Bunyi dentuman musik terdengar dengan keras, lantai dansa dipenuhi oleh para manusia. Di setiap sudut tempat itu terdapat sepasang pria dan wanita yang saling beradu, entah itu bercumbu ataupun kegiatan lainnya yang menaikkan eksistensi gairah mereka. Seorang pria rupawan melangkah masuk, mengambil alih seluruh atensi wanita-wanita penghibur. Meskipun dia menggunakan masker, para wanita itu tetap menatap dengan penuh minat pada pria itu. Mereka berlomba memperbaiki penampilannya dan mendekat. Mengikutinya masuk menuju sebuah ruangan menuju tempat lain. Tujuan pria itu bukanlah Club yang dia masuki namun Casino yang berada di ruang bawah tanah. Sebuah tempat berjudi sekaligus transaksi yang biasa dilakukannya. “Kenapa tuan lama sekali tidak kesini?” tanya seorang wanita dengan nada dibuat imut. Dari pertanyaannya itu dapat disimpulkan bahwa mereka sudah pernah berjumpa dengan pria bermasker itu. “Benar. Apa tuan tidak merindukan sentuhan saya?” Salah satu wanita dengan pakaian ketat
Teresa melangkah mendekati Shia yang melilit tubuhnya dengan selimut, dokter cantik itu menyerahkan segelas coklat panas untuk Shia. “Apa yang membuatmu begini?” Teresa bertanya hati-hati, tumben sekali seorang Arshia mengunjunginya ditengah malam dan meminta menginap “Ada seseorang yang selalu mengawasiku” Shia tetap bisa berbicara dengan nada datar. Teresa segera mendekati Shia dengan mata membulat sempurna “Siapa?” Tanya Teresa dengan nada menuntut “Jika aku tau orangnya pasti aku tidak akan berada disini sekarang” Jawab Shia sambil menyeruput coklat panas buatan Teresa Keheningan terjadi selama beberapa menit, mata biru Shia menatap kearah Teresa yang terlihat ingin berbicara namun ragu-ragu. “Katakan saja” Ucap Shia yang berhasil membuat Teresa gelagapan “Jadi.. begini.. Apa kau bisa meminta Alex untuk membantuku” Teresa bergumam pelan “Ada hal yang kusembunyikan darimu..” Lanjut Teresa Shia meletakan gelas diatas nakas, dia menatap Teresa dengan seksama, menunggu kelanjut
Hari ini adalah hari yang paling tidak Shia inginkan dan hari yang dia harapkan tidak akan pernah datang yaitu hari pertunangannya. Pesta itu akan diadakan di Milan, bertempat di mansion Clarikson dan akan dimulai tepat pukul tujuh malam. Shia menatap ruang tengah mansion yang secara tiba-tiba berubah menjadi taman bunga putih. Tatapannya beralih menuju seluruh penjuru ruangan. Para pelayan bergerak kesana-kemari, terlihat sibuk dengan urusannya sendiri. Penjaga gerbang yang bisanya berada dipos depan kini menggelar sebuah karpet merah ditangga, tak jauh dari tempatnya berdiri sambil mengamati. Lalu ia menatap kearah Bastian, yang terlihat sedang memberi perintah pada beberapa pelayan, Bastian tersenyum tipis ketika menatapnya bertemu dengan Shia. “Nona..” Seru Bastian dengan langkah mendekati Shia “Selamat atas pertunangan anda” Tambah Bastian. Shia tersenyum tipis “Belum ada cincin yang melingkari jariku, jadi aku belum bertunangan” Balas Shia, Bastian mengulas senyum tipis. Bar
Shia melangkah setapak demi tapak menuruni tangga, Ia dapat merasakan tatapan semua orang tertuju padanya. Bibirnya berusaha mengulas senyum tipis. Tak ada yang menyadari bahwa senyuman yang diberikannya adalah senyuman canggung. Pandangannya tertuju pada sosok yang dikenalnya, Lyran Kingston menatapnya dengan mata yang penuh binar kekaguman. Shia tersenyum tipis lalu beralih pada pasangan paruh baya disebelah Lyran, Mr dan Mrs Kingson, Shia menyimpulkan. Setelah berada dianak tangga terakhir, Shia berjalan menuju George dan Robert yang terlihat bersama berbincang dengan Mr dan Mrs Kingson. Netra biru Shia kemudian beralih pada Mrs Kingston, wanita paruh baya yang terlihat awet muda. Dia menggunakan dress simple panjang berwarna hitam. Wanita itu sangat cantik, sekarang Shia tau dari mana wajah sempurna milik Lyran didapatkan. Shia tersenyum tipis ketika netra keduanya bertatapan. Irena tersenyum ketika Shia melangkah mendekat ke arahnya. “Arshia Clarikson” sambut wanita itu dengan
