Anna berpikir dia akan merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya. Tetapi malah merasakan sepasang tangan yang memeluknya. Anna langsung membuka kedua mata, dia melihat sepasang mata Jason yang menatapnya. Bibir pria itu tersenyum, ekspresi wajahnya khawatir, dia bertanya, "Kau tidak apa-apa, Anna?" Anna bersyukur dia baik-baik saja, tidak harus merasakan sakit akibat dihempaskan kuat oleh dua orang pria. "Tidak apa-apa, terima kasih sudah menolongku," ucapnya tulus pada Jason.Tanpa sempat berpikir, tiba-tiba tubuh Anna ditarik. Dia sangat terkejut dan langsung menoleh untuk melihat siapa yang telah menariknya. Ternyata adalah pria yang sudah menyuruhnya datang."Kau—""Jangan sentuh wanitaku!"Kedua mata Anna terbelalak, dia melihat pria itu sangat marah menatap ke arah Jason. Dalam hatinya berpikir bahwa anak mafia ini sangat tidak sopan. Berani sekali bersikap buruk pada kakak atasannya. Ditambah dengan kalimatnya, yang menyentuh dia adalah wanitanya, membuat Anna bertanya-tany
Senyuman kecil muncul di wajah Eric, pria itu menatap Anna tanpa ekspresi. "Kau berharap aku berada di kursi roda?" Anna melihat ekspresi wajah Eric yang sangat menyebalkan. Pria itu menatapnya dengan biasa tetapi dalam pandangannya, Eric seperti tengah mencemoohnya. Berulang kali diberitahu tetap saja memilih berkepala batu. Selain itu, Anna kerapkali diperlihatkan pemandangan yang tidak biasa seperti pria ini yang selalu duduk di tempat duduk yang seharusnya digunakan oleh sang suami. Sarapan atau makan malam bersama dengannya, seharusnya Anna bisa berpikir bahwa kebiasaan itu adalah hal yang tidak lazim bagi majikan dan bawahan di keluarga Eric. Kemudian beberapa hal lainnya seperti pria itu bermalam di sebuah motel bersama dengannya. Untuk apa seorang bawahan berani bersikap seperti itu pada istri dari bosnya? Jika memang ingin menjaga, cukup dengan berjaga di depan pintu kamar saja. Wajah Anna berubah masam, dia berulang kali merutuki kebodohannya. Padahal petunjuk sudah sa
Anna langsung pulang ke rumah dan tidak melakukan apapun. Dia adalah seorang pengangguran sekarang. Tidak ada aktivitas yang berarti untuk dia lakukan. Anna memilih untuk mengurung dirinya di kamar. Menjalani hari membosankan dengan menatap langit-langit kamar. Hari ini lagi-lagi Anna melewatkan makan siangnya. Langit sudah gelap ketika dia tersadar dari lamunannya.Anna menghela napas, dia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Tepat pada saat itu perutnya berbunyi, dia langsung bangun dan turun menuju lantai satu.Ketika kakinya baru saja menginjak lantai satu, tiba-tiba Anna teringat dengan Eric yang selalu pulang tepat waktu. Jika dia makan malam di ruang makan sekarang, mereka pasti akan bertemu. Mengingat pria itu, seketika dalam benaknya kembali berputar adegan di mana suaminya itu meminta seorang pewaris supaya dia mau membantu. Anna tanpa sadar menggigit bibirnya dengan kencang hingga membuat bibirnya tak sengaja terluka. Rasa amis dari darah itu memb
