“Mau kemana lagi?” Tanya Shia ketika mereka berada di dalam lift dan Dante menekan tombol menuju lantai paling atas.“Menemui orang tua ku” Jawabnya, Shia melotot“Untuk apa?”“Meresmikan hubungan kita”“APA?!. Kau bercanda?” Tanya Shia sambil memelototi Dante“Tidak”Belum sempat Shia berbicara suara pintu lift yang terbuka mengalihkan perhatiannya, Dante menariknya keluar menuju rooftop. Netra Shia kembali membola ketika melihat sebuah helicopter terparkir di atas gedung itu dengan seorang pria yang Shia yakin adalah pilotnya.Shia mengenyentakkan tangan Dante, membuat langkah pria itu terhenti dan berbalik menatap kearah Shia yang berada beberapa langkah dibelakangnya.“Kenapa?” Tanyanya datar, hembusan angin malam membuat Shia merinding. Suara Dante terdengar menakutkan baginya.“Kau akan pergi dengan itu?” Tanya Shia
Shia memejamkan matanya ketika Dante menciumnya dengan lembut, jantungnya berdetak semakin cepat, Shia yakin jika Dante menyadari debaran di jantungnya. Dante mendekap Shia dan mendudukan tubuh nya pada meja, tangan pria itu melingkari pinggang Shia dengan erat. Suara kedua bibir yang beradu terdengar di ruangan temaram itu. “Astaga-“ Suara Irena terdengar kaget membuat Shia mendorong Dante kuat sehingga ciuman itu terlepas “Oh, maaf! Jika ingin melakukannya gunakan kamar saja yaa, jangan di dapur” Ucap Irena dengan sedikit raut wajah yang seolah menahan malu Dante menatap Ibunya itu sekilas, tidak terpengaruh dengan kehadiran sang ibu sedangkan Shia memperbaiki tampilannya yang sedikit berantakan. Manik abu-abu Dante menatap wajah Shia yang merah seperti tomat. ‘Sial’ Dante menahan diri untuk tidak menyerang Shia begitu wajah menggemaskannya yang memerah malu. Ini pertama kalinya Shia menampilkan ekspresi seperti itu dihadapan Dante. “Sudahlah, mom menganggu” Kata Dante denga
“Pertunangan kita akan dilakukan minggu depan” ucap Dante pada Shia. Keduanya sedang duduk berhadapan di sebuah kursi dalam kamar Dante“Bukannya kau bilang akan memberikanku waktu?” Balas Shia dengan dengusan“Aku memang memberikanmu waktu untuk tujuanmu, tapi bukan berarti kau tidak terikat denganku little tigriss”Lagi-lagi Shia mendengus ‘terikat katanya? Seolah-olah dia benar-benar memandang suci sebuah ikatan’ Tiba-tiba Shia merasa kesal mengingat ucapan Irena jika ada seorang wanita yang mengaku mengandung anak Dante.“Aku tidak tau jika player sepertimu akhirnya berhenti. Kasihan sekali para sugar babymu” Celetuk Shia asal“Cemburu” Ucap Dante membuat Shia bingung “Apa kau cemburu Shia?” tambah Dante dengan senyuman sombongnya yang membuat ekspresi Shia memburuk“Dengar! Meskipun kau tidur dengan ratusan bahkan ribuan wanitapun dihadapanku, aku
Teresa Tylor, dokter cantik yang menjadi sahabat Shia itu kini sedang duduk kursi taman Parkland memorial hospital. Beberapa menit yang lalu Shia menelponnya dan mengatakan bahwa gadis itu akan mengunjunginya. Entah ada masalah apa lagi yang Shia lakukan, karena Erika yakin bila Shia mengujunginya pasti sesuatu yang buruk menimpa gadis itu. Sama sepertinya dirinya yang mengunjungi Shia ke Milan untuk melarikan diri“Teresa”Suara panggilan itu membuat Teresa menoleh. Di depannya sesosok lelaki dengan perawakan tampan itu berdiri dengan tatapan datarnya. “Damien..” Teresa bergumam, tubuhnya sedikit bergetar mengingat perbuatan pria itu yang mematahkan lengan kanannya.“Kau tidak merindukanku Teresa?” Ucap Damien lirih. Secara tiba-tiba pria itu mendekat kearah Teresa dan memeluknya. Teresa meronta mencoba melepaskan pelukan Damien. Tidak bisa dipungkiri jika Teresa merindukan pria itu, bagaimanapun perasaan cintanya pada Damien
