Isha terpaku ketika melihat sikap mertuanya yang berubah drastis. Sikap itu membuat Isha justru semakin takut."Mi, jangan bersikap seperti itu pada Isha. Mami harus dengan penjelasan dulu." Danish sambil membantu sang mami duduk, berusaha untuk menjelaskan. Dia merasa kasihan istrinya diperlakukan seperti itu."Bagaimana bisa Mami menerima menantu yang hanya akan ada di hidupmu sementara, setelah itu dia akan kembali pada suaminya?" Mami Neta kembali meluapkan kembali ucapannya.Isha hanya bisa diam. Dia tidak tahu harus menjelaskan dari mana."Mi, cukup. Jika Mami tidak mau mendengarkan penjelasan Danish, lebih bai Danish pergi." Danish sudah berada di puncak kekesalannya. Dia merasa jika sang mami tidak memberikan ruang untuk membela diri."Sudah, Sayang. Dengarkan saja dulu Danish menjelaskan." Papi Dathan akhirnya ikut menenangkan sang istri.Mami Neta akhirnya memilih diam. Tak bicara dan membiarkan Danish untuk menjelaskan semua.Saat melihat kedua orang tuanya lebih tenang, Da
Supir langsung membawa Mami Neta untuk pulang. Mami Neta begitu lemas mendengar jika pernikahan anaknya adalah pernikahan kontrak."Kita ke tempat kantor pengacara dulu, Pak." Mami Neta meminta supir untuk tidak langsung ke rumah."Baik, Bu." Supir pun melakukan apa yang diminta oleh Mami Neta. Melajukan mobilnya ke kantor pengacara.Mami Neta ingin ke tempat pengacara. Dari surat yang tadi dilihat jika itu sah secara hukum. Jadi dia yakin anaknya meminta pengacara menyiapkan semua."Bu Neta." Pengacara menyambut Mami Neta yang datang ke kantor pengacara."Saya mau lihat kontrak pernikahan Danish."Pengacara tampak terkejut ketika mendengar Mami Neta meminta kontrak pernikahan milik Danish. Tentu saja dia bingung harus bagaimana."Cepat, Pak.""Baik, Bu." Pengacara langsung mengambil berkas kontrak pernikahan Danish. "Ini, Bu." Dia segera memberikan kontrak tersebut pada Mami Neta.Mami Neta hanya terperangah ternyata memang benar jika anaknya membuat surat perjanjian pernikahan."Tid
Abra tampak terkejut ketika mendengar hal itu. Ternyata rencananya gagal total. Ternyata orang tua Danish tidak terpengaruh sama sekali. Terbukti Isha tidak datang padanya."Apa kamu tahu jika aku dan Isha sudah mengakhiri kontrak pernikahan kami. Jadi sekarang aku dan Isha tidak lagi terikat pernikahan kontrak. Apa kamu tahu artinya apa? Artinya semua beban hutangmu akan kembali padamu lagi."Wajah Abra seketika pucat ketika mendengar hal itu. Jika hutang dibebankan padanya, jelas itu akan sangat berat. Sial, Isha justru memilih bersama Danish. Isha seperti cari aman sendiri. Jika dipikir-pikir di sini justru Isha yang diuntungkan. Karena perjanjian hutang, dia justru bisa menikah dengan Danish dan menjadi istri sah CEO IZIO. Setelah menikmati kemewahan, Isha justru lupa dengan janjinya pada Abra. Jika sudah begini, Abra tidak bisa berbuat banyak."Siapa yang akan menolongmu jika sudah begini?" Danish mulai merubah raut wajahnya. Kilatan kebencian mulai terlihat.Abra menelan salivan
"Tenangkanlah dirimu." Dino yang sambil menyetir berusaha untuk menenangkan Danish. Dia sadar jika Danish terpancing oleh Abra. "Pria itu bena-benar kurang ajar. Bisa-bisanya menuduh Isha." Danish meluapkan kekesalannya itu." "Dia memang seperti mencari celah untuk merusak kamu dan Isha. Saat rencananya mempengaruhi Mami Neta gagal, dia mencari cara lain." Danish membenarkan ucapan Dino. Abra seperti sedang mencari cara lain untuk membuat dirinya terpengaruh. Dia mengingat bagaimana liciknya Abra membuat Mami Neta percaya padanya. Hingga membuat Mami Neta murka pada Isha. Beruntung dia bisa menjelaskan semuanya pada sang mami. Kini, dia justru mempengaruhi dirinya. "Sudah jangan pikiran ucapannya. Mungkin dia hanya mengarang saja. Tidak mungkin Isha melakukan hal itu." Dino saja tidak percaya dengan apa yang dikatakan Abra, lalu bagaimana bisa dirinya percaya. Begitulah yang dipikirkan Danish. Dia yakin jika istrinya tidak mungkin melakukan hal semacam itu. "Aku akan coba selidik
