk di dengar."Kamu ini, bodoh sekali! kenapa begitu caranya untuk mendekati Lucas, jangan pakai cara seperti itu kalau ingin mendapatkan hati Lucas, kamu harus lebih sabar untuk mendapatkan hatinya, jangan terlalu memaksakan diri, sampai ketahuan seperti itu!" sahut Lisbet memarahi Miranda."Maaf Tante, aku sudah berusaha seperti apa yang Tante saran kan, tapi kak Lucas terlalu dingin padaku, sangat sulit untuk menyenangkan hatinya!" ujar Miranda dengan sedih."Makanya kamu itu perlu lebih sabar sedikit, kenapa pakai cara memaksa seperti tadi, bertindaklah lebih anggun, jangan terlalu agresif, aku ingin secepatnya dia melepaskan wanita yang tidak tahu asal usulnya itu!" kata Lisbet dengan nada sinis."Benar yang Tante katakan, wanita itu pasti sudah mengatakan sesuatu hal, sehingga kak
Besok paginya, di villa.Julia bersiap-siap akan membawa Harry mendaftar ke sekolah play group.Ternyata Lucas tidak pulang satu malaman, dan pagi ini juga pria itu tidak pulang.Untung Julia tidak berharap sekali pada Lucas, untuk mendaftarkan Harry masuk sekolah play group.Harry di meja makan sudah cemberut dari sejak selesai mandi tadi, menanyakan tentang Ayahnya yang tidak kelihatan.Harry menatap sarapannya tanpa berselera, dia benar-benar merajuk karena Ayahnya ingkar janji."Ayo di makanlah nak!" sahut Julia menyodorkan sarapan Harry tersebut ke depan putranya itu.Bibir Harry manyun, tidak ingin menyentuh sarapannya karena kesal."Papa jahat, Papa ingkar janji, aku kesal sama Papa!" sahut Harry dengan nada sedih.Julia mengelus kepala putranya itu, dia sendiri juga heran, kenapa Lucas tidak pulang sesuai dengan apa yang dijanjikan nya pada mereka semalam sore.Apakah ada sesuatu yang terjadi? pikir Julia, atau dia pulang ke rumah orang tuanya?Julia menggelengkan kepalanya ti
Suara tembok terkena tinju Lucas terdengar begitu kuat, sehingga membuat Ibu mereka datang dengan panik."Ada apa, apa yang terjadi?" sahut Lisbet berteriak sambil berjalan setengah berlari dari ruang belakang menuju ruang tengah.Wanita itu melihat Lucas dan Adelia berdiri di ruang tengah, sepertinya membicarakan masalah tadi malam."Kenapa kamu Lucas?" tanyanya lagi menghampiri ke dua anaknya tersebut."Mama tidak usah sok perduli, ini semua karena sikap Mama!" sahut Adelia memarahi Ibunya."Kenapa jadi aku yang di salahkan, memangnya Mama salah apa?" tanya Lisbet bingung."Lain kali Mama jangan undang lagi Miranda untuk datang ke rumah kita!" sahut Adelia masih terus marah pada Ibunya itu."Eh, tidak bisa seperti itu dia keponakan Mama, kapan dia datang tidak masalah, Mama mana bisa mengusir dia!" sahut Lisbet tidak mau mendengarkan perkataan putrinya tersebut."Sudahlah, aku pergi dulu, aku tidak akan datang lagi, kalau tidak ada masalah yang penting, putraku hari ini akan masuk se
Lucas bergegas turun dari mobil, begitu Edward memarkirkan mobil di parkiran restoran yang dikelola Tina.Pria itu dengan cepat memasuki restoran, dan langsung menuju ruang kantor restoran.Lucas kemudian mengetuk pintu, sebelum membuka pintu ruang kantor Julia."Siapa?" terdengar suara dari dalam ruangan."Julia!" panggil Lucas, begitu pintu dia buka, dan menghambur masuk kedalam."Tuan Lucas!" Tina terkejut melihat Lucas masuk ke dalam ruang kantor mereka, gadis itu langsung berdiri dari duduknya."Di mana istriku?" tanya Lucas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut."Bukankah bersama anda? sejak terakhir sekali dia datang ke restoran ini, Julia tidak pernah datang lagi!" sahut Tina memandang Lucas dengan bingung."Tadi pagi dia berangkat untuk mendaftarkan anakku ke sekolah barunya, jadi aku berpikir kalau istriku, pasti setelah selesai mengantar putra Kami, dia akan singgah ke mari!" sahut Lucas."Julia pasti menunggui Harry di sekolah barunya, karena hari pertama m
Julia tidak ingin lagi mendengarkan apa yang di bicarakan oleh ke dua wanita, yang duduk di belakang kursinya tersebut.Perlahan Julia membungkuk ke depan, berbicara dengan suara pelan kepada Harry."Nak, Ayo kita pulang, kita bungkus makan di rumah saja pizza nya, oke?" sahut Julia sembari tersenyum pada putranya itu."Oke Ma!" Harry mengangguk setuju.Memang anak yang pintar, dan pengertian.Julia melambaikan tangannya kepada pelayan restoran siap saji tersebut, yang kebetulan berdiri tidak jauh dari mereka.Setelah pelayan itu menghampiri mereka, Julia meminta tolong dengan sopan, kalau sisa pizza yang belum habis, di bungkus untuk mereka bawa pulang.Pelayan tersebut mengerjakan apa yang diinginkan Julia."Terimakasih!" sahut Julia dengan ramah pada pelayan yang telah membungkus sisa pizza. "Sama-sama Nyonya!" jawab pelayan itu dengan sopan, sembari membungkukkan sedikit tubuhnya.Julia pun bergegas membawa Harry keluar dari restoran siap saji tersebut.Pembicaraan terakhir yang