Gaess maaf banget keliru naruh bab, untuk bab 180 masih ditinjau tunggu sampai lolos tinjau besok yaaa, sekali lagi maaf kalo seakan-akan jadi dobel isi antara bab 180 dan 182. tunggu diloloskan editor besok yaa
"Tidak, aku tidak pernah suka diperlakukan kasar," sanggah Jeany, cepat. "Kapan kamu akan jujur padaku? Hmm?"Richard menggerakkan tangannya lebih rendah dan menggigit lebih keras. Jeany merasa terpelintir dan mengerang kesakitan."Jangan terlalu dekat dengan pengacara bajingan itu."Richard tib-tiba berkata sambil menggigit putingnya dan Jeany terkejut dengan penyebutan Claude yang tiba-tiba ini."Jawab aku, Jeany."Richard menggeram dengan nada tegas. Ketika Jeany masih tidak merespons, dia menarik puting wanita itu lebih keras, meregangkan dan memelintirnya dengan menyakitkan seperti adonan."Hmph, ah, oke. Oke!"Jeany akhirnya berhasil berbicara, merasa malu dan tidak nyaman.Hanya ketika Richard akhirnya berhasil membuat Jeany melontarkan kata-kata yang dia inginkan, barulah pria itu melepaskan putingnya yang merah dan bengkak. Area yang dicengkeram terasa mati rasa dan dingin. Dia pria yang mesum.Di punggung Jeany, p*nis Richard kembali mengeras. Jeany mencoba mengabaikannya
"Main-mainnya aku rasa cukup sampai sini, Dante. Sampai kapan kamu terus menerus jadi bodoh karena wanita rendahan itu?"Suatu pagi, nyonya Rosalie tiba-tiba muncul di depan rumah Jeany saat Richard hendak pergi keluar. Mengatakan itu dengan sinis dan tangan terlipat di dada. Sudah sebulan sejak Richard tinggal bersama Jeany di rumah kecil ini, hubungan keduanya mulai membaik meski Jeany kadang-kadang menyebutkan perceraian mereka. Richard segera menutup pintu depan begitu melihat ibunya datang, menghalangi wanita itu bertemu Jeany. Untuk melindungi istrinya. Saat ini Jeany sedang berada di dalam kamarnya, tertidur pulas. Jadi Richard merasa aman saat harus berkonfrontasi dengan ibunya di sini. "Wanita bodoh? Justru di mataku ibulah yang wanita bodoh di sini," balas Richard dengan senyuman dingin. Ekspresinya yang begitu dingin mengejutkan nyonya Rosalie, pasalnya, selama ini sang putra tak pernah memperlihatkan sikap tak sopan seperti itu padanya. "Kamu...!"Tangan nyonya Rosal
"Richard.... "Jeany yang akhirnya bangun dari pingsan, menatap suaminya yang sedang tertidur sambil memegangi tangannya, dengan ekspresi bersalah.Dia tadi tidak sengaja mendengarkan percakapan Richard dengan ibunya, Jeany merasa sangat terharu saat mendengar bahwa Richard sudah mengetahui semuanya dan di saat seperti itu, Richard bahkan masih berpihak padanya. Meski dalam sebulan ini Richard kadang-kadang bermain kasar dengannya saat bercinta, Jeany kini menyadari perasaan tulus laki-laki tersebut. Jeany merasa perasaannya begitu campur aduk saat mendengar bahwa Richard bahkan rela dicoret dari ahli waris ibunya dengan mempertahankan Jeany, sehingga wanita itu pun jatuh pingsan. Lalu saat mendapati suaminya yang kini juga menunggu dirinya di sini, Jeany merasa sangat terharu sampai matanya berkaca-kaca. "Jeany?"Richard rupanya sadar bahwa istrinya sudah bangun, sehingga membuka mata. Jeany memegang tangan Richard, menatap suaminya dengan mata basah dan membisikkan kata maaf.
