Kira-kira lima menit Julia menunggu, resepsionis tadi belum juga datang untuk memberitahukan apa yang dikatakan Lucas.Harry sudah terlihat mulai bosan, anak kecil itu terlihat sudah berpindah-pindah tempat duduk di tempat tunggu tersebut."Dari dulu sampai sekarang, banyak sekali wanita tidak jelas yang mengejar-ngejar Tuan Lucas, cari alasan mau antar makan siang segala lagi!" sahut resepsionis tadi pada rekannya di meja resepsionis."Wanita tadi itu?" tanya temannya."Iya, pake bawa anak kecil segala lagi, mungkin mau bilang anak hasil cinta satu malam mereka beberapa tahun yang lalu, dia pikir aku bisa tertipu dengan caranya yang licik!""Jadi kamu usir mereka?""Tidak, aku suruh menunggu di tempat tunggu, tuh lihat sana!" ujar wanita itu seraya menaikkan dagunya menunjuk dimana Julia dan Harry menunggu.Julia dan Harry tampak masih menunggu dengan bekal siang yang di bawanya."Apa kamu sudah beritahukan pada Tuan Lucas?""Tidak perlu di beritahukan, Tuan Lucas pernah berpesan, ka
Karena ke dua resepsionis itu diam saja tidak menjawab, Lucas terpaksa mengambil ponselnya dan kembali menelepon Edward."Apa kamu bercanda Edward! aku tidak melihat istri dan putraku di lobby, kamu membohongi ku ya!" sahut Lucas dengan kencang begitu Edward mengangkat ponselnya.Ke dua wanita yang berdiri di belakang meja resepsionis itu, mendengar dengan jelas apa yang di katakan Lucas.Istri dan putraku!Lutut mereka semakin gemetar ketakutan, dan wajah mereka berdua pucat pasi."Kamu yang melakukannya, bukan aku!" bisik salah satu dari mereka dengan tajam menyalahkan rekannya tersebut.Yang di salahkan semakin gemetar ketakutan."Tuan, saya tadi ada melihat seorang gadis membawa seorang anak lelaki duduk di tempat tunggu tamu!" tiba-tiba seorang petugas keamanan datang menghampiri Lucas.Dengan cepat Lucas menoleh memandang ke arah sekuriti tersebut."Benarkah? sekarang di mana mereka?" tanya Lucas dengan cepat, dia merasa lega ternyata memang benar Julia yang datang mengantarkan m
Lucas dengan nanar memandang ke arah setiap pejalan kaki di depan gedung kantornya.Sosok Julia dan Harry tidak terlihat.Lucas dengan langkah cepat terus mencari dengan mata tajam melihat setiap wanita bersama anak kecil.Memikirkan kedatangan Julia tadi tidak di sukai oleh pegawainya sendiri, membuat amarah Lucas semakin bertambah.Mulai besok dia akan mengganti karyawan yang duduk di bagian meja resepsionis, menjadi karyawan lelaki saja, agar tidak terlalu gegabah menangani tamu wanita.Dia akan mendisiplin para karyawannya setelah peristiwa ini, agar kelak tidak melakukan kesalahan yang membuat dia akan memecat mereka lagi.Akhirnya Lucas melihat Julia bersama putranya Harry, tengah berjalan pelan-pelan sambil melihat sekitar mereka.Sepertinya Julia membawa Harry jalan untuk menjawab keingin tahuan anak kecil itu akan lingkungan sekitarnya.Terlihat bagaimana Harry menunjuk dengan jari telunjuknya ke satu objek, dan Julia menjawabnya dengan tenang sembari menggenggam tangan putra
Julia menatap Lucas dengan lekat, sepertinya pria itu menyembunyikan sesuatu."Bukankah kamu yang menyuruh aku memasak makan siangmu? dan di antarkan ke kantor?" tanya Julia mengerutkan keningnya menatap Lucas penuh selidik."I..itu!" Lucas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia jadi tambah gelagapan untuk menjawab Julia."Atau sebenarnya kamu tidak menyukai masakanku, alasanmu saja mengatakan masakanku enak!" sahut Julia merasa jengkel.Selesai dia mengatakan apa yang dikatakannya, Julia langsung pergi berjalan dengan cepat menuju gedung kantor Lucas."Julia, sayang!" panggil Lucas dengan panik."Aku akan ambil kembali bekalnya!" sahut Julia sembari berjalan semakin cepat.Lucas dengan cepat mengangkat Harry, dan menggendong putranya itu mengikuti Julia dengan cepat.Harry dengan erat merangkul leher Ayahnya yang berjalan setengah berlari mengejar Ibunya, yang kelihatannya marah pada Ayahnya."Papa sihh...kenapa bekalnya di kasih ke om Edward, Mama kan jadi marah!" ujar Harry di
"Apa yang telah mereka lakukan?" tanya Julia pada Lucas memandang ke dua wanita yang berlutut tersebut."Membuang bekal yang kamu titip pada mereka ke tong sampah!" akhirnya Lucas mengatakan dengan jujur mengenai bekal yang di bawa Julia."Apa?" Julia terkejut mendengar masakan yang dia masak, di buang oleh resepsionis itu ke tong sampah.Ternyata dugaannya tadi memang benar, tapi dia tidak menyangka kalau resepsionis itu sungguh berani membuang bekal yang dia buat ke tong sampah.Julia memandang ke dua wanita yang berlutut tersebut dengan pandangan bingung, mau di apakan ke dua wanita yang menangis histeris itu.Julia kesal juga mengetahui makanan yang dia bawa di buang tong sampah, seakan-akan makanan yang dia bawa itu ada racunnya."Apa yang telah kalian lakukan?" tanya Julia memandang mereka dengan lekat.Julia akhirnya keluar dari balik punggung Lucas, dan berdiri di depan ke dunia wanita yang berlutut itu."Kami salah Nyonya, kami salah sangka terhadap anda, maafkan kami!" sahut
Lucas membawa istri dan anaknya makan ke sebuah restoran terkenal di kota mereka.Saat di dalam mobil tadi, Lucas sudah melakukan reservasi untuk ruang VIP, dia ingin makan bertiga saja dengan keluarga kecilnya.Julia begitu melihat restoran yang mereka tuju, dia sudah tahu kalau restoran itu adalah restoran yang sangat mahal.Harga satu menu makanan saja bisa sampai satu juta rupiah, sungguh mahal."Kenapa makan siang di sini?" tanya Julia kurang setuju.Ini namanya pemborosan, hanya makan siang dengan empat menu saja, bisa mencapai sepuluh juta."Tidak apa-apa, aku ingin menyenangkan keluarga ku!" sahut Lucas tersenyum manis, mencoba untuk memikat hati Julia agar tidak membatalkan makan siangnya bersama dengannya."Kan bisa di restoran lain, di sini terlalu mahal!" ujar Julia masih kurang setuju."Ayo masuk!" Lucas tidak mendengarkan Julia, pria itu menggenggam tangan Julia, dan tangan satu lagi sudah kembali menggendong Harry."Kayaknya makan di sini enak ya Pa?" sahut Harry memelu
"Bukankah kita sudah menjadi suami-istri, jadi sudah seharusnya aku memanggilmu dengan sebutan sayang kan?" sahut Lucas.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas tersebut, dia mulai menikmati makan siangnya.Dia tidak membalas apa yang baru saja dia katakan, karena Julia tidak ingin membahasnya sekarang.Gadis itu belum menaruh rasa cinta pada Lucas, jadi dia merasa tidak begitu penting untuk membahas soal kata 'sayang'.Karena Julia diam saja, Lucas akhirnya mulai mencicipi makan siangnya juga.Selama mereka makan, Harry yang banyak bicara untuk mencairkan suasana yang terasa canggung.Harry begitu senang, karena menu makan siang yang di pesan Lucas sesuai dengan seleranya."Selesai kita makan siang, kita pergi beli es krim, kamu mau?" tanya Lucas pada Harry."Iya, mau! aku mau es krim, terimakasih Pa!" sahut Harry dengan bahagianya, akhirnya dia bisa makan es krim."Baik kalau begitu, kita harus segera pergi ke toko es krim!" Lucas memberi kode pada pelayan yang berdiri di dekat pintu
"Bukankah kamu yang menabrak aku, seharusnya kamu yang minta maaf sama aku, kenapa malah kamu yang marah-marah?" sahut Julia tersulut emosi karena wanita itu bicara sombong sekali, merasa dirinya tidak bersalah."Kamu yang nabrak aku diluan!" teriak wanita itu tidak mau mengaku salah.Karena teriakan wanita, orang-orang yang ada di lobby restoran itu, pada memandang ke arah mereka."Eh! tunggu dulu! sepertinya aku kenal dengan kamu!" sahut wanita itu tiba-tiba menatap Julia dengan tajam.Julia balas menatap wanita itu tidak kalah tajam juga, dia merasa wanita itu memiliki sifat pemarah dan mau menang sendiri."Bukankah kamu Julia? sepupuku yang bodoh dan rendahan itu? oh-ho...ternyata lima tahun melarikan diri, telah mengubah dirimu menjadi tidak bisa di kenali ya! sungguh pandai kamu sembunyi ya! gara-gara dirimu, jadi aku yang menggantikanmu waktu itu, dasar brengsek! sialan kamu! aku begitu dendam padamu!" teriak wanita itu, yang ternyata adalah sepupu Julia.Julia semakin tajam men