Anna melihat Eric yang mengatakan hal itu dengan wajah serius. Setelah mengetahui bahwa pria itu tidak berbohong mengenai identitasnya, dia jadi tidak berani untuk mengira suaminya sedang bergurau. Anna melangkah mendekati Eric, ingin sekali dia melakukan penyangkalan, jelas-jelas dia sendiri yang melihat bahwa tubuh ayahnya sudah dikebumikan, tetapi Anna tidak bisa menemukan kebohongan dari kedua mata suaminya. Ketika dia telah keluar dari lift, pintu itu langsung tertutup. Mereka saling bertatapan, pasangan suami istri itu seakan sedang berbicara dalam diam. "Jika kau sedang bergurau denganku, maka candaanmu kelewatan, Eric!" Sekali lagi, Anna memilih untuk membohongi hatinya. Memilih untuk mengedepankan logika dan tidak 100% percaya pada suaminya, adalah keputusan yang tepat untuk sekarang. Anna sudah seringkali dibohongi, dia tidak mau sampai memberikan kepercayaan pada orang yang tidak menghargai kepercayaan yang telah dia berikan. "Apakah hal seperti itu bisa menjadi bah
Anna merasakan kedua kakinya lemas, dia berulang kali mengedipkan kedua mata untuk meyakinkan bahwa penglihatannya benar. Dia melihat sosok pria yang sangat familiar dan memiliki arti besar untuknya. Pria itu duduk di kursi roda dengan menghadap jendela, membelakanginya, memandang ke arah jalanan. Bagaimana mungkin pria yang dia kira sudah meninggal dunia, bisa duduk di sini? Bagaimana bisa pria yang sudah dikebumikan, bangkit seakan peristiwa kematian itu tidak pernah terjadi?Anna ingin sekali Tidak mempercayai penglihatannya tetapi saat ini jiwa dan raganya berada di rumah sakit ini. Dia secara langsung melihat bahwa ayahnya belum mati. Lalu ... siapa yang saat ini terbaring di peti mati?Anna merasakan pandangan yang mengabur, kepalanya terasa sedikit pusing, nafasnya berubah menjadi cepat, dadanya juga menjadi terasa sesak, hingga akhirnya semua menjadi gelap.Sementara itu, di ruangan direktur utama Gwenevieve grup, Agatha masih dipusingkan dengan masalah yang menimpa putrinya
Kondisi Anna masih lemah, pikirannya pun masih sulit untuk dikendalikan, kepalanya masih terasa sakit tetapi dia tidak bisa berleha-leha tanpa mengetahui kebenarannya. Dia harus mengetahui dengan segera apa yang terjadi pada ayahnya. Bagaimana bisa ayah yang sudah dia kira tiada malah dalam kondisi sehat dan berada di rumah sakit jiwa? "Tolong bawa aku untuk bertemu dengan papaku. Aku tidak bisa berdiam diri seperti ini. Kumohon ...." Eric menatap Anna dan seketika dalam hatinya timbul rasa kasihan. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya dia menyetujui keinginannya. "Tolong bawakan kami sebuah kursi roda," ucap Eric pada petugas rumah sakit yang berdiri di belakangnya. "Tidak perlu! Aku masih kuat untuk berjalan dengan kakiku sendiri. Kau hanya perlu mengantarku ke kamar papaku," Anna merasa tubuhnya sehat, hanya saja hatinya sedikit terguncang dengan fakta baru yang dia ketahui. "Lalu, haruskah aku memapahmu sampai kamar papamu?" Mendengar hal itu, Anna langsung menggelengkan
Anna tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh ayahnya. Baginya kondisi seperti sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupannya di masa lalu. Lagi pula, Apa yang ingin dia cari sekarang? Anna hanya ingin ketenangan dalam menjalankan hidup. Mengetahui bahwa sang ayah masih hidup, itu sudah jauh lebih membahagiakan baginya.Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia tersenyum pada ayahnya kemudian berkata, "Aku bahagia dengan kehidupan pernikahanku. Tapi aku lebih bahagia karena tahu bahwa Papa masih hidup. Terima kasih karena Papa masih bertahan."Mendengar jawaban putrinya, Cedric tidak lagi bertanya. Lagi pula sekarang dia tidak mampu untuk melindunginya. Meski tidak tahu maksud dari tujuan Eric, tetapi dia bisa merasakan bahwa pria itu tulus pada Anna. Kelak saat dia sudah bisa pulih seperti sedia kala, jika Eric berani macam-macam pada putrinya, maka dia sendiri yang akan memberi pria itu pelajaran.Anna sangat bahagia hari ini,