"Please, carikan. Ya? Ya, Rich? Kamu kan sanggup melakukan apa pun, masa membawakan harimau padaku saja tidak bisa?"Jeany menyatukan kedua tangannya dengan ekspresi meminta tolong, bibirnya yang sedang cemberut itu sangat lucu sehingga membuat Richard gemas. "Hmm, bagaimana kalau besok kita mencarinya di kebun binatang?" tawar Richard, yang langsung dijawab Jeany dengan gelengan. "Hah? Kebun binatang? Tidak mau, bau," tolak Jeany, seraya menutup hidungnya. Semenjak hamil, indra penciuman Jeany benar-benar luar biasa, dia sangat sensitif dengan aroma apa pun. Bahkan aroma irisan buncis di dapur yang jaraknya jauh dari kamar Jeany pun bisa membuat Jeany muntah-muntah. "Lalu bagaimana? Haruskah kita ke taman Safari? Aku akan menyewa taman itu sehari hanya khusus untukmu sehingga kamu bisa dengan puas melihat harimau yang mengaum," tawar Richard lagi. Namun, tawaran itu segera dibalas Jeany dengan gelengan. "Tidak, tidak. Aku tidak mau ke mana-mana. Aku hanya ingin berbaring santa
Mendengar perintah tegas bosnya, Kyle mau tak mau tentu saja merasa kebingungan."B-Bos? Anda sedang memberi perintah serius atau bercanda?" tanya Kyle, memberanikan diri. Kyle yang mendapat perintah seperti itu, tentu saja sangat keheranan. "Aku serius."Jawaban tegas Richard, membuat Kyle semakin kebingungan. "Tapi.... di mana ada harimau yang seperti itu, Tuan?" tanya Kyle lagi, yang dibalas Richard dengan endikan bahu. "Entahlah. Cari saja sampai ada. Istriku sedang ngidam. Katanya kalau tidak dituruti perutnya akan terasa sangat sakit. Jadi tolong cari saja dan kabari aku secepatnya," jawab Richard sambil menyukai rambutnya, merasa frustasi dengan permintaan Jeany "Ah? Baiklah kalo begitu, Tuan."Mau tak mau, Kyle pun menyanggupi perintah Richard dan langsung membentuk tim khusus pencari harimau sesuai deskripsi di setiap kebun binatang atau penangkaran dan di mana saja. Namun, misi itu ternyata tak semudah yang dibayangkan. Setiap dibawakan satu Harimau yang menurut tim p
Mendengar saran tiba-tiba dari Kyle, yang tampaknya sudah sangat putus asa mencari ke mana lagi harimau yang diinginkan istri bosnya, Ryuka sahabat Richard tertawa terbahak-bahak. "Sepertinya dia benar, Dante. Mungkin selama ini kamulah yang dianggap Jeany sebagai harimau!" gelak Ryuka, tak bisa menahan tawanya lagi. Richard menatap Kyle dengan tatapan dingin dan berkata dengan tegas. "Kyle, keluar dari ruanganku!""M-maafkan saya, Bos!"Kyle membungkukkan badannya meminta maaf sebelum berjalan tergesa-gesa keluar ruangan, sedangkan Ryuka masih tertawa. "Dante, kenapa kamu tidak ikuti saja ide bawahanmu, siapa tahu benar, kan?""Ryuka, kamu juga keluar!" usir Richard, yang membuat Ryuka tertawa lagi. "Oke, oke. Tenangkan dirimu, Dante. Tapi kuharap kamu memikirkan ide bawahanmu tadi," ucap Ryuka dengan ekspresi geli, tak bisa membayangkan bagaimana seorang Dante Richardo yang begitu penuh kuasa dan dominan, memakai cosplay hewan harimau. Sebelum Richard semakin marah, Ryuka terb
"Astaga! R-Richard... kamu... kamu kenapa?"Malam itu, Jeany menunggu suaminya Richard pulang seperti biasa dan dia dibuat sangat terkejut oleh penampilan sang suami ketika pulang ke rumah.Dia... dia memakai topeng harimau! Bukan hanya topeng harimau biasa, tapi benar-benar seperti bentuk kepala harimau lengkap dengan loreng lorengnhay, sehingga orang-orang yang tidak tahu mungkin akan mengira bahwa dia manusia berkepala harimau. "Apa yang.... "Jeany tak sanggup melanjutkan ucapan. Wanita itu mundur satu langkah dengan ekspresi ketakutan, khawatir jika tingkahnya ini adalah kode bagi dirinya dari Richard, untuk tidak main-main dengan ketua mafia seperti dirinya, yang beberapa waktu terakhir, Jeany repotkan masalah harimau mengaum. Reflek, Jeany yang tegang, memegang perutnya yang mulai sedikit buncit dengan ekspresi takut saat melihat Richard, Jeany semakin mundur sebagai bentuk perlindungan diri. "Ada apa... apakah ini bentuk protesmu, Rich? M-maafkan aku kalau selama ini tida
"S-suka?"Jeany membeo dengan ekspresi bingung, sangat tak mengerti kenapa Richard berpikir bahwa dia akan suka melihat suaminya memakai kostum harimau. "Iya, bukannya ini yang kamu inginkan, Jeany?"Richard mengangguk dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia tak mengerti alasan kenapa Jeany malah ketakutan melihat dirinya memakai kostum harimau. "Ya, aku pikir kamu akan suka saat melihat aku dandan jadi harimau. Karena... yah, menurutmu apa ada harimau yang ganteng dan wangi? Semua wajah harimau sama. Jadi aku... aku kira kamu sedang membicarakan tentang sebuah metafora," jawabnya lagi, sambil memeluk Jeany karena merasa bersalah telah membuat sang istri ketakutan. "Metafora di mana kamu yang kumaksud sebagai harimau, apakah begitu?" tanya Jeany, keheranan dengan kesimpulan suaminya. Richard mengangguk lagi. Tanpa ragu. "Ehm, ya. Aku sebenarnya tidak berpikir sampai situ sih awalnya, tapi—"Richard itu tampak ragu-ragu mengucapkan alasan kenapa dia memiliki ide memakai kostum
"K-kalian sudah membayar setengah pada siapa?" tanya Luana dengan suara bergetar, berusaha mengusir prediksi buruk yang muncul di kepalanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Siapa lagi? Tentu saja Venus dan Julia. Mereka yang udah menjual kamu ke kami dengan harga mahal karena kamu masih perawan!" jawab salah satu dari mereka sambil tertawa terbahak-bahak.Mendengar kenyataan yang sangat pahit itu, Luana langsung berteriak dan memberontak sekuat tenaga."T-tidak! Aku tidak tahu hal ini! Sungguh! Tolong lepaskan aku! Aku akan mengembalikan uang kalian, tapi jangan sentuh tubuhku!" teriaknya. Luana terus memberontak saat tubuhku di angkat ketiga orang itu dan dilempar ke atas tempat tidur, gadis itu juga segera beringsut ke pojok dan memeluk lututnya dengan ketakutan saat melihat tiga pria yang mendekatinya dengan tatapan bernafsu."Kamu bisa menggantikan uang itu tiga kali lipat? Kalau iya, jumlahnya menjadi segini."Seorang lelaki yang berhasil naik ke atas ranjang dan memeluk t
Sementara itu.... "Apa di sini tempatnya?"Luana yang sudah sampai di motel yang dimaksud oleh Julia, dia mendadak ragu untuk melangkah masuk. Entah kenapa gadis itu tiba-tiba merasakan sebuah firasat buruk."Sebenarnya paket apa ini? Apa sejenis obat-obatan terlarang?" gumam Luana, memandang paket yang kini ia pegang.Luana saat ini bahkan tak bisa menghubungi Venus ataupun Julia, karena sebelum berangkat tadi, Julia bilang bahwa dia perlu menyimpan ponsel milik Luana agar tidak mengganggu pekerjaan."Haaaa, apa aku sedang dijebak? Tapi, itu nggak mungkin, kan?"Luana mulai menggigit bibir bawah, memandang motel yang kata Julia, ia harus ke sini untuk mengantarkan barang yang kini ia pegang.Melihat tempatnya yang sedikit tersembunyi, entah mengapa luana jadi semakin yaakin bahwa yang dia pegang sekarang adalah paket obat obatan terlarang."Tapi gimana kalo enggak? Kak Venus pasti akan sangat kecewa ke aku," gumam Luana, yang sangat takut jika nilainya jatuh di depan Venus.'Baikl
Julia tersenyum lebar sambil menepuk pundak Luana."Yep. Percayalah padaku, aku ini teman yang pintar membantu teman yang butuh bantuan.""Makasih banyak, Julia. Aku nggak nyangka kamu ternyata sebaik dan setulus ini."Julia tertawa mendengar ucapan Luana tersebut dan menggelengkan kepala seakan tak begitu suka dipuji."Sudahlah jangan diungkit-ungkit lagi. Sekarang, seperti yang kuperintahkan. Antar barang ini ke motel yang kusebut, jangan sampai lupa nomor kamarnya, oke?""Aku cukup memberikan benda ini padanya, kan?"Luana bertanya sekali lagi untuk memastikan, dia tak ingin pekerjaan pertamanya berakhir dengan kegagalan."Ya. Itu benar. Katakan bahwa kamu gadis yang dikirim Julia."Luana mengangguk, mengingat-ingat ucapan Julia tersebut."Baik, aku tidak akan mengecewakanmu, Julia.""Selamat bekerja!"Julia menyemangati Luana yang mulai berjalan keluar menuju taksi yang dipesan oleh Julia.Luana melambaikan tangan dan tersenyum, sementara Julia memandang kepergian Luana dengan eks
"Siapa si bangsat yang berani ngelakuin ini?!"Mata Kyle tentu saja membelalak lebar saat melihat foto siapa yang saat ini sedang dipajang Julia untuk melakukan open BO.Itu adalah foto Luana.Luana nya! "Bajingan! Belum ada seminggu dia gak gue awasin, udah kayak gini aja?!"Marah, Kyle berdiri sambil menggebrak meja.Kemarahan Kyle terasa sampai ubun-ubun melihat foto Luana terpajang di aku media sosial Julia dan sedang melakukan open BO."Sial, siallll!"Kyle tentu saja ingin bertanya langsung pada Luana apakah dia benar-benar melakukan ini, atau hanya dijebak Julia atau Venus.Namun, Kyle tentu saja tak bisa menghubungi Luana secara langsung karena nomornya telah diblokir oleh gadis itu."Ahhh, kenapa di saat kayak gini, sih!!!" dengus Kyle, mengacak rambutnya. Setelah menenangkan diri beberapa saat, Kyle sangat yakin jika Luana tak mungkin melakukan hal itu, jadi hanya tersisa pilihan kedua, yaitu, Julia atau Venus telah menjebaknya."Sialaaaannn!!! "Kyle merasa sangat ingin p
Julia, yang dikenalkan Venus pada Luana sebagai teman kuliah, sekarang memang mulai tinggal di rumah Venus.Sejujurnya Luana sering merasa cemburu dengan kedekatan mereka, tapi ia tak berani bilang karena takut dijauhi Venus.Luana sendiri juga iri pada Julia yang sepertinya sudah menjadi wanita mandiri di usia muda, sehingga merasa ingin menyainginya.Luana tak tahu apa pekerjaan Julia, tapi dia sering keluar malam bersama Venus. Venus selalu menjawab bahwa dia mengantar Julia bekerja saat ditanya oleh Luana. "Lu, kamu pengen kerja? Kerja apa?" tanya k Venus, yang dijawab Luana dengan anggukan."Kerja sampingan apa aja terserah, kak Venus bisa nggak nyariin aku pekerjaan? Misalnya kerjaan yang sama dengan kak Venus dan Julia," jawab Luana, menyembunyikan niat aslinya, yang tak ingin kalah dengan Julia.Venus langsung mengangguk dengan wajah ceria. Luana sendiri merasa lega bukan main karena sepertinya Venus tak curiga dengan niat asli Luana. "Hmm, aku akan mengusahakan segalanya
"Anaknya mafia itu udah nggak pernah masuk sekolah lagi, ya?""Hah, mungkin di matanya sekolah kita cuman taman bermain jadi dia masuk dan bolos seenaknya.""Hush! Jangan keras-keras. Kalau kedengeran mata-matanya gimana?"Anak-anak di kelas Luana mulai menggosipkan Kyle yang suka sekali bolos sekolah setelah beberapa kali Kyle tak tampak pergi ke sekolah. Semenjak kejadian malam itu, Kyle memang sudah tak pernah masuk sekolah lagi. Wajar jika beberapa orang mulai membicarakannya.Hubungan Luana dengan Kyle juga benar-benar hancur, Luana dan Kyle tak pernah berciuman lagi, tapi bukan berarti Luana bisa berhenti begitu saja mengontrol efek kutukannya.Sekarang cara yang digunakan Kyle cukup ekstrem, di mana dia hanya akan datang pada Luana dengan sangat terpaksa dan Luana menusuk ujung jariku dengan jarum, lalu darah yang menetes dari sana akan dia minum.Prosesnya tidak menyakitkan, tapi yang paling menyakitkan adalah, Kyle kini sudah tak pernah berbicara apa pun padanya. Begitu bi
Tanpa menjawab dan alih-alih menangkup kedua gundukan yang sudah mengencang di depannya, Kyle hanya membelainya sekilas dengan pandangan rumit.Dia tercenung beberapa detik di depan dada Luana yang terbuka lebar sebelum kemudian jemarinya dengan lihai mengancingkan kembali kancing baju gadis itu dari bawah ke atas, setelah dengan lembut mengembalikan buah dada Luana ke dalam bra-nya.Gerakan Kyle masih lembut ketika mengangkat tubuh sang gadis dari pahanya dan mendudukkan di sampingnya, membuat kedua mata Luana melebar karena shock dengan perubahan besar ini, sampai mukanya pun memerah seperti kepiting rebus saking malunya.Ditambah lagi saat Kyle memilih tak menatap dirinya dan hanya membuang pandang ke jendela sambil menopang dagu."Gue udah kehilangan minat."Kyle mengatakan itu dengan suara pelan, beberapa detik kemudian. "Hah?"Ucapan pelannya itu tentu saja sukses membuat Luana benar-benar seperti terjatuh dari ketinggian, mukanya yang memerah pun semakin merah sehingga tak s
"Lun, lo tau nggak kira-kira kenapa ada sisa bau Venus di tubuh lo?" Sekali lagi Kyle mengulang pertanyaan kenapa ada aroma Venus di baju sehingga netra Luana bergetar sedikit karena tak mampu memberi jawaban yang memuaskannya. Luana benar-benar tidak sedang dalam kondisi bisa berbohong sambil tersenyum sekarang, tidak ketika seluruh tubuhnya memanas secara tak jelas begini. Seperti mengetahui kelemahan Luana, Kyle mengelus dengan lembut pinggang sang gadis yang terbalut kemeja tipis, lalu mendekatkan hidung mancungnya ke badan Luana, sambil memejamkan mata dia mengendus pelan. "Baunya jelas banget, kenapa ya? Bilang ke gue coba, ini cuma parfum yang sama, kan? Tolong jawab gitu," ucapnya. Meski nadanya sangat tenang, Luana tahu jika ada aura mengancam di dalamnya. Luana tidak menggeleng atau mengangguk, hanya menatap wajah tampan teesebut dalam diam. Nadanya menyakitkan, sehingga Luana takut, jika salah menjawab maka semua akan berubah fatal. Beberapa detik kemudian, karena
"Cara apa?" Bodohnya Luana malah bertanya. Tak sadar bahwa Kyle sedang menjebaknya. "Biar nggak kedinginan kita harus mengeluarkan keringat, kan? Nah, ada cara yang mudah dan efektif serta menyenangkan, mau coba?" Kyle mengatakan dengan ceria, tampak sedikit bersemangat. "Emang gimana?" Luana yang masih tak paham maksud Kyle, bertanya lagi. "Begini." Seperti sudah tak sabar, Kyle segera mencondongkan badan ke arah gadis itu, lalu tanpa ba-bi-bu menempelkan bibirnya ke bibir Luana. Untuk mencegah Luana melarikan diri, dia mengunci belakang kepala Luana dengan tangannya lalu memasukkan lidahnya ke dalam mulut gadis itu. "K-Kyle...!" Mata Luana terbelalak lebar. Sensasi manis lollipop yang tadi dimakan Kyle, menyebar di seluruh mulut Luana, rasa hangat bibir Kyle dan rasa permen yang dia makan seakan melebur jadi satu di dalam mulut gadis itu. Kyle semakin mencondongkan badannya sehingga dada mereka saling menempel, melanjutkan sentuhan bibirnya ketika tak mendapat pen