“Sudah ikut saja.” Danish terus mengayunkan langkahnya. Mengabaikan Isha yang memanggilnya.Isha tidak punya pilihan selain ikut Danish. Mengekor di belakang suaminya itu. Sambil berjalan di belakang Danish, Isha melihat ke arah kanan dan kiri. Menebak ke mana Danish pergi.Tepat di samping pencucian mobil ada ruko-ruko tempat makan yang cukup banyak. Isha menebak jika Danish pasti akan mencari makanan. Langkah Danish berbelok ke toko kue yang tak jauh dari tempat pencucian mobil. Danish ingin menikmati sepotong kue sambil menunggu mobilnya selesai dicuci. Hal ini juga sering dilakukannya. “Dia ke sini.” Akhirnya Isha tahu ke mana Danish pergi. Dia pun mengikuti ke mana Danish pergi. Yaitu toko kue. Saat masuk aroma kue yang manis tercium begitu menggoda sekali. Isha yang mencium aroma itu langsung tergoda untuk segera memakan kue yang berada di dalamnya.Kue yang berjajar di etalase tampak begitu menggiurkan. Berbagai rasa dan warna tersaji di depan mata. Ingin rasanya Isha makan
“Menemui dia?” Tentu saja ‘dia’ yang dimaksud Isha adalah Abra.“Aku tidak memberikanmu izin. Kamu baru saja menemuinya dua minggu yang lalu, dan sekarang kamu mau menemuinya lagi.” Danish dengan tegas menolaknya.“Tapi, ini penting.” Isha masih tetap kekeh ingin bertemu dengan Abra. Dia ingin bertanya, kenapa Abra tega membohonginya?“Mau sepenting apa pun, aku tidak memberikan izin.” Danish tidak mau jika harus mengantarkan Isha bertemu mantan suaminya. Jadi dia harus menunggu Dino. Sayangnya, Dino sedang libur. Jadi dia tidak bisa membiarkan Isha pergi sendiri.Isha mengembuskan napasnya kasar. Kesal sekali karena tidak diizinkan oleh Danish. Padahal Isha gemas sekali ingin bertemu dengan Abra. Isha ingin mendengar penjelasan Abra ke mana uangnya selama ini. Kenapa Abra harus membohonginya?“Kalau begitu ayo pulang.” Isha yang kesal pun akhirnya meminta untuk pulang.“Habiskan dulu kuemu!”“Tidak mau.”“Aku sudah mengeluarkan uang untuk kue yang kamu pesan, dan kamu membiarkan beg
Saat menunggu taksi, ada seseorang yang memanggil Isha. Merasa namanya dipanggil, dia segera memutar tubuhnya ke sumber suara.Alangkah terkejutnya Isha ketika melihat siapa yang memanggilnya. Kaki Isha seketika lemas melihat siapa yang orang tersebut. Apalagi langkah orang tersebut semakin lama semakin mendekat.“Pak Dino.” Isha begitu terkejut sekali melihat Dino berada di penjara.“Sedang apa kamu di sini?” Tepat di depan Isha, Dino segera bertanya.Dino baru saja sampai di penjara. Saat memarkirkan mobilnya, Dino melihat Isha keluar dari penjara. Dino segera keluar untuk mengejar Isha. Memastikan apa yang dilakukan Isha. Mengingat ini adalah hari minggu, entah kenapa dia curiga jika wanita yang dimaksud oleh polisi adalah Isha. Secara diam-diam, Isha mengunjungi Abra tanpa dirinya.Isha bingung harus menjawab bagaimana. Jantungnya berdegup kencang. Dia benar-benar takut sekali. Apalagi sudah tertangkap basah.“Menemui Kak Abra.” Isha menjawab dengan suara lirih.Sebenarnya tanpa D
Danish membulatkan matanya mendengar permintaan sang mami. Tentu saja itu adalah sesuatu yang sulit baginya penuhi.“Mi, besok saja aku akan bawa Isha ke sini.” Danish mencoba membujuk sang mami.“Tidak mau. Ayo kita temui Isha ke tokonya sekalian agar Mami tahu toko Isha.” Mami Neta tetap dengan pendiriannya.Danish mengembuskan napasnya. Merasa bingung dengan permintaan sang mami. “Aku masih harus membahas pekerjaan dengan papi dulu, Mi.” Danish kembali memberikan alasan.“Sudahlah, Sayang. Nanti sore saja bertemu dengan Isha. Biarkan Danish bicara denganku dulu.” Papi Dathan mencoba membantu anaknya membujuk sang istri.Mami Neta masih kesal. Masih tidak mau menerima ajakan dari sang anak dan suaminya itu.“Nanti sore saja, Mi. Sekalian kita makan malam.” Akhirnya Danish tidak punya pilihan untuk membuat sang mami tidak marah.“Baiklah, kita jemputnya dan sekalian kita makan malam.” Mami Neta akhirnya setuju juga. Merasa waktu makan malam dia pastinya bisa dekat dengan menantunya i