Anna keluar dengan wajah yang sangat muram, Eric menduga bahwa ada sesuatu yang membuatnya tidak senang. Segera dia mendekati Anna dan bertanya, "Apa terjadi sesuatu?" Anna melihat ke arah Eric, tatapannya menggelap, pria ini bisa tahu kondisi ayahnya, bahkan sampai tahu dimana ayahnya berada. "Apa kau tahu mengenai asal-usulku?" Seketika kedua bola mata Eric melebar, mengenai gadis ini, semua dia ketahui. Melihat Anna keluar dengan wajah yang murung, ditambah dengan pertanyaannya yang seperti itu, dia bisa menduga bahwa Cedric telah mengungkapkan identitas Anna yang sebenarnya.Eric tidak pandai untuk mengungkapkan perasaannya, dia berkata dengan santai seperti hal itu bukan menjadi masalah, "Aku tahu."Namun, berbeda dengan yang dirasakan oleh Anna. Dia menganggap bahwa suaminya itu tidak peduli dengan orang di sekitarnya. Seketika dia berkecil hati, jelas saja Eric bersikap sangat santai. Anna hanyalah gadis pelunas hutang, bagaimana hidup dan perasaannya, Eric sama sekali tidak
Waktu berlalu sejak hari di mana mereka pergi ke taman yang ada di dekat rumah. Berhari-hari setelahnya, Ethan juga terlihat murung karena tidak bisa bermain dengan teman barunya. Anna berpikir bahwa ini hanya masalah anak kecil, waktu yang akan membuatnya lupa. Sekarang kedua anaknya sudah beranjak dewasa. Ethan sudah berusia 30 tahun sementara Lyra tahun ini baru menginjak usia 28 tahun. Anna menikmati kebersamaannya bersama dengan sang suami. Perusahaan pun sudah perlahan-lahan diserahkan pada Ethan. Kini dia dan Eric hanya tinggal menikmati masa tua bersama. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.00 sore. Sebentar lagi suami dan juga anak-anaknya akan kembali setelah selesai bekerja. Anna merapikan meja makan dan tepat pada saat itu dugaannya benar. Tak lama datang Eric dengan Lyra yang menggendong tangannya. Namun, tidak ada Ethan yang mengekori mereka. Hal itu membuat Anna bertanya-tanya, "Sayang, dimana kakakmu?" Lyra memeluk sang ibu kemudian berkata, "Kata
Akhirnya Anna harus merelakan pakaian dalam kesayangannya menjadi korban "keganasan" Eric yang sudah tidak bisa menahan gairahnya. Anna hanya bisa pasrah dan menikmati saja setiap perlakuan yang diberikan oleh suaminya. Anna merasa kehidupannya sudah sangat sempurna, suami yang sangat mencintainya dan juga anak-anak yang cantik dan tampan. Sudah lengkap kebahagiaan yang dirasakan olehnya setelah bertahun-tahun hidup dalam kesedihan. Tahun demi tahun dilalui keluarga kecil itu dengan penuh semangat kebahagiaan. Kerikil tetap saja akan hadir tetapi jika Eric terus menggenggam kedua tangannya, maka semua akan menjadi baik-baik saja. Kini Anna dan Eric bersiap-siap untuk mengajak Lyra dan Ethan bermain ke taman. Mereka berdua dengan penuh semangat dan kebahagiaan mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan untuk hari yang menyenangkan bersama keluarga kecil mereka.Lyra yang ceria dan Ethan yang penuh energi dengan riangnya melompat-lompat karena hendak diajak pergi ke taman. Mer
Eric merasa sangat malu karena sudah tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak senonoh oleh istrinya. Padahal dia berusaha untuk menjaga kerahasiaan dirinya sendiri tetapi tidak disangka malah Anna tiba-tiba datang kembali setelah dia menyuruhnya untuk pergi beristirahat. Saat ini Eric sedang duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk dan jemari yang saling bertaut. Dia seperti seorang penjahat yang sudah kedapatan tertangkap warga saat sedang melakukan aksinya. "Anna, aku ...." Eric tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk diberikan pada istrinya. Anna menggelengkan kepala, menatap Eric dengan tidak percaya. Dalam hati sedikit merasa bersalah karena dialah yang menjadi penyebab Eric melakukannya. Seandainya saja dia tidak ketakutan, mungkin hal seperti tadi tidak akan pernah terjadi. Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia berjalan mendekati suaminya kemudian duduk di sebelahnya. "Sayang, maaf, aku tidak bermaksud—""Maafkan aku." Eric meng
Eric memicingkan kedua matanya, kali ini dia balik menatap Anna dengan kesal. Berani sekali istrinya ini berbohong dengan mengatakan bahwa dia belum selesai. Membuat Eric merasa uring-uringan selama seharian ini. Sementara Anna, dia tahu marabahaya akan segera datang. Dia segera bersiap, mendorong tubuh Eric, hendak bangun dan pergi meninggalkannya. Namun, gerakan Anna tidak kalah cepat dengan gerakan Eric. Prianitu segera menangkap pergelangan tangannya, membuat Anna tidak bisa pergi menjauhinya. "Kamu mau kemana?" Eric berkata dengan tatapan mengintimidasi. Anna yang melihat itu, seketika dia sadar bahwa riwayatnya akan segera tamat. Eric pasti tidak akan membiarkannya. "Eric, aku ...." Anna tidak bisa lagi berkata-kata. Dalam hati dia merasa harus mengubah strateginya. Jika ditolak, tentu Eric akan kecewa. Sementara jika diladenipun, Anna takut sebab dia masih merasa ngilu melakukannya. Anna berdeham, dia melingkarkan kedua tangannya di leher Eric kemudian memberikan kecupan-
"Mana ada! Bahkan aku tidak pernah terpikir untuk melakukan hal seperti itu di belakang!" Eric membela diri.Anna memicingkan kedua matanya, menatap Eric dengan perasaan curiga. Perlahan dia berjalan mendekati suaminya kemudian melirik ke arah layar laptop yang terbuka. Di sana hanya ada lembar kerja lengkap dengan catatan di sana. Anna membuka seluruh isi di dalamnya dan tidak menemukan hal-hal mencurigakan. Anna menolehkan kepala dan tatapannya langsung bertemu dengan Eric. Kedua tangan pria itu bersedekap di depan dada, melihat sang istri yang menatap yang tidak percaya. "Bagaimana? Apakah kamu sudah menemukan hal-hal yang kamu cari?" Eric bertanya dengan penuh keberanian. Sementara Anna, dia hanya diam sembari terus memperhatikan ekspresi wajah suaminya. Tetapi dia hanya mencintai kebenaran di sana. Eric sama sekali tidak berbohong tentang dia yang memiliki pekerjaan. "Kalau gitu, sekarang tidur bersama denganku! Kamu sudah berjanji tidak akan menyentuh pekerjaan selama dua b
Sepanjang hari itu, Eric merasa sangat kesal dengan keadaan. Padahal dia yakin bahwa hari ini istrinya sudah siap. Dia sudah menghitung tanggal dan sekarang adalah hari yang tepat. "Bukankah sudah satu bulan berlalu, tapi kenapa belum juga bisa? Apakah aku salah menghitung?" Eric bermonolog. "Kenapa, Eric?" Edmund bertanya, saat ini dia sedang mengajak Ethan bermain di halaman belakang tetapi tiba-tiba mendengar putranya berbicara. Hanya saja dia tidak terlalu mendengarkan, sehingga tidak tahu kalimat yang diucapkan oleh Eric. Eric menolehkan kepala dan dalam hati merasa malu sebab dia tidak menyadari bahwa telah menyuarakan isi kepalanya. "Tidak ada," Eric menggelengkan kepala. Edmund tidak bertanya lagi, dia memilih untuk kembali fokus pada Ethan hingga tiba-tiba Eric memanggilnya. "Kenapa?" Edmund bertanya. Eric terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia berkata, "Pa, apakah wanita memang membutuhkan waktu yang lama setelah melahirkan?" Mendengar pertanyaan putranya, seketi
