“Jawab saja seperlunya. Tidak perlu sok akrab dan menjawab panjang lebar.” Mendapati perintah Danish itu, Isha mengangguk. Dia akan mengingat apa yang dikatakan Danish. Tidak mau membuat Danish kesal. Mobil sampai di restoran Italia. Mereka memesan ruangan privat agar saat mengobrol lebih enak. Karena Isha tidak mengerti menu apa saja yang enak, Danish memesankan makanan yang enak untuk Isha. “Mami jadi ingin tahu, di mana sebenarnya kalian bertemu?” Mami Neta menatap Isha dan Danish secara bergantian. Dia ingin tahu bagaimana kisah anak dan menantunya itu. “Kami bertamu di toko.” Danish menjawab hal itu. “Kami bertemu di kantor.” Isha menjawab bersamaan dengan Danish. Ketika mendapati dua jawaban yang berbeda membuat Mami Neta bingung. Dia menatap Danish dan Isha bergantian. Sorot matanya seolah menjelaskan siapa di antara mereka berdua yang benar. “Jadi waktu itu Isha mengantarkan pesanan karyawan ke kantor. Kemudian kami bertemu lagi di toko IZIO ketika Isha mencari s
Suara ketukan pintu terdengar ketika Isha masih menikmati tidurnya. Padahal Isha berniat menikmati liburnya di akhir pekan ini dengan bangun siang. Sayangnya, semua harus sirna. Isha segera berangsur bangun dari tempat tidur. Kemudian membuka pintu. Tepat di depan pintu, dia melihat Danish membawa baju setumpuk dan beberapa barang lainnya. “Ada apa Pak Danish membawa itu semua?” Isha bingung sekali dengan apa yang dilakukan Danish itu. “Mami mau ke sini. Jadi aku pindahkan beberapa barangku agar terkesan aku tidur sekamar denganmu.” Danish menjelaskan sambil langkahnya diayunkan masuk ke kamar Isha. Isha hanya diam saja dan membiarkan Danish melakukan apa pun yang dia mau. Danish memasukkan bajunya yang dibawa itu ke dalam lemari. Kemudian menyusun beberapa barang seperti minyak wangi, gel rambut, dan sisir di meja rias Isha. Bercampur dengan barang-barang Isha.“Jika mami tanya, bilang aku tidur di sini.” Danish memberitahu Isha. “Baiklah.” Isha mengangguk saja. Mengerti y
“Ingatlah, jika cincin itu cukup mahal. Jadi kamu harus menjaganya dengan baik. Jangan menjualnya.” Baru saja sampai di rumah, Danish langsung mengatakan hal itu pada Isha. Melampiaskan kekesalannya atas perhatian sang mami yang diberikan pada Isha. Isha tidak habis pikir kenapa Danish bisa berpikir sejauh itu. Tidak ada sedikit pun niatnya untuk menjual cincin itu. “Pak Danish tenang saja. Saya tidak akan menjual cincin ini. Nanti saat kita berpisah, saya akan kembalikan semuanya, termasuk cincin ini dan juga cincin pernikahan.” Isha segera berlalu pergi ketika selesai menjawab ucapan Danish. Tak mau berlama-lama bersama Danish dan membuatnya sakit hati. Isha benar-benar kesal dengan Danish. Dia berjanji pada dirinya sendiri. Saat pergi nanti, dia tidak akan membawa apa yang diberikan oleh Danish dan kelurganya. Sekecil apa pun barang itu nanti. “Aku harus segera hamil dan melahirkan, agar segera terbebas dari Pak Danish.” Isha benar-benar sudah tidak tahan dengan Danish.
