Kyle mondar-mandir di ruangannya yang luas dalam penthouse yang dia tinggali dengan sesekali melihat jam tangan.Keningnya berkerut dalam sebelum kemudian duduk di pinggir ranjang sambil menyugar rambutnya dengan gelisah."Ke mana dia?"Ini sudah lewat pukul sembilan malam, tapi Luana belum juga datang ke penthouse miliknya padahal mereka berdua sudah saling berjanji untuk tinggal di sini selama satu minggu."Apakah sesuatu terjadi padanya?" gumam Kyle, gelisah. Tadi Kyle sudah bertanya kepada Rion dan Rion memastikan bahwa Luana sudah pulang dari kantor, tapi kenapa gadis itu tak kunjung datang ke sini?Bukankah dia sudah membawa satu koper dan ditaruh di salah satu kamarnya ini? Kenapa tak ke sini?Kyle benar-benar gelisah, teringat kembali bagaimana tadi siang dengan wajah sendu Luana meminta untuk membatalkan pernikahan."Apa aku susul saja?"Kyle mondar-mandir dengan gelisah. Ingin rasanya Kyle memerintahkan bodyguard untuk menjemput Luana di mana pun dia sekarang berada dan me
Sambil menunggu Luana naik lift menuju tempat dirinya sekarang berada, Kyle berbaring miring sambil tersenyum sendiri.Lalu... Ting.Bunyi lift terdengar dan ...."Tuan! Bagaimana luka Anda?!"Suara nyaring seorang gadis memenuhi ruangan, Kyle segera terduduk saat melihat gadis yang kini memakai celana hitam dan kemeja merah muda tersebut berlari ke arahnya dengan mata berkaca-kaca.Di tangannya ada kantong kresek yang dia tebak merupakan obat-obatan.Senyum Kyle melebar saat melihat gadis itu duduk di sampingnya dengan raut khawatir, napasnya sedikit memburu mungkin karena dia berlari sebelum ini."Kamu tuh nggak berubah, ya. Tetap!saja paling nggak bisa kalau dipancingndengan hal seperti ini," bisik Kyle dalam hati seraya menyentuh pipi Luana yang putih dan indah. Berbeda dengan Kyle yang menikmati wajah Luana yang datang untuknya saat ini, Luana meraih tangan Kyle di pipinya dan menatap dengan kening berkerut."Astaga! Kenapa Anda membiarkan luka seperti ini tanpa mengobatinya, T
"Tuan!"Pekikan kecil dari mulut Luana tidak membuat Kyle berhenti untuk kembali menempelkan bibirnya ke bibir ranum gadis itu. Kyle menyentuh tengkuk Luana dan kembali menghadiahi bibir gadis itu dengan kecupan ringan, kecupan itu kini beralih ke pipi dan lehernya."Inilah ekspresi jujur dari wajahku, Luana."Setelah mengatakan hal itu, Kyle sekali lagi melayangkan kecupan di bibir dan pipi Luana. "Ihhhh."Luana mendorong kepala Kyle menjauh, membuat pria tersebut sedikit mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi kecewa."Kamu nggak suka aku ciumin kamu, Lun?" tanyanya kecewa dengan wajah sedih seperti seseorang yang ditolak cintanya.Luana yang merasa tidak enak dengan perubahan suasana hati Kyle segera meng-klarifikasi ucapannya."Bukan tidak suka.... "Dia menatap Kyle dengan malu-malu, sementara Kyle mengejarnya dengan tak sabar."Tapi?"Luana menutup mukanya dengan kedua tangan dan menggeleng."Maluuu."Tingkahnya tersebut membuat Kyle. makin gemas sehingga merengkuh gadis mungil
Mendapat tatapan keheranan dari Kyle, tiba-tiba Luana merasa sangat gugup."I-iya, daging mentah. Bukankah kamunmakan daging mentah biasanya?"Gadis itu bertanya dengan takut-takut."Sejak kapan aku makan daging mentah, Lun? Maksudmu sushi?"Pertanyaan Kyle segera dijawab dengan gelengan oleh Luana, dia ragu-ragu melanjutkan ucapannya."Bukan... bukan sushi. Tapi daging ... mmm, bukankah kamu makannya d-daging yang langsung d-darinsumbernya tanpa diolah?"Kyle semakin mengerutkan kening atas pertanyaan Luana yang terasa berputar-putar tersebut, dia berpikir keras akan maksud ucapan gadis mungil yang kini mengatupkan mulutnya karena takut salah itu."Apa maksudmu? Astaga! Kamu pikir aku ini binatang buas atau apa, ha?""Anda.. ehm, maksudnya makhluknseperti kamu, bukankah makan daging mentah seperti langsung 'happp' gitu?"Luana mempraktekkan bagaimana seseorang dengan taring memakan seonggok daging dengan bar-bar yang membuat Kyle begitu terkejut.Dia hanya menggeleng-geleng dan mena
Luana tak sanggup menjawab, hanya bisa menelan ludah dan memandang makanan lezat di depannya. Tiba-tiba semua makanan yang tadi terlihat sangat menggugah selera, kini jadi terasa hambar. Dia sudah tidak berselera lagi melanjutkan makan, padahal biasanya porsi makan gadis mungil ini sangat banyak. Melihat keraguan di wajah Luana, Kyle.meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya seraya meremas lembut. "Ini demi masa depan hubungan kita, Lun. Aku nggak bisa menundanya lagi selain malam ini sebelum semuanya menjadi kacau," jelas Kyle dengan lembut. Apa yang dia maksud kacau adalah jika terus menunda untuk memberi tahu Luana bahwa beberapa hari lagi gadis itu sudah harus pindah kerja. Kyle tidak mau jika Luana mendengar berita kepindahannya dari orang kantor atau staff lain, yang pastinya hanya akan menimbulkan kesalahpahaman baru di antara mereka. Namun, sepertinya Luana memikirkan hal lain. "Aku benar-benar takut menghadapi masa depan, Kyle," ungkap Luana dengan jujur.
"Membuat anak? Apa maksudmu, Luana?" Kening Kyle berkerut saat menanyakan hal itu, membuat Luana seketika tergagap karena tak mengira akan mendapat reaksi seperti itu dari Kyle. Bukankah dia memaksa Luana menginap karena pria itu tak sabar untuk...? Ah, apakah dia salah? "Eh, itu... itu ... bukankah kamu menyuruh aku menginap karena nggak sabar ingin membuat anak denganku, Kyle?" Kyle tampak terbengong-bengong mendengar pertanyaan dari Luana tersebut, mereka saling berpandangan dalam diam. Luana berdehem satu kali untukmenyembunyikan pipinya yang merona merah. "M-memangnya apalagi tujuan kamu.selain itu? Kamu ... bukannya ingin me-menghabiskan malam yang panas denganku karena itu menyuruh untuk menginap di sini?" Luana benar-benar malu saat menanyakan hal itu, sementara Kyle yang kini paham arah pembicaraannya, menepuk pelan keningnya. "Astaga, kamu ini wajahnya kayak polos tapi diam-diam suka berpikir kotor juga, ya, Luna? Aku bahkan nggak berpikir.ke arah situ, Lu
"Kita akan melakukan hal lain," bisik Kyle dengan tatapan menggoda.Dia membaringkan Luana di atas ranjangnya yang empuk sedang dia sendiri berada di atas Luana dengan kedua tangan sebagai tumpuan.Jarak antara wajah mereka hanya beberapa centimeter meter saja, Luana bisa merasakan embusan napas Kyle yang hangat, sehingga jantungnya berdebar kencang.Kyle mendekatkan wajahnya sehingga hidung mereka saling bersentuhan, lalu pria itu mengarahkan bibirnya ke dekat telinga Luana. "Apakah saat ini jantungmu berdebar sangat kencang, Lun?"Bisikan rendah di samping telinganya membuat Luana menggigit bibir bawah seraya mengangguk pelan.Ini benar-benar serangan yang sangat dahsyat untuk jantungnya, di mana seorang pria teramat tampan sedang berada di atas tubuhnya.Pria ini benar-benar membuat Luana gila! Bibirnya yang tipis tapi seksi itu menyeringai nakal sehingga semakin menguatkan aura hot dari dalam dirinya.Aroma musk dari tubuh Kyle membuat jantung Ahra semakin terpacu, selain dadan
"Terserah!" Luana menggeleng-geleng sambil menutup telinga dengan kedua tangan dan tetap menolak untuk melihat Kyle. Kyle tidak berputus asa, dia menarik pelan tangan Luana dari telinganya, semakin mendekatkan tubuhnya sehingga tubuh dan dada mereka saling menempel untuk menciptakan kedekatan, lalu meraih tangan gadis mungil itu untuk mencoba menjelaskan kesalahpahaman yang sekarang menerpa mereka hanya karena sebuah kalimat yang diucapkan oleh Kyle tadi. "Aku tadi bilang belum siap, bukan karena aku nggak bakal bertanggung jawab atas semua tindakan aku ini, Luana." Kyle mulai berbicara saat dia yakin bahwa Luana sudah mulai mau mendengarkan ucapannya, meski tetap berbaring membelakangi dirinya. Pria itu menarik napas panjang dan bertekad untuk berbicara jujur kepada Luana tentang keanehan cairan kental miliknya tersebut. Dia mengecup pelan ujung rambut Luana dan berkata. "Aku minta maaf karena telah menyinggung perasaanmu, aku benar-benar nggak bermaksud seperti yang kamu kir
Kyle tersenyum lebar sambil berbaring miring dengan satu tangan sebagai bantal sedang tangan yang lain membelai pipi Luana. "Terima kasih banyak, ya, Lun." Senyum pria itu begitu cerah dengan.mata berbinar-binar, wajahnya segar seperti orang yang baru saja mendapatkan jackpot. Luana balas menggenggam tangan Kyle yang berada di pipinya dan mengangguk sambil tersenyum manis. "Sama-sama." Memang seperti tidak masuk di akal,.tapi apa yang dikatakan oleh Kyle benar. Luana adalah obat yang amat sangat manjur untuk dirinya secara harfiah. Setelah Kyle seperti biasa meminta Luana untuk 'membantunya' dengan segala sentuhan dan keindahan tubuh sang gadis agar cairan kental milik Kyle bisa keluar, perlahan-lahan luka di tubuh Kyle pun membaik. Bahkan bibirnya yang tadi sedikit lebam kebiruan kini terlihat baik-baik saja. Hanya tersisa sedikit warna merah di ujung bibir pria tersebut. Luana mengulurkan tangan dan mengelus rambut Kyle dengan penuh kasih sayang. "Aku senang lihat kamu sem
"Jadi bagaimana? Apakah aku salah?" tanya Luana dengan gelisah. Kyle mengusap lembut pipi gadis itu untuk menghilangkan kekhawatiran di matanya sebelum kemudian menarik napas panjang. "Kamu nggak salah. Yang salah itu Jasmine," jawab Kyle. "Astaga, Jasmine benar-benar keterlaluan! Bisa-bisanya Jasmine mengarang hal seperti itu, dia benar-benar harus dienyahkan," geram Kyle dengan kesal. "Apa yang dia katakan benar-benar nggak masuk akal, bayi monster yang memakan daging manusia? Kenapa nggak sekalian memakan beruang atau serigala?" Pria itu menyugar rambutnya dan tertawa hambar dan berakhir dengan senyum pahit saat lagi-lagi tahu bahwa Jasmine yang tadi siang dia beri ampunan ternyata telah menyebar berita buruk seperti ini tentangnya. Gadis itu benar-benar sampah! Kyle harus mencari kesempatan untuk melenyapkan dirinya diam-diam, agar tidak terus mengganggu kehidupannya seperti sekarang. "J-jadi semua yang dikatakan Jasmine utu salah?" Ragu-ragu Luana memberanikan diri unt
"Kamu tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang, Kyle?" Luana justru balik bertanya sehingga Kyle byang tadi sudah pasrah menunggu apa pun jawaban gadis itu akhirnya menatap wajah sang gadis dengan raut penasaran. "Apakah kamu memaki-maki aku dalam hati karena merasa dibohongi, Luana?" Pria itu bertanya dengan was-was, sementara Luana malah menggeleng sambil tersenyum tipis. "Entah kenapa, aku merasa justru ini hal bagus untuk kita, Kyle. Aku pun... sebenarnya sejak siang tadi terus berpikir bahwa suatu hari kamu mungkin akan meninggalkan aku jika aku mengandung benihmu," ungkap Luana dengan jujur. Itulah yang terus menghantuinya sejakmsiang semenjak mendengar ucapan Jasmine di toilet tadi. Terbayang jelas di ingatan masa kecilnya, bagaimana sang ibu yang suka membenturkan kepala ke tembok saat stress melanda dirinya yang berujung memukuli Luana karena merasa bahwa Luana adalah sumber dari segala ketidak bahagiaan yang dialaminya. Luana tidak ingin menjadi wanita seperti sang ib
"Terserah!" Luana menggeleng-geleng sambil menutup telinga dengan kedua tangan dan tetap menolak untuk melihat Kyle. Kyle tidak berputus asa, dia menarik pelan tangan Luana dari telinganya, semakin mendekatkan tubuhnya sehingga tubuh dan dada mereka saling menempel untuk menciptakan kedekatan, lalu meraih tangan gadis mungil itu untuk mencoba menjelaskan kesalahpahaman yang sekarang menerpa mereka hanya karena sebuah kalimat yang diucapkan oleh Kyle tadi. "Aku tadi bilang belum siap, bukan karena aku nggak bakal bertanggung jawab atas semua tindakan aku ini, Luana." Kyle mulai berbicara saat dia yakin bahwa Luana sudah mulai mau mendengarkan ucapannya, meski tetap berbaring membelakangi dirinya. Pria itu menarik napas panjang dan bertekad untuk berbicara jujur kepada Luana tentang keanehan cairan kental miliknya tersebut. Dia mengecup pelan ujung rambut Luana dan berkata. "Aku minta maaf karena telah menyinggung perasaanmu, aku benar-benar nggak bermaksud seperti yang kamu kir
"Kita akan melakukan hal lain," bisik Kyle dengan tatapan menggoda.Dia membaringkan Luana di atas ranjangnya yang empuk sedang dia sendiri berada di atas Luana dengan kedua tangan sebagai tumpuan.Jarak antara wajah mereka hanya beberapa centimeter meter saja, Luana bisa merasakan embusan napas Kyle yang hangat, sehingga jantungnya berdebar kencang.Kyle mendekatkan wajahnya sehingga hidung mereka saling bersentuhan, lalu pria itu mengarahkan bibirnya ke dekat telinga Luana. "Apakah saat ini jantungmu berdebar sangat kencang, Lun?"Bisikan rendah di samping telinganya membuat Luana menggigit bibir bawah seraya mengangguk pelan.Ini benar-benar serangan yang sangat dahsyat untuk jantungnya, di mana seorang pria teramat tampan sedang berada di atas tubuhnya.Pria ini benar-benar membuat Luana gila! Bibirnya yang tipis tapi seksi itu menyeringai nakal sehingga semakin menguatkan aura hot dari dalam dirinya.Aroma musk dari tubuh Kyle membuat jantung Ahra semakin terpacu, selain dadan
"Membuat anak? Apa maksudmu, Luana?" Kening Kyle berkerut saat menanyakan hal itu, membuat Luana seketika tergagap karena tak mengira akan mendapat reaksi seperti itu dari Kyle. Bukankah dia memaksa Luana menginap karena pria itu tak sabar untuk...? Ah, apakah dia salah? "Eh, itu... itu ... bukankah kamu menyuruh aku menginap karena nggak sabar ingin membuat anak denganku, Kyle?" Kyle tampak terbengong-bengong mendengar pertanyaan dari Luana tersebut, mereka saling berpandangan dalam diam. Luana berdehem satu kali untukmenyembunyikan pipinya yang merona merah. "M-memangnya apalagi tujuan kamu.selain itu? Kamu ... bukannya ingin me-menghabiskan malam yang panas denganku karena itu menyuruh untuk menginap di sini?" Luana benar-benar malu saat menanyakan hal itu, sementara Kyle yang kini paham arah pembicaraannya, menepuk pelan keningnya. "Astaga, kamu ini wajahnya kayak polos tapi diam-diam suka berpikir kotor juga, ya, Luna? Aku bahkan nggak berpikir.ke arah situ, Lu
Luana tak sanggup menjawab, hanya bisa menelan ludah dan memandang makanan lezat di depannya. Tiba-tiba semua makanan yang tadi terlihat sangat menggugah selera, kini jadi terasa hambar. Dia sudah tidak berselera lagi melanjutkan makan, padahal biasanya porsi makan gadis mungil ini sangat banyak. Melihat keraguan di wajah Luana, Kyle.meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya seraya meremas lembut. "Ini demi masa depan hubungan kita, Lun. Aku nggak bisa menundanya lagi selain malam ini sebelum semuanya menjadi kacau," jelas Kyle dengan lembut. Apa yang dia maksud kacau adalah jika terus menunda untuk memberi tahu Luana bahwa beberapa hari lagi gadis itu sudah harus pindah kerja. Kyle tidak mau jika Luana mendengar berita kepindahannya dari orang kantor atau staff lain, yang pastinya hanya akan menimbulkan kesalahpahaman baru di antara mereka. Namun, sepertinya Luana memikirkan hal lain. "Aku benar-benar takut menghadapi masa depan, Kyle," ungkap Luana dengan jujur.
Mendapat tatapan keheranan dari Kyle, tiba-tiba Luana merasa sangat gugup."I-iya, daging mentah. Bukankah kamunmakan daging mentah biasanya?"Gadis itu bertanya dengan takut-takut."Sejak kapan aku makan daging mentah, Lun? Maksudmu sushi?"Pertanyaan Kyle segera dijawab dengan gelengan oleh Luana, dia ragu-ragu melanjutkan ucapannya."Bukan... bukan sushi. Tapi daging ... mmm, bukankah kamu makannya d-daging yang langsung d-darinsumbernya tanpa diolah?"Kyle semakin mengerutkan kening atas pertanyaan Luana yang terasa berputar-putar tersebut, dia berpikir keras akan maksud ucapan gadis mungil yang kini mengatupkan mulutnya karena takut salah itu."Apa maksudmu? Astaga! Kamu pikir aku ini binatang buas atau apa, ha?""Anda.. ehm, maksudnya makhluknseperti kamu, bukankah makan daging mentah seperti langsung 'happp' gitu?"Luana mempraktekkan bagaimana seseorang dengan taring memakan seonggok daging dengan bar-bar yang membuat Kyle begitu terkejut.Dia hanya menggeleng-geleng dan mena
"Tuan!"Pekikan kecil dari mulut Luana tidak membuat Kyle berhenti untuk kembali menempelkan bibirnya ke bibir ranum gadis itu. Kyle menyentuh tengkuk Luana dan kembali menghadiahi bibir gadis itu dengan kecupan ringan, kecupan itu kini beralih ke pipi dan lehernya."Inilah ekspresi jujur dari wajahku, Luana."Setelah mengatakan hal itu, Kyle sekali lagi melayangkan kecupan di bibir dan pipi Luana. "Ihhhh."Luana mendorong kepala Kyle menjauh, membuat pria tersebut sedikit mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi kecewa."Kamu nggak suka aku ciumin kamu, Lun?" tanyanya kecewa dengan wajah sedih seperti seseorang yang ditolak cintanya.Luana yang merasa tidak enak dengan perubahan suasana hati Kyle segera meng-klarifikasi ucapannya."Bukan tidak suka.... "Dia menatap Kyle dengan malu-malu, sementara Kyle mengejarnya dengan tak sabar."Tapi?"Luana menutup mukanya dengan kedua tangan dan menggeleng."Maluuu."Tingkahnya tersebut membuat Kyle. makin gemas sehingga merengkuh gadis mungil