“Oh yaa. Max perkenalkan ini sahabatku Shia dan Shia ini kenalanku Max” Ucap Teresa membuat Max kembali menatap Shia yang seperti sedang menyelidikinya “Shia, senang bertemu denganmu” Shia mengulurkan tangannya. Max menatap tangan itu. apakah tidak masalah dia menjabatnya saat di sudut taman itu ada sepasang mata yang menyorotnya tajam “Max” Akhirnya Max menjabat tangan Shia, hanya sebentar karena dia yakin jika bossnya itu akan langsung memotong tangannya jika berani menyentuh Shia lebih lama lagi “Kudengar kau bertemunya di Boston. Jadi apa urusanmu di Dallas, Max?”Tanya Shia penuh selidik membuat Max sedikit gugup “Aku sedang menjenguk temanku disini” Ucap Max bohong “Dimana ruang temanmu?” “Ada di lantai tiga. Ngomong-ngomong aku harus pergi sekarang, jam makan siang sudah habis” Akhir Max, pria itu tersenyum pada Teresa dan mengusap kepalanya pelan. “Jangan sedih lagi. panggil aku kapanpun kau butuh” Ucapnya sambil menyerahkan sebuah kartu nama Shia berdecih dan mengalihk
Dante menjatuhkan tubuh Shia pada ranjang lebarnya. Kondisi Shia dalam pakaiann yang berantakan membuat Dante menyeringai lebar. Sorot matanya bertambah gelap tatkala melihat dada Shia yang bergerak naik turun saat bernafas. Terlebih gaun gadis itu memang mengekspos pundak indahnya Cantik, Indah dan Menawan Dante menyeringai persisi seperti hewan buas kelaparan lalu membawa hidungnya bergerilya disekitar leher mulus milik Shia. Dante mengamati Shia dari jarak yang sangat dekat. Melihat wajah tirus dengan bibir ranum yang selalu dicobanya setiap ada kesempatan. Dante menggeram, membayangkan jika sekali saja menghantam Shia dengan keras. Membuat gadis itu penuh dengan dirinya, hanya dirinya. “D-dante..” Shia menghela napas gugup, tatapan Dante benar-benar berbahaya Pelan-pelan Dante menempatkan jari-jari besarnya membelai rambut Shia, membawa sejuntai surai coklat panjang itu mendekati hidungnya kemudian menghirup dalam-dalam aroma shampoo yang Shia gunakan. “You drive me Crazy, li
Raut wajah Shia menjadi polos, dia perlahan membuka kemeja Dante. Semakin banyak kulit Shia menyentuh Dante, Shia merasa sedikit puas namun sayangnya hal itu tidak membiarkan rasa membakar didalam tubuhnya hilang.Shia melepaskan seluruh pakainnya, membuat Dante meneguk salivanya begitu melihat tubuh polos indah Shia yang membuat manik abunya menggelap.“Buka semua pakaianku little tigriss. Buang semua yang menghalangimu menyentuhku” Pinta Dante dengan suara seraknya. Shia menatap Dante linglung. Suara Dante membuat akan sehatnya lenyap tak tersisa. Tangannya kini beralih membuka sabuk celana Dante. “Faster little tigriss..” Gerakan Shia yang lambat dan terlihat bingung itu benar-benar menguji kesabaran Dante.Dengan cepat Dante bangun lalu membuka seluruh pakaiannya. Keduanya dalam kondisi tanpa busana sekalipun. Melihat Dante yang seperti itu membuat Shia semakin merasa panas, matanya tertuju pada satu titik, sebuah batang besar panjang dan terlihat keras yang menempel di selangkang
Pukul 3 dini hari, mata abu-abu Dante masih setia menatap Shia yang terbaring dipelukannya. Tanpa bisa di tahan bibirnya mengulas tersenyum lebar.Netra Dante menangkap banyaknya jejak percintaannya yang ia tinggalkan dikulit Shia. Rencananya untuk membuat Shia menyerah akhirnya berhasil. Wanita itu sudah berada di pelukannya, menjadi miliknya.Darah Dante berdesir, tangannya bergerak seringan buku menelusuri tubuh Shia. Betapa bahagianya Dante saat tau jika dirinyalah yang pertama untuk Shia. Shia masih murni dan belum ternoda, ada kepuasaan bagi Dante, perasaan menggebu itu membangkitkan hasratnya untuk mengurung Shia dan tidak membiarkan orang lain melihatnya. Jiwa posesifnya semakin menyeruak kuat, Dante ingin memiliki Shia hanya untuk dirinya.Dante sengaja memarahi Shia dan mengancam Shia, semua itu bagian dari rencananya termasuk memasukan obat perangsang dalam coklat hangat yang Shia minum, membuat gadis itu terbakar gairah dan menyerangnya.Dante bangun dari ranjang. Dia meng
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata