Isha menatap wanita yang sedang mengajaknya bicara itu. Dia tidak mengenal siapa wanita itu. Jadi dia bingung."Maaf, Anda siapa?" Isha memberanikan diri untuk bertanya."Aku teman sekantor Abra." Wanita itu pun menjelaskan siapa dirinya."Oh ...." Isha hanya tersenyum mendengar jika wanita yang di sampingnya itu adalah teman mantan suaminya."Aku dengar Abra sudah keluar dari penjara.""Iya, dia sudah keluar dari penjara.""Wah ... korupsi sebanyak itu bisa keluar dalam waktu singkat, hebat sekali. Aku juga mau jika keluar dengan mudah seperti itu."Isha bingung menanggapi ucapan wanita di samping itu. Dia hanya menatap wanita itu dari pantulan kaca saja."Aku dengar, kamu menggantinya dengan tubuhmu. Hebat juga kamu bisa merayu Pak Danish hingga bisa membuat suamimu keluar dari penjara."Ucapan itu jelas membuat Isha geram. Dirinya seperti wanita murahan yang menjual diri pada Danish untuk mengeluarkan Abra."Anda benar-benar tidak sopan sekali. Saya saja tidak kenal Anda, tapi seen
"Aku mau mengajakmu ke suatu tempat." Danish menjelaskan sambil mengulas senyum."Mau ke mana?" Isha begitu penasaran sekali."Sudah, ikut saja."Isha hanya menautkan alisnya. Merasa jika Danish sedikit aneh. Mau membawanya ke mana sebenarnya, itu membuat Isha penasaran. Karena tidak mau bertanya-tanya, akhirnya Isha segera mengambil tasnya.Mobil melaju ke suatu tempat yang Isha sendiri tidak tahu. Berkali-kali bertanya, tetapi tidak mendapatkan jawaban. Hingga akhirnya mobil berhenti di satu tempat. "Salon? Kenapa membawaku ke sini?" Isha benar-benar bingung. Tidak mengerti kenapa Danish membawanya ke salon. "Aku mau membawamu ke pesta." Danish mengulas senyum."Pesta apa?" Isha terus bertanya. Karena memang tidak tahu pesta apa. Danish tidak menceritakan apa pun perihal pesta."Sudah, ikut saja." Danish hanya mengulas senyum tanpa memberitahu.Isha hanya bisa pasrah. Mengikuti apa yang diminta oleh Danish. Mereka segera turun. Danish mengantarkan Isha untuk masuk.Di dalam, Isha
"Apa yang kamu ingin tanyakan?" Danish mengulas senyumnya. Dia yakin jika sang istri begitu penasaran dengan apa yang baru saja dilakukannya."Kenapa kamu tiba-tiba sekali mengadakan pesta.""Ayo, aku jelaskan saja di kamar." Danish tidak mau menjelaskan saat di lift. Tidak nyaman bercerita saat di lift.Mau tidak mau, Isha mengikuti Danish. Ke kamar dulu untuk dapat cerita. Saat sampai di kamar, Isha segera duduk manis untuk mendengarkan cerita Danish."Kemarin aku menghubungi Dino untuk membuat pesta. Meminta semua karyawan IZIO datang."Semalam setelah melihat Isha yang tampak sedih, Danish berniat untuk mengobati kesedihan itu, yaitu dengan cara memberitahu semua orang. Karena itu Danish langsung menghubungi Dino. Meminta untuk mengadakan pesta dan meminta semua karyawan datang ke hotel besok.Tentu saja permintaan Danish itu membuat Dino terkejut. Dino kalang kabut memesan hotel untuk acara. Dari beberapa hotel yang dihubungi, hanya Hotel Maxton yang kosong. beruntung pemilik Hot
"Apa kita akan menginap di sini?" Isha menatap sang suami setelah sedikit tenang dari tangisnya. Waktu menunjukan jam sembilan malam. Artinya sudah cukup malam untuk pulang."Jika kamu tidak nyaman, kita bisa pulang.""Aku nyaman nyaman saja. Asalkan ada kamu." Isha malu-malu menjawab.Mendengar jawaban Isha itu, membuat Danish jadi sekali. Dia langsung mencubit pipi Isha. "Semakin hari, kamu semakin menggemaskan."Pipi Isha semakin merona ketika suaminya mencubit pipinya.Mereka masih di sofa. Saling berhadapan dan saling memandang. Bersandar pada punggung sofa."Apa kamu suka pesta tadi?" Danish yang menatap sang istri pun bertanya."Em ... aku lebih malu saja. Karena semua orang melihat aku." Isha mengungkapkan perasaanya tadi."Karena kamu memang pusat acara tadi. Jadi wajar jika mereka melihat ke arahmu." Danish menyelipkan rambut Isha ke balik telinga."Iya, tapi tetap saja aku malu.""Kamu harusnya bangga, bisa menjadi istri seorang Danish Morgan. Siapa yang bisa meluluhkan hat
"Lalu kita mau ke mana?" Isha penasaran."Kita akan ke rumah mami nanti. Mami minta kita ke sana." Sebenarnya kemarin Mami Neta meminta Danish ke rumah. Karena dia mengadakan pesta, jadi tidak bisa ke rumah sang mami.Isha langsung mengangguk. Dia juga sudah cukup lama tidak bertemu. Terakhir saat mertuanya itu ke rumah. Jadi jika sekarang gantian dia yang ke rumah mertuanya, tidak ada salahnya.Akhirnya setelah sarapan, mereka pergi bersama. Diantar oleh supir, mereka menuju ke kediaman Fabrizio. Isha terus mengulas senyum manis di wajahnya. Merasa begitu bahagia sekali."Akhirnya kalian datang juga." Mami Neta langsung memeluk menantunya itu."Maaf baru ke sini hari ini, Mi." Isha begitu senang dipeluk oleh mertuanya itu."Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kamu sudah ke sini. Ayo, masuk." Mami Neta langsung mengajak Isha ke rumah.Danish yang sedari tadi diabaikan pun hanya bisa pasrah. Ternyata Isha sudah menempati hati sang mami. Jadi dirinya diabaikan. Dengan langkah gontai, d
"Memang bau apa?" Danish penasaran dengan yang dipikirkan istrinya."Bau bunga mawar. Seperti sedang berada di kuburan."Seketika Danish langsung tertawa. Bisa-bisanya sang istri mengatakan hal itu."Kamu ini ada-ada saja." Danish langsung mencubit pipi Isha. Gemas dengan istrinya."Ach ... kenapa dicubit?" Isha melayangkan protesnya."Iya, maaf.""Sebenarnya kamu mau berikan kejutan apa?" Isha semakin dibuat penasaran sekali. Karena sedari tadi dia belum tahu apa yang dilakukan Danish."Sabar."Isha merasakan menginjak sesuatu. Tidak seperti lantai yang biasanya keras. Yang diinjaknya terasa seperti rumput yang lembut"Apa yang aku injak?" Isha penasaran sekali."Nanti kamu akan tahu. Sebentar aku buka dulu." Danish pun akhirnya membuka penutup mata yang dipasang di mata Isha.Karena sejak tadi matanya tertutup kain, Isha harus beradaptasi lebih dulu ketika melihat keadaan sekitar. Mengerjap-ngerjapkan matanya. Hal pertama yang dilihat Isha adalah bunga mawar yang bertaburan di atas
Ucapan sang istri seketika membuat Danish mendapat pencerahan. Hasratnya yang selama ini ditahannya tentu saja membuat Danish seperti mendapatkan jalan untuk melampiaskannya. Tangan sang istri yang terus membelai lembut membuat Danish tak kuasa menahan diri. Dia langsung menarik tubuh sang istri. "Kalau begitu ayo lakukan dengan pelan-pelan." Danish menyeringai."Ayo." Isha menyambut baik ajakan sang suami. Danish yang memakai kemeja memudahkan Isha untuk membuka baju. Kancing demi kancing dilepaskan. Danish membiarkan sang istri melakukannya. Entah kenapa dia lebih suka melihat sang istri yang aktif. Isha melepaskan kemeja yang dipakai sang suami. Memperlihatkan dada kekar milik suaminya. Bulu halus yang berada di dada selalu menggoda bagi Isha. Tangannya membelai lembut dari dada hingga turun ke pinggang. Danish mendesah seketika tangan sang istri mulai sampai ke pinggang. Tubuhnya seketika menegang merasakan sentuhan itu. Isha tersenyum melihat reaksi sang suami. Tampak menikm
"Panggilan apa?""Panggilan sayang, apa lagi?" Isha mencebikkan bibirnya ketika Danish justru bertanya.Danish langsung tertawa. Dia merasa gemas ketika melihat istrinya yang kesal. Apalagi ketika mencebikkan bibir."Kamu mau panggil aku apa?""Enaknya apa?" Isha justru balik bertanya."Honey, Baby, Sweety?"Isha merasa itu terlalu berlebihan jika panggilan inggris. Waktu dengan Abra saja dia hanya memanggil 'kak'."Aku tidak suka." Isha menggeleng.Danish tampak berpikir. Apa yang pas untuk dirinya."Bagaimana jika 'sayang', simple dan tidak berlebihan." Isha memberikan saran. Lagi pula Danish pernah memanggilnya seperti itu ketika bersama orang tuanya.Danish tersenyum. "Baiklah, kalau kamu suka, Sayang." Dia langsung mempraktekkannya.Isha merona. Malu ketika dipanggil 'sayang' oleh Danish. Terdengar seperti dirinya benar-benar disayang oleh Danish."Cepat habiskan makanmu, Sayang. Setelah itu kita istirahat lagi."Danish kembali memanggil dengan sebutan 'sayang', tentu saja itu me