"Eric? Kamu kenapa, Nak?" Vania sangat terkejut melihat tampilan putranya yang sudah mirip seperti zombie. Kantung mata hitam sangat terlihat dengan jelas ditambah dengan rambut yang acak-acakan serta kaos putih oblong yang sudah tidak beraturan. Eric seperti pria yang tidak terurus. Vania mengintip dari balik celah tubuh putranya dan saat itulah dia semakin terkejut. Anna dalam posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang dengan menggendong Lyra dan juga kedua mata yang terkanduk. "Apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa penampilan kalian seberantakan ini?" Hari masih pagi tapi anak dan menantunya sudah tidak bersemangat untuk menjalani hari. "Tadi malam Lyra tidak mau tidur, setiap kami ingin meninggalkannya tidur, dia malah terus menangis sampai membangunkan Ethan. Akhirnya kami ajak mereka berdua untuk tidur bersama di bawah tapi malah berakhir tidak tidur semalaman." Eric berjalan dengan gontai ke arah ranjang kemudian berbaring di samping Ethan yang baru saja terlelap bebera
Anna memejamkan kedua mata setelah hari yang melelahkan untuknya. Dia sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan dari arah ruang keluarga ke kamar. Bahkan untuk bernapas saja, rasanya sangat sulit untuk dilakukan. Tepat pada saat itu Eric turun dari lantai dua dan duduk di sebelahnya. Terdengar helaan nafas panjang sebagai tanda bahwa suaminya itu juga merasakan hal yang sama dengannya. Anna dan Eric merasa kelelahan yang mendalam setelah merawat Ethan dan Lyra yang masih bayi. Mereka duduk di sofa dengan ekspresi lelah. Ketika Ethan lahir, meskipun merasa lelah tetapi mereka berdua bisa mengatasinya dengan sangat baik. Keduanya akan secara bergantian menjaga Ethan malam dan juga pagi. Eric akan menjaga Ethan pada malam hari sementara Anna terlelap. Kemudian dari pagi hingga bertemu dengan matahari terbenam, ganti Anna yang menjaga. Selama dua bulan mereka melakukannya hingga akhirnya jam tidur Ethan berangsur normal seperti manusia pada umumnya. Pada malam hari, Ethan sudah tidak l
Anna dan Eric membawa dua anak mereka ke tempat yayasan dimana Cedric tinggal. Sudah bertahun-tahun sejak Gwenevieve diakuisisi oleh Eric, Cedric memilih untuk tinggal di yayasan ini bersama para orang tua lain. Ethan dengan penuh kegembiraan mendekati Lyra yang terbaring tenang dalam gendongan kakeknya, Cedric. Bocah berusia hampir tiga tahun itu sangat menyayangi adiknya, jadi ketika dalam posisi berdekatan seperti ini maka dia akan memajukan wajah dan memberikan kecupan di pipi Lyra. Cedric, dengan senyuman hangat dan penuh kelembutan, menyambut Ethan dan Lyra dengan penuh kasih sayang. Dia merasa begitu bersyukur bisa melihat cucunya yang baru lahir dan cucunya yang sudah tumbuh dengan sehat dan bahagia."Ethan sayang sama adik Lyra?" Cedric bertanya dengan penuh sayang. Ethan langsung mengganggukan kepalanya dengan sangat antusias, "Ethan sayang adik!" Cedric tak kuasa menahan tawanya, melihat tingkah lucu sang cucu, membuat dia sangat gemas. Kehadiran dua cucu membuat hidupn