“Jawab saja seperlunya. Tidak perlu sok akrab dan menjawab panjang lebar.” Mendapati perintah Danish itu, Isha mengangguk. Dia akan mengingat apa yang dikatakan Danish. Tidak mau membuat Danish kesal. Mobil sampai di restoran Italia. Mereka memesan ruangan privat agar saat mengobrol lebih enak. Karena Isha tidak mengerti menu apa saja yang enak, Danish memesankan makanan yang enak untuk Isha. “Mami jadi ingin tahu, di mana sebenarnya kalian bertemu?” Mami Neta menatap Isha dan Danish secara bergantian. Dia ingin tahu bagaimana kisah anak dan menantunya itu. “Kami bertamu di toko.” Danish menjawab hal itu. “Kami bertemu di kantor.” Isha menjawab bersamaan dengan Danish. Ketika mendapati dua jawaban yang berbeda membuat Mami Neta bingung. Dia menatap Danish dan Isha bergantian. Sorot matanya seolah menjelaskan siapa di antara mereka berdua yang benar. “Jadi waktu itu Isha mengantarkan pesanan karyawan ke kantor. Kemudian kami bertemu lagi di toko IZIO ketika Isha mencari s
Suara ketukan pintu terdengar ketika Isha masih menikmati tidurnya. Padahal Isha berniat menikmati liburnya di akhir pekan ini dengan bangun siang. Sayangnya, semua harus sirna. Isha segera berangsur bangun dari tempat tidur. Kemudian membuka pintu. Tepat di depan pintu, dia melihat Danish membawa baju setumpuk dan beberapa barang lainnya. “Ada apa Pak Danish membawa itu semua?” Isha bingung sekali dengan apa yang dilakukan Danish itu. “Mami mau ke sini. Jadi aku pindahkan beberapa barangku agar terkesan aku tidur sekamar denganmu.” Danish menjelaskan sambil langkahnya diayunkan masuk ke kamar Isha. Isha hanya diam saja dan membiarkan Danish melakukan apa pun yang dia mau. Danish memasukkan bajunya yang dibawa itu ke dalam lemari. Kemudian menyusun beberapa barang seperti minyak wangi, gel rambut, dan sisir di meja rias Isha. Bercampur dengan barang-barang Isha.“Jika mami tanya, bilang aku tidur di sini.” Danish memberitahu Isha. “Baiklah.” Isha mengangguk saja. Mengerti y
“Ingatlah, jika cincin itu cukup mahal. Jadi kamu harus menjaganya dengan baik. Jangan menjualnya.” Baru saja sampai di rumah, Danish langsung mengatakan hal itu pada Isha. Melampiaskan kekesalannya atas perhatian sang mami yang diberikan pada Isha. Isha tidak habis pikir kenapa Danish bisa berpikir sejauh itu. Tidak ada sedikit pun niatnya untuk menjual cincin itu. “Pak Danish tenang saja. Saya tidak akan menjual cincin ini. Nanti saat kita berpisah, saya akan kembalikan semuanya, termasuk cincin ini dan juga cincin pernikahan.” Isha segera berlalu pergi ketika selesai menjawab ucapan Danish. Tak mau berlama-lama bersama Danish dan membuatnya sakit hati. Isha benar-benar kesal dengan Danish. Dia berjanji pada dirinya sendiri. Saat pergi nanti, dia tidak akan membawa apa yang diberikan oleh Danish dan kelurganya. Sekecil apa pun barang itu nanti. “Aku harus segera hamil dan melahirkan, agar segera terbebas dari Pak Danish.” Isha benar-benar sudah tidak tahan dengan Danish.
“Aku ada urusan penting.” Danish mencoba menjelaskan.“Sepenting apa sampai kamu harus pulang?” tanya Dino penasaran.“Penting, karena ini menyangkut masa depanku.” Danish tersenyum penuh arti. Kemudian berlalu pergi.Dino bisa menebak jika urusan Danish pasti berhubungan dengan Isha. Karena masa depan Danish adalah bersama Isha. Jika Isha punya anak, tentu saja itu akan jadi masa depan untuk Danish.Danish meminta supir untuk mengantarkannya pulang. Benar adanya jika Danish pulang karena Isha. Istrinya itu mengabari jika ini adalah masa subur. Tertulis dalam pesan, jika Isha sudah menunggu beberapa hari, tetapi Danish sibuk sekali. Danish mengingat jika beberapa hari lalu, dia meminta Isha memberitahu tentang masa suburnya, tetapi ternyata Isha mendadak baru bilang hari ini.Satu jam perjalanan, akhirnya Danish sampai di rumah. Tepat saat Danish keluar dari mobil, dia melihat Isha di balkon rumah. Tampak Isha menunggunya.Isha mengulas senyum tipisnya ketika melihat Danish pulang. Ta