Danish melihat berkas yang diberikan oleh Dino. Tampak foto Abra dan Lidia di sana. Dia tampak bingung kenapa Dino membawa foto Abra dan Lidia. "Informasi apa ini?" Danish menatap Dino. "Ternyata selama ini Abra bekerja sama dengan Lidia. Beberapa kali Lidia dan Abra bertemu. Ada kemungkinan Lidia adalah orang yang menampung uang Abra." Danish ingat terlahir kali dia merasa curiga jika Abra selingkuh dengan Lidia. Sayangnya itu tidak terbukti. Karena suami Lidia sendiri bilang mereka hanya menjenguk biasa saja. Kini akhirnya Danish tahu hubungan apa yang sebenarnya terjadi pada Lidia dan Abra. "Di mana sekarang Lidia?" "Ada di ruang rapat. Aku mengurungnya di sana." Dino tadi langsung menyeret Lidia ke ruang rapat ketika mendapatkan informasi. Dia juga menempatkan penjaga di sana agar Lidia tidak pergi. Tak mau sampai Lidia lolos lagi. Danish langsung berdiri. Bersama Dino, dia pergi ke ruang rapat. Menemui Lidia. Danish ingin memastikan sendiri kebenarannya. Lidia begitu ke
Danish memikirkan bagaimana caranya mencari tahu jika istrinya punya uang hasil penggelapan. Dia tak mau menyakiti hati sang istri jika langsung menanyakan."Din, blokir rekening yang dibawa Isha." Danish memberikan perintah pada sang Dino. Dia berencana membuat Isha menggunakan kartunya sendiri. Sehingga dia bisa tahu isi rekening Isha."Baiklah."Mobil sampai di toko milik Isha. Danish keluar untuk menghampiri sang istri, sedangkan Dino mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Danish. Danish yang keluar dari mobil segera menghampiri Isha.Saat sampai di toko, Isha tidak ada di bagian depan. Yang ada di bagian depan hanya karyawannya saja."Ke mana Isha?" Danish menatap Ina yang berdiri tak jauh dari tempatnya."Isha ada di gudang, Pak."Mendapati jawaban itu, Danish segera menghampiri sang istri yang berada di gudang. Gudang Isha terbilang sempit. Jadi sekarang Danish harus bersenggolan dengan barang-barang yang ada di gudang. Dia mencari sang istri yang berada di gudang. Hingga akhi
Isha yang sedang menikmati es krimnya tiba-tiba teringat akan sesuatu. Apalagi jika bukan uang satu milyar yang ada di rekeningnya. Jika Danish sedang mengambil uang di rekeningnya, artinya Danish akan melihat isi rekeningnya itu. Sontak dia langsung berjalan cepat menghampiri Danish. Sebelum Danish berpikir macam-macam padanya, dia harus segera melakukan sesuatu. "Bu ... Bu ... jangan pergi." Karena Isha belum membayar es krim yang dimakannya, jadi kasir es krim mengejar Isha.Isha ingin berlari, tetapi dia sedang mengandung. Jika sampai berlari, jelas akan membahayakan anaknya. Karena itu, dia memilih berjalan cepat saja.Dari kejauhan Isha melihat Danish yang sedang berdiri di depan mesin ATM. Jantung Isha berdegup kencang ketika melihat Danish yang sedang berusaha membuka rekeningnya. Dia takut Danish melihat uang satu milyar itu sebelum mendengar penjelasan darinya. Takut Danish akan berpikir macam-macam tentang uang itu."Bu ...." Kasir yang mengejar Isha langsung memegangi ba
Isha membulatkan matanya ketika mendengar tuduhan Danish. Tidak terpikir olehnya sama sekali bekerja dengan Abra. Sejak awal dia justru murka ketika mendengar Abra mengambil uang perusahaan, karena merasa jika itu bukan hak Abra."Aku tidak berkerja sama dengan siapa pun." Dengan tegas Isha menyangkal tuduhan itu."Lalu bagaimana bisa uang itu ada padamu jika kamu tidak bekerja sama dengan siapa-siapa?" Danish menatap Isha yang duduk tak jauh dari tempatnya."Aku mengambilnya dari Kak Abra." Isha mengatakan apa adanya.Danish semakin frustrasi ketika mendengar jika Isha mengambil uang itu memang dari Abra. Jadi yang dikatakan Abra semuanya memang benar."Jadi benar yang dikatakan Abra. Kamu yang mengambilnya." Danish mengembuskan napasnya kasar. Sungguh ironi ketika mengetahui jika istrinya mengambil uang hasil korupsi."Kak Abra yang bilang aku yang mengambil?" Isha tampak terkejut ketika mengetahui jika Abra tahu dirinya yang mengambil uang tersebut. Padahal harusnya Abra tak tahu j