“Aku ada urusan penting.” Danish mencoba menjelaskan.“Sepenting apa sampai kamu harus pulang?” tanya Dino penasaran.“Penting, karena ini menyangkut masa depanku.” Danish tersenyum penuh arti. Kemudian berlalu pergi.Dino bisa menebak jika urusan Danish pasti berhubungan dengan Isha. Karena masa depan Danish adalah bersama Isha. Jika Isha punya anak, tentu saja itu akan jadi masa depan untuk Danish.Danish meminta supir untuk mengantarkannya pulang. Benar adanya jika Danish pulang karena Isha. Istrinya itu mengabari jika ini adalah masa subur. Tertulis dalam pesan, jika Isha sudah menunggu beberapa hari, tetapi Danish sibuk sekali. Danish mengingat jika beberapa hari lalu, dia meminta Isha memberitahu tentang masa suburnya, tetapi ternyata Isha mendadak baru bilang hari ini.Satu jam perjalanan, akhirnya Danish sampai di rumah. Tepat saat Danish keluar dari mobil, dia melihat Isha di balkon rumah. Tampak Isha menunggunya.Isha mengulas senyum tipisnya ketika melihat Danish pulang. Ta
Pagi ini entah kenapa wajah Isha begitu berseri-seri. Perasaannya tampak bahagia sekali. Tidak dipungkiri jika semalam memang Isha menikmati. Jadi mungkin itulah yang membuat pagi ini dia begitu bersemangat sekali.Isha keluar kamar saat selesai bersiap. Seperti biasa, dia akan ke toko pagi ini. Saat menuruni anak tangga, Isha melihat Danish yang baru keluar dari kamar. Berbeda dengan Isha, Danish tampak biasa saja. Tidak sama sekali ada perubahan di wajahnya. Tampak seperti tidak ada yang terjadi semalam.‘Sepertinya hanya aku yang senang karena kegiatan semalam,’ batin Isha.Melihat Danish yang biasa saja membuat Isha menyesal merasa bahagia. Seolah dia yang menikmati penyatuan mereka semalam. Tentu saja itu membuat hatinya sedikit sakit. Ternyata dirinya sudah menikmati, tetapi Danish tidak.Isha segera duduk ruang makan. Senyum yang tadi sempat menghiasi wajahnya pun dikuburnya dalam-dalam. Tak mau sampai Danish melihat wajah bahagianya.Danish dengan santai menyusul Isha, duduk d
Melihat sang istri yang seperti itu membuat sesuatu di bawah sana bangun. Danish yang hanya memakai celana tidur boxer membuat kejantanannya bergerak bebas.“Padahal aku sering melihatnya tanpa pakaian. Kenapa juga dia hanya memakai baju renang seksi, tetapi aku masih tergoda?” Danish memegangi miliknya yang sudah menegang. Berusaha untuk menidurkannya kembali.Isha segera kembali masuk ke dalam kolam renang. Membelah kolam renang dengan tubuhnya. Segarnya air membuat Isha benar-benar menikmati berenang.Ketika Isha masuk ke kolam renang, akhirnya Danish bernapas lega karena miliknya sudah kembali tenang. Tidak lagi menegang.Danish segera membuka pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dan kolam renang. Tepat saat itu juga, Isha sampai di tepi kolam. Tampak Isha terkejut melihat Danish yang sudah bangun.“Pak Danish sudah bangun?” Isha menengadah ketika melihat Danish yang berada jauh lebih tinggi dibanding dirinya.“Suara air yang kamu ciptakan mengganggu tidurku.” Danish menatap taj
Suara itu bukan berasal dari Isha yang terkejut karena dipeluk oleh Danish. Melainkan suara itu berasal dari Danish.“Pak Danish kenapa?” Isha seketika panik mendengar Danish yang justru berteriak. Padahal dirinya yang terkejut karena tiba-tiba dipeluk.“Kakiku kram.” Danish merasakan kakinya kaku. Rasanya benar-benar seperti mati rasa. Dia berpegangan pada pinggang Isha yang sedari tadi dipegangnya. Berusaha agar tidak terjatuh.Isha seketika langsung panik mendengar Danish yang kram. “Ayo kita ke atas.” Dia memapah tubuh Danish untuk keluar dari kolam renang.Danish berpegangan pada Isha. Berusaha berjalan meskipun kakinya terasa begitu kaku. Dia terus mengikuti Isha untuk keluar dari kolam renang. Saat naik ke tepian kolam, Danish harus berusaha keras dibantu oleh Isha. Tubuh Danish yang berat membuat Isha kesulitan. Namun, dia tidak punya pilihan. Harus terus mendorong tubuh Danish ke atas agar bisa menolong Danish segera.Saat Danish bisa naik ke atas, Isha segera menyusul Danish
“Tidak, saya tidak berniat menggoda.” Isha menggeleng ketika mendapatkan tuduhan itu. Memang tidak ada niatnya sama sekali untuk menggoda Danish.“Benarkah jika kamu sedang tidak berusaha menggodaku?” Tangan Danish membelai lembut paha mulus milik sang istri. Sorot matanya bak harimau yang sedang akan menerkam buruannya.Apa yang dilakukan Danish itu membuat Isha berdebar-debar. Bukannya menolak atau menghentikan aksi Danish itu, Isha justru membiarkannya.“Saya benar-benar tidak berniat menggoda Pak Danish.” Isha menjawab sedikit gugup.“Jika tidak menggoda kenapa memakai pakaian seperti ini?” Danish melihat tubuh Isha dari leher hingga ke paha. Tangannya masih membelai lembut paha Isha.“Saya pikir Anda tidur. Jadi saya pakai baju ini karena merasa Anda tidak akan bangun. Lagi pula tidak ada siapa-siapa di sini. Jadi tidak masalah jika saya memakai pakaian ini.” Isha mencoba menjelaskan pada Danish.Bagi Danish alasan apa pun tetap saja baginya terlalu berbahaya jika Isha memakai ba