“Kau terlihat akrab dengan Mrs Kingston” ucap George pada Shia. Saat ini keduanya berjalan menyapa para tamu dengan senyum sekedar formalitas. “Aku cocok dengannya” balas Shia cuek. “Sayang sekali aku tidak punya ibu yang bisa akrab dengan mu tapi jika kau mau aku bisa membuat mu menjadi seorang ibu?” Goda George yang bercampur dengan candaan gelapnya. “Aku tidak tertarik” “Coba pikirkan lagi, mungkin saja kau akan berubah pikiran lain kali” Tawar George “Mau ku pikirkan seribu kali pun pikiran ku tetap tidak akan berubah” ketus Shia. “Ngomong-ngomong gaun itu cocok untuk mu” “Oh tentu, tapi kenapa tidak kau pesankan aku mini dress sekalian” Ucap Shia sambil tersenyum miring. “Aku sudah memesannya tapi hanya akan digunakan untuk malam pernikahan kita” “Pervert!” Ting! Dentingan gelas mengambil atensi mereka. Shia menatap Robert yang mengambil posisi di depan tangga. Meminta atensi dari seluruh tamu yang hadir malam ini. Pria paruh baya itu mengucapkan terima kasih dan memper
Kedatangan pria rupawan yang merupakan putra pertama keluarga Kingson sontak membuat seluruh tamu undangan di mansion itu terkejut, Pria rupawan itu mengedarkan padangannya ke seluruh penjuru ruangan mencari sosok pujaan hatinya namun sampai sekarang dia tidak menemukan sosok yang menjadi alasannya datang ke sini dan selama itu juga ia menemukan banyak wanita yang curi-curi pandang ke arahnya. Bahkan menggoda dirinya secara terang-terangan. “Apa yang kau cari Dante?” Ucap Irena dengan nada menggoda pada putranya yang terlihat berbeda malam ini. “Tanpa ku katakan pun, mom juga sudah tau” dengus Dante “Hmm…Ngomong-ngomong putraku terlihat berbeda malam ini” godanya lagi. “Lebih tampan kan” ucap Dante percaya diri “Berhenti menggoda istriku.” Ucap Jason tak terima “Aku berbicara dengan ibu ku, bukan menggoda istrimu!” “Zedante Algheri Kingston!” “Yes, that’s me” Irena menghela nafas frustasi. Jason yang posesif pada istrinya dan putranya yang suka sekali menjahili pria posesif it
“Aww” Shia meringis ketika pria itu menggigit bagian atas dadanya. Spontan Shia mendorong Dante dan melotot tajam. Dante menjauhkan tubuhnya namun tidak melepaskan pelukannya.“Apa yang kau lakukan, bastard!”“Sekarang, tidak ada alasan bagi mu untuk menolak menggunakan jas milik ku” Ucapnya dengan senyum remeh.Dante menatap ke arah dada Shia begitupun dengan Shia yang mengikuti arah pandangan Dante. Shia menatap bekas gigitan pria itu. Bercak kemerahan terlihat di kulit putihnya.“Terkutuk! Kuharap kau pergi saja ke neraka!” Shia mengumpat berusaha menutupi jejek kemerahan yang Dante tinggalkan pada dadanyaSedangkan didepan Shia, Dante hanya menyeringai dengan sombong, sebuah kebanggaan baginya meninggalkan tanda di tubuh Shia. “Pilihan ada dua, gunakan jas milik ku atau biarkan mereka melihat tanda ku di tubuh mu”Shia berdecak. Ia mendorong Dante dan pelukan itu terlepas. Sepertinya Dante memeng sengaja melepaskan Shia. Shia melepas kepangan rambutnya. Mengurai surai coklat itu u
Shia membuka matanya perlahan. Tangannya terulur mengusap kepalanya berdenyut sakit. Lalu turun pada tubuhnya yang terasa pegal.Netra birunya menatap tubuh yang kini terbalut oleh gaun tidur berwarna putih sedikit transparan, lebih nyaman dibandingkan gaun pertunangan nya semalam yang kekurangan bahan.Shia bertanya-tanya apa ada seorang penculik yang memperlakukan sandranya dengan istimewa seperti ini, kamar luas dan wangi, ranjang yang sangat luas dan empuk. Padahal berdasarkan pengalaman Shia, penculikan itu adalah sesuatu yang agak mengerikan dan menyakitkan, bukannya kenyamanan dia justru mendapatkan siksaan.Seingat Shia, dia dibius oleh sekelompok pria tak dikenal, Shia sempat berpikir jika mungkin yang menculiknya adalah musuh Robert seperti biasa, tapi begitu mengingat seorang pria dengan masker hitam itu mendekatinya dan terlihat berbicara dengan para pria berseragam hitam itu, Shia bisa menyimpulkan jika mereka bukanlah musuh Robert.“Shia” Merasa terpanggil, Shia menoleh
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata