Aziya memandang takjub kilau manik yang tertata begitu apik dalam belahan dada rendah gaun pengantin berwarna putih bersih yang kini ia kenakan.Hampir-hampir ia lupa bahwa dulunya ia sudah pernah berdiri di pelaminan dengan gaun pengantin yang indah juga. Tapi ini sangat berbeda, gaun yang dipakainya membuatnya seperti manekin cantik dan mengagumkan.Aziya berputar mencari bagian mana yang dirasa kurang sesuai, tapi karyawan butik itu mengikuti semua gerakan Aziya yang mungkin kuatir terjadi sesuatu pada gaun itu."Ini sangat indah, aku belum pernah melihat yang lebih indah dari gaun ini," gumam Aziya lalu yang dibalas senyuman oleh sang pegawai."Tentu saja, desainer pakaian ini juga bukan orang sembarangan," jawab pegawai wanita itu dengan ramah. "Tuan Galih meminta kami desain terbaik dan termewah, saya rasa anda adalah wanita yang spesial."'Spesial? Spesial apanya?' batin Aziya menggerutu dalam hati.Aziya mematut dirinya di cermin, setidaknya ia bisa mencoba gaun mewah seperti
Celine ikut tertawa, memang benar Galih adalah orang yang sangat detil dalam segala sesuatu. Akan tetapi apakah ia juga begitu teliti dalam urusan wanita sehingga membiarkan wanita sekelas Aziya mendekati hidupnya?"Oh ya, kau benar, mungkin aku harus meneliti lagi laporan dari bawahanku dan aku akan melihat mungkin saja kompensasi itu tidak perlu," kata Tuan Feng lagi."Hmm, terserah saja.""Oke. Dan selanjutnya aku ingin bertanya padamu, apakah hubunganmu dengan Celine baik-baik saja? Maksudku... aku mendapatkan sebuah video skandal antara kamu dengan seorang tukang sapu di perusahaanmu, aku berharap kau berhati-hati dalam rumor bawahanmu yang akan mencoreng nama baikmu, selesaikan dengan baik masalah ini."Galih menautkan alisnya, tidak mengerti rumor apa yang dimaksud bahwa ada skandal antara dirinya dengan tukang sapu juga."Rumor seperti apa? Skandal"Tuan Feng menyerahkan sebuah video pada Galih, video saat ia memangku Aziya di perusahaan.Sementara itu Guntur berada di balik t
"Apa maksudmu?""Sudah, jangan banyak bertanya, ini sangat penting untuk kita bicara berdua saja, cepat!" desak Galih.Aziya beringsut pelan keluar dari apitan kedua anaknya, ia juga tak mengerti kenapa Galih harus berbicara dengannya malam-malam begini.Setelah berhasil keluar dari kamar anaknya, Aziya berdiri di hadapan Galih."Baik, apa yang akan kita bicarakan malam-malam begini? Dimana kita akan bicara?"Akan tetapi raut wajah Galih justru terlihat mencurigakan. Ia tersenyum-senyum dan berkata, "Aku sangat lapar, bisakah kau membuat untukku semangkuk mie instan?" katanya kemudian."Hah?".jawab Aziya malah melongo. "Bukankah banyak maid yang bisa membuatkan makanan untukmu? Apa kata orang tuamu kalau aku harus melayanimu malam-malam begini?""Hei, tenanglah, mereka tidak akan tahu kalau kamu nggak berisik. Ayolah, aku sudah sangat lapar."Galih terdiam, ia mengingat sebuah kisah dibalik mie instan itu dan masih terasa sangat menyakitkan. Kenangan itu hampir saja membuatnya terkubu
Tak mengerti dengan apa yang dikatakan Galih, wanita itu hanya menatap pria itu dengan tersenyum."Kalau seseorang membuatmu alergi, kau bisa menghindarinya supaya tidak berbahaya untukmu," begitu jawab Aziya."Enggak juga. Konsep itu tidak selalu benar. Aku memilih untuk mendekat dan melihat reaksinya. Ternyata tidak terlalu buruk. Sepertinya aku malah semakin suka."Senyuman Galih membuatnya berpikir kalau pria itu sedang membicarakannya. Benar bukan, Galih pasti sedang membicarakan soal bagaimana ia harus menerima kontrak dan kebencian karena dendam di masa lalu. Apakah berarti Galih sudah memaafkan dirinya dan semua masa lalunya?"Benarkah? Tapi bukankah alergi bisa kambuh sewaktu-waktu?""Entahlah, aku juga tidak bisa memastikan. Aku hanya perlu menjalani rencana hidupku, itu saja."Aziya menautkan alisnya. Sifat egoisme Galih masih sama, ia tidak perduli dengan perasaan orang lain.'Lalu bagaimana dengan perasaanku? Kau tidak pernah perduli kalau mungkin aku adalah orang yang te
Aziya sangat terkejut dengan perlakuan Galih. Ia sudah sangat ketakutan kalau sampai terlalu banyak kontak fisik seperti ini.Ini terlalu berat untuknya."Aku memaafkan kamu kali ini, tapi esok hari kau tidak bisa melakukannya lagi sebagaimana yang telah kita sepakati bersama di dalam perjanjian kontrak," tegas Aziya.Ia harus mengatakan ini untuk dirinya, meskipun jujur ia mulai menyukai sikap Galih yang posesif padanya. Hanya saja itu tidak boleh sering terjadi atau suatu saat ia akan kecewa."Hmm, ini hanya pelukan ringan, orang akan berpikir lain kalau kita tidak melakukannya."Aziya tak bisa menjawab, terlebih beberapa tamu undangan mendekati mereka untuk mengucapkan selamat. Tentu saja mereka harus bersikap netral seolah pasangan yang bahagia..Tak lama kemudian mereka juga dikejutkan dengan kehadiran Reza dan Davina. "Selamat ya, Pak." ujar Reza menyelamati"Oh, baik, terimakasih. Bagaimana dengan kalian, kapan mau menikah?" tanya Galih dan Aziya hanya melirik sekilas obrolan
Aziya sungguh merasa Galih sangat egois. Memang benar masa lalunya sangat menyakitkan, namun ia telah mengakhiri perasaan itu dan berusaha melupakan semuanya demi kedua anaknya.Terlepas bagaimana sulitnya terlepas dari semua itu, masalah terbesarnya saat ini justru terletak pada pernikahan palsu yang telah mereka lakukan.Ia bersedia karena uang!Ia butuh uang untuk keluarganya, untuk orang tuanya dan juga untuk anaknya. Ia bersedia melakukannya karena ia butuh uang untuk hidup layak dan menepis harapan kehidupan percintaan atau apapun itu demi masalah hidupnya tidak semakin terpuruk.Dan memprovokasi Reza bukanlah target hidupnya. "Apakah membuat mereka tersudut membuatmu puas? Bahkan dengan segala cara, sebenarnya semua ini hanyalah untuk sebuah dendam karena kecelakaan itu?!""Hei, kenapa kamu sangat marah? Aku berdiri sebagai suami yang membela kamu, atau sebenarnya... kau masih mencintai laki-laki brengsek itu?!" kali ini Galih justru bersikap marah pada Aziya.Dari sudut yang
"Apa maksud ibu aku telah kembali? Apakah dulu aku memang suka bercanda dan tidak seperti mas Galih? Oh, aku bersyukur ternyata aku tidak menakutkan," celoteh Guntur namun hal itu malah membuat Gala menatapnya kesal.Dia sangat takut dan benar-benar takut jika Guntur yang dulu justru kembali.Akan tetapi tentu saja ia tidak akan merusak suasana pagi ini."Sebenarnya kita dulu tidak akrab, dan aku lebih suka dengan kamu yang sekarang," jawab Galih dengan tersenyum tipis, mengenang bagaimana dulu mereka sering bertengkar dan bersitegang. Mereka tidak pernah cocok dalam segala hal, terlebih setelah Guntur tahu bahwa sebenarnya dirinya adalah anak adopsi dari sebuah rumah sakit."Benarkah? Pasti ada sesuatu yang membuat kita sangat berbeda pendapat. Bisakah kau mengatakan padaku apa yang tidak kamu suka dariku dulu?""Sudahlah Guntur, kau hanya perlu menjadi dirimu apa adanya saja. Toh semua itu akan kembali alami dan ingatanmu akan kembali secara bertahap. Dokter mengatakan tidak boleh m
"Tapi kami juga masih baru menikah, kami baru saja mau membicarakan soal bulan madu dan tidak tergesa-gesa memiliki anak. Bukankah begitu, Aziya?"Aziya terkesiap, menatap Galih dan juga ibu mertuanya bergantian. Jangankan berbulan madu, berbincang soal pribadi pun jarang mereka lakukan.Sering kali percakapan mereka hanyalah percakapan yang canggung antara atasan dan bawahannya, tidak lebih.Tapi bersandiwara mungkin tidak ada salahnya."Uhm, iya Bu, kamu baru mau berencana bukan madu. Soal anak masih belum dipikirkan...""Apa kubilang, Bu. Kami masih mau santai, tidak diganggu dengan urusan anak. Kalau Guntur mau menikah dan memiliki anak terlebih dahulu, ya sudah biar saja dia menikah.""Jangan begitu, Galih. Ibu akan sabar menunggu, akan tetapi akan lebih baik kalau Aziya banyak beristirahat, terlebih dia pernah mengalami cedera."Galih hanya mengangguk lalu ia berkata pada Aziya."Kalau begitu, kita akan mempercepat untuk cuti bulan madu. Bagaimana kalau besok?""Besok?" katanya
"SELAMAT DATANG.... SELAMAT MALAAAMMM!"Suara riuh mengejutkan Aziya luar biasa. Bahkan suara keras dan teriakan itu secara bersamaan semua yang ada di situ.Aziya terpaku dalam keterkejutan.Ia melihat semua orang ada di sana. Ada kedua orang tuanya, ada juga kedua orang tua Galih dan juga Guntur dan Celine.Begitu juga Deo dan istrinya juga bibi Elena.Sementara ketiga anaknya terbaring di dalam ranjang kecil di sudut ruangan. Mereka seperti baru saja berpesta karena banyak sekali bekas makanan dan camilan di beberapa meja hidangan. Tentu saja semua ini membuat Aziya menitikkan air matanya.Iapun melempar tas miliknya secara asal dan menghambur memeluk kedua orang tuanya sambil menangis haru.Ia juga memeluk kedua orang tua Galih dengan deraian air mata juga.Haru dan juga rasa rindu membuatnya ingin menangis sejadi-jadinya. Dan akhirnya iapun menyalami Guntur dan memeluk Celine sebagai ungkapan betapa bahagianya ia saat ini bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang ia sayangi.
Aziya memutar kepalanya, menatap ke arah pria yang terkonsentrasi dalam mengemudi. Jalanan memang lengang, tapi ada beberapa lubang yang dalam perbaikan sehingga butuh konsentrasi."Kecuali?""Kecuali kau yang meminta perceraian terjadi.""Apakah Azga adalah tujuanmu untuk mengatakan semua ini? Untuk mengambilnya dariku?" sergah Aziya panik."Aziya, apa aku sekejam itu padamu?" jawab Galih bersamaan dengan gerakan lambat mobil tersebut dan roda yang berdecit tiba-tiba."Jawablah, apakah aku berharap perpisahan? Berapa kali aku mengatakannya? Aku selalu bilang bahwa kau harus kembali, tidak akan ada pertanyaan menjijikkan seperti itu, Aziya!""Tapi...""Jika kau mencintai Azga, kau juga tidak bisa memisahkan dia dariku."Aziya lagi-lagi kalah telak dengan ucapan Galih. Apakah hatinya telah meleleh bahkan di tengah malam yang dingin ini?Tiba-tiba secara tidak langsung kehadiran Galih membuatnya merasa hangat, membuatnya merasa hidup.Ia bisa merasakan detak jantungnya yang mulai bersem
"Mana kutahu, sejak tadi cuma sambutan tapi belum juga kelihatan siapa orangnya," balas Aziya.Galih hanya tersenyum dan melihat ke arah podium. Acara sambutan masih dilangsungkan, dan iapun harus bersikap lebih terhormat karena sambutan itu memang untuk dirinya.Pembicaraan terputus setelah sebuah nama disebutkan."Mari kita perkenalan direktur muda baru kita malam ini. Beliau adalah Bapak Galih Purnama yang berasal dari Jakarta... mohon kehadirannya di podium...."Aziya yang mendengar hal itu langsung membelalakkan saking terkejut."Ka-kau...""Demi putraku, aku akan disini untuk kalian, Aziya," bisik Galih pada Aziya sejenak sebelum pria itu pergi menuju podium.Aziya masih gagap tak percaya. Bagaimana mungkin Galih mengatakannya. Bagaimana mungkin dia harus menjadi bawahan Galih untuk yang kedua kalinya."Oh tidak, apakah ini cuma mimpi?" gumamnya.###Setelah berlalu acara penyambutan tersebut Aziya masih belum bisa percaya. Ia telah terperangkap sekuat ini dalam kehidupan Galih
Arkan hanya memandang wanita itu tergesa berlari ke ruangannya, sementara itu Galih memandang dari sudut tersembunyi di dalam ruangan itu juga.Arkan menghampiri Galih."Kau harus berterimakasih kepadaku setelah ini," katanya memberikan ultimatum."Ah, bilang saja kamu nggak bakal memenangkan kompetisi ini, sehingga kau menyerahkan kekalahan mu sebelum memulai.""Jangan gila, kau punya anak darinya, aku tidak akan membuatnya semakin menderita hanya karena kalian berebut anak. Soal perasaan Aziya, apa kau mau coba aku merayunya?"Galih langsung mendelik, "Jangan coba-coba! Jangan pernah!"Arkan hanya nyengir melihat Galih ketakutan. Ia tak menyangka, lelaki yang terkenal wibawa dan piawai dalam bisnisnya ini hanya jatuh karena Aziya.Tuan Alfonso sangat mengakui kehebatan Galih sehingga ketika mereka membuat rencana menempatkan Galih di salah satu posisi perusahaan tersebut, pria tua itu samasekali tidak menolak. Itu karena kehebatan Galih memang tidak diragukan.Akan tetapi saat disen
"Aku sungguh tak mengerti apa yang kau pikirkan, memangnya aku bisa apa?""Tentu saja kau sangat bisa. Kau bahkan lebih baik dariku sekarang ini, aku bisa mengandalkan kamu tanpa ragu lagi, bukankah begitu?" kata Galih.Barulah Guntur mengerti bahwa Galih bermaksud menyerahkan tanggung jawab perusahaan kepadanya. Dan itu bukan masalah ringan karena semua akan mengalami kendala tanpa kehadiran Galih."Apa kau gila? Demi perempuan itu?""Hei, ayolah, demi aku, ya?""Tidak, aku juga punya tanggung jawab lebih besar sekarang ini, istriku sedang hamil, aku tidak mau membuatnya menderita karena sibuk dengan pekerjaan," ujarnya seolah menolak mentah-mentah kemauan Galih."Ayolah, aku tidak akan melupakan kebaikanmu, Hmm? Kau harus melakukannya demi kita bersama, oke?""Tidak mau, aku tidak yakin untuk kepentingan bersama, apalagi yang lebih penting sekarang adalah Celine, aku tidak perduli padamu," ejek Guntur semakin membuat Galih kesal.Akan tetapi akhirnya Guntur tidak bisa mengelak karen
Putranya itu makin tersenyum aneh. Raut wajahnya menyimpan sesuatu yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Bahagia, haru dan entah apalagi yang membuat ayah ibunya penasaran. "Apa yang sebenarnya kau dapatkan di sana? Kau seperti kesurupan," kata ayahnya mengomentari sikap aneh putranya."Iya, ini juga merasa aneh dengan tingkahmu. Ada apa sih sebenarnya?"Lagi Galih tersenyum, menunjukkan sikap senang dan bahagia."Anak Aziya... namanya Azga, anak itu sangat mirip denganku, wajahnya... matanya... rambutnya...""Tunggu, kau bicara apa? Apa kaitannya dengan wajah anak Aziya dengan kemiripannya denganmu?" sang Ayah mulai punya firasat sesuatu.Begitu juga ibunya yang terlihat kebingungan dan menautkan alisnya."Apa maksudmu? Apa kalian tidak sekedar punya kemiripan? Astaga, apakah itu mungkin?" kata sang ibu terkejut sendiri.Galih mengangguk menunjukkan ucapan kedua orang tuanya benar, dugaan mereka benar meskipun itu hanya sekedar pengakuan Aziya."Dia tidak menikah atau menjal
"Tidak, aku tidak setuju, kau bisa saja menganggap itu bukan masalah. Akan tetapi bagaimana bisa seorang anak lahir tanpa sebuah ikatan pernikahan? Setidaknya suatu hari sang anak harus tahu bagaimana rupa ayah yang sebenarnya. Aku ingin kau melakukan test DNA untuk memastikannya."Galih merenungi ucapan Leo. Mungkin ada baiknya ia melakukannya, memastikan apakah itu darah dagingnya atau bukan, meskipun itu semua tidak akan mengubah segalanya. ###Keesokan harinya Galih menemui Aziya.Ia sangat penasaran dan sangat berharap Aziya memberikan kesempatan untuknya bersama lagi apapun yang terjadi."Aziya... jelaskan padaku, kenapa kamu melakukan semua ini sehingga kau menghadapinya seorang diri semuanya. Aku ingin kau tahu bahwa semua ini begitu sulit bagiku," tanya pria itu sementara Aziya duduk di hadapannya dengan tertunduk.Aziya pun tahu, semua itu sulit bagi semuanya, untuknya juga. Akan tetapi waktu tidak mungkin terulang kembali. Apapun yang Galih ucapkan untuk menyalahkan diriny
Mata Galih membola, setelah mencerna apa yang baru saja ia dengar dari penjelasan Aziya."Maksudmu... kau tidak menikah tapi memiliki anak?""Uhm... maaf, itu...""Tunggu, katakan padaku, Aziya!" Aziya membeku, keringatnya sudah menetes di tengkuknya. Telapak tangannya mengeluarkan keringat dingin karena cemas.Sementara itu tangan Galih mencengkram pundak Aziya menuntut penjelasan. Akan tetapi wanita itu diam seribu bahasa."Ada apa denganmu? Kenapa kamu diam?"Ketegangan terlihat diantara mereka sehingga Azga melihat mereka dengan ketakutan. Bocah itu menangis dan merengek menyaksikan Aziya dibentak sedikit kasar.Galih menoleh, melihat ke arah bocah yang menangis itu sementara hatinya bercampur aduk tak menentu. Ia menatap atas pola wajah bocah itu dan tatapan matanya, seolah mengenali garis wajahnya berada di sana.Aziya menangis, lalu iapun melepaskan diri dari Galih, ia merasa sangat sedih saat ini, akan tetapi iapun merasa lega karena Galih telah tahu maksud dan arah pembicar
Seolah Galih bisa tahu apa yang dirasakan wanita itu. Pria itu seperti tidak pernah putus asa untuk mengejarnya. Aziya bisa merasakan, meskipun Galuh berusaha bersikap hormat untuk menghargainya sebagai istri orang lain, Aziya bisa merasakan betapa Galih mencintainya."Kenapa kau berkata begitu?" jawab Aziya lemah."Karena aku melihat kamu tidak bahagia, Aziya. Jujur, aku merasa sakit dan tidak adil, aku tidak bisa melepaskan begitu saja jika kau seperti ini," kata Galih kemudian."Sama sepertiku, aku tidak bisa mencintai wanita lain setelah berpisah denganmu, dan maafkan aku karena terpaksa mengatakan semua ini, tapi itulah yang terjadi. Aku datang bukan karena tanpa tujuan... itu semua karena aku belum bisa melepaskan kamu bersama orang lain."Aziya tercenung dalam pikirannya yang kalut. Ia berfikir Galih telah bahagia bersama Isabella. Ya, ia pergi dengan hati yang perih di malam itu karena rasa cemburunya yang tak tertahankan. Ia merasa tidak percaya diri dan direndahkan oleh suam