Dengan perasaan yang bercampur aduk, akhirnya Cristian mengantarkan Cleo sampai di depan sebuah rumah yang megah bak istana. Mobil Cristian berhenti di depan pagar rumah mewah itu dan beberapa orang penjaga langsung menghampirinya. “Maaf, Tuan, apa ada yang bisa kami bantu?” tanya salah satu penjaga dengan sangat ramah. “Aku ingin bertemu Tuan Morgan,” jawab Cristian dan melirik ke arah Cleo. Penjaga itu melihat sekilas pada gadis kecil yang duduk di kursi penumpang. Sesaat darahnya berdesir karena menganggap bahwa Cleo sangat mirip dengan wanita yang dibawa oleh tuannya kemarin. Namun, saat menatap sekali lagi gadis kecil itu juga terlihat mirip dengan tuannya. “Apa dia ada?” tanya Cristian seolah sengaja membuyarkan lamunan si pria penjaga. “A-ada, Tuan. Apa Anda sudah membuat janji dengan Tuan Morgan?” jawab penjaga itu dengan sedikit gugup dan kemudian bertanya lagi. “Dia yang memintaku datang ke sini bersama dengan gadis kecil ini.” “Kalau begitu, silakan masuk, Tuan. Penj
Morgan masih duduk di kursi dalam ruangan kerjanya dan merenungi semua perkataan Christian tadi. Morgan merasa semua yang Cris katakan cukup masuk akal, mengingat bagaimana Vallen tidak merespon bahkan tidak mengingat siapa dirinya sama sekali. Hal yang sangat membuat Morgan marah dan ternyata semua itu karena ia mengalami cidera pada kepalanya dan harus kehilangan ingatannya. Namun, sekali lagi Morgan menolak untuk berbelas kasih pada wanita itu meski ia sedang dalam keadaan lupa ingatan. “Aku tidak akan mengasihanimu hanya karena kau sedang lupa ingatan, Vallen! Kau sudah menghancurkan hatiku dan hampir saja menghancurkan hidupku. Aku tidak akan membuat hidupmu berjalan dengan mudah.” Morgan bergumam sendiir di tempat duduknya dan memandang pada layar besar yang menampilkan sosok seorang ibu dan anak perempuannya. Di dalam kamar mewah itu, Vallen terlihat cantik dengan balutan gaun mahal yang memang sudah disediakan oleh para pelayan di mansion itu. Tentu saja semua itu atas perin
Leo masih duduk berhadapan dengan Morgan saat ini. Namun, tempat duduk mereka sudah pindah ke sebuah mini bar yang ada di mansion Morgan itu. Keduanya saling memegang sebuah gelas yang berisi win terbaik yang dikoleksi oleh Morgan selama bertahun-tahun belakangan ini. Sebenarnya, Leo merasa sangat canggung dalam posisi ini dan tidak pernah ia bayangkan bahwa akan ada hari di mana ia dan Morgan duduk satu meja dan minum win bersama. Setelah bertahun-tahun ia menjadi pesuruh Morgan, inilah kali pertamanya momen itu terjadi. “Tuan, Anda sudah cukup banyak minum sejak tadi. Sebaiknya aku antarkan Anda kembali ke kamar,” ucap Leo memberikan saran pada Morgan yang memang sudah terlihat sangat mabuk saat ini. Entah sudah berapa gelas win yang ia habiskan sejak duduk di mini bar itu sejak sejam yang lalu dan Leo tidak melihat tanda-tanda bahwa ia akan berhenti minum saat ini. Tentu saja hal ini membuat Leo sedikit takut karena bagaimanapun juga kesehatan Morgan adalah yang terpenting baginy
“Mami … kenapa Mami melamun?” tanya Cleo saat melihat Vallen menatap pada luar jendela dengan tatapan kosong. Vallen yang mendengar pertanyaan putrinya itu pun langsung tersentak dan berjongkok untuk memeluk Cleo. Hatinya terasa sakit, saat membayangkan Cleo akan mengetahui seberapa kejamnya lelaki yang mengurung mereka saat ini. Namun, sampai detik ini Morgan memang tidak pernah menyakiti Cleo. Setidaknya masih ada sedikit hati nuraninya yang tersisa pada gadis kecil itu. “Mami sedang memikirkan bagaimana caranya kita bisa keluar dari tempat mengerikan ini, Sayang,” bisik Vallen pada putrinya dengan sangat lembut sambil mengelus rambut panjang Cleo yang terurai. “Apakah ini sarang monster?” tanya Cleo lagi dengan nada polos khas anak anaknya itu. “Ini adalah rumah seekor monster yang sangat ganas dan suka memakan daging manusia,” jawab Vallen lagi pada putrinya. “Lalu, apakah monster itu seekor binatang? Mami menyebutnya dengan seekor, bukan seorang tadi!” “Ya. Monster itu adal
“Itu adalah pelajaran baginya agar dia tahu cara bicara dengan orang yang lebih tua dan bersikap sopan!” ucap Morgan ketus dan seolah tidak ada perasaan iba di hatinya melihat Cleo tersungkur di depannya saat ini.“Aku akan sopan dan lembut pada orang yang bersikap seperti itu pula padaku, Paman.” Cleo masih berani menjawab ucapan Morgan dengan sangat santai dan juga berani.Tatapannya sangat tajam pada Morgan seolah ia akan menerkam Morgan saat ini juga. Tidak ada raut ketakutan di wajah Cleo saat ini dan itu semakin membuat Morgan penasaran. Sekuat apa anak di depannya ini dan setegar apa dia sebenarnya. Mengapa anak ini sama sekali tidak takut padanya? Hal itu menjadi pertanyaan besar dalam diri Morgan saat ini. Namun, ia tidak ingin semua itu terlihat nyata di depan Vallen.Vallen bahkan tidak terlihat sangat kaget karena anaknya berani melawan dan menentang Morgan. Yang mana itu artinya, Morgan berpikir bahwa Cleo memang memiliki sifat pemberani dan tidak mudah digertak oleh oran
“A-apa yang kau maksud dengan gelengan kepalamu itu, Monster?” bentak Cleo pada Morgan dengan sangat berani dan tidak gusar sedikit pun.Ia bahkan tidak memiliki rasa takut sedikit pun andai Morgan kembali menyakitinya nanti. Itu lah yang tidak Morgan sukai dari Cleo. Ia tidak biasa dianggap remeh dan tidak ditakuti, apalagi oleh seorang anak kecil seperti Cleo.“Kau harus kuat dan bersabar. Ikhlas kan saja ibumu untuk menjadi santapanku. Lalu, nanti kau juga akan mendapat giliran,” jawab Morgan dengan sengaja menakuti Cleo.Gadis itu mendadak pucat dan tubuhnya diam membeku. Morgan sebenarnya sangat ingin untuk tertawa melihat perubahan ekspresi Cleo yang lucu dan menggemaskan itu. Namun, semua itu tentu harus ia tahan dan ia harus tetap bersikap dingin dan tegas di depan Cleo. Dia sangat ingin membuat gadis itu merasa takut saat melihat dan berbicara padanya.“Jangan memakan tubuh mamiku. Dagingnya tidak enak karena dia sudah tua dan lama sendiri. Mami melakukan semua pekerjaan send
Morgan sudah berada di kamarnya saat ini dan teringat pada kejadian menyakitkan tadi. Di mana ia secara tidak sengaja menghalau tubuh Vallen yang sedang bergantung di kakinya. Morgan sendiri merasa bahwa tindakannya itu sangat lambat dan ia sama sekali tidak memakai tenaga dalam melakukannya. Namun, nyatanya tubuh Vallen terpental ke tembok dan akhirnya pingsan.Namun, setelah mengecek kondisi Vallen dengan tangannya sendiri, akhrinya Morgan bisa bernapas lega bahwa Vallen tidak begitu parah. Morgan pernah mendalami ilmu kodokteran tradisional ala Korea. Teknik kuno itu nyatanya memang sangat banyak membantu dan bahkan lebih mujarab dari pada diagnosa dokter.Bukan hanya itu saja, Morgan juga mempelajari ramuan obat tradisional dan beberapa di antaranya masih ia konsumsi hingga saat ini. Pria itu percaya dan yakin bahwa segala sesuatu yang alami pasti lebih meyakinkan dan lebih menjanjikan. Itu sebabnya dia tidak terlihat khawatir pada keadaan Vallen tadi. Itu semua karena Morgan suda
Sejenak Cleo merasa tertarik dengan tawaran yang diberikan Ramon padanya. meski masih berusia Sembilan tahun, akan tetapi Cleo sudah menguasai banyak ilmu management dan perbisnisan. Meski Cleo sendiri tidak pernah mengenyam bangku Pendidikan, ilmu dan wawasannya tidak akan kalah dari anak-anak yang bersekolah. Itu semua karena selama dalam masa persembunyiannya, Cleo banyak diajari oleh mafia dan juga orang-orang hebat yang pergi bersembunyi dari incaran musuh atau pun dari jeratan hukum.Tempat itu adalah tempat yang sangat berbahaya dan terlarang bagi masyarakat umum. Tentu saja karena tempat mereka tinggal adalah sarang mafia dan buronan. Meski tidak semuanya berasal dari kelompok kejahatan, akan tetapi mereka semua bisa bercampur dan berbaur menjadi satu keluarga yang akan saling melindungi.Tidak akan ada orang awam yang berani masuk ke pulau itu meskipun itu polisi sekali pun. Siapa yang masuk ke sana dengan tujuan menemukan buronan, maka ia tidak akan pernah bisa keluar lagi d
“Ayo, Crish! Mami sudah siap berkemas, lebih baik pergi sekarang juga. Sebelum ayahmu pulang dan membuat semua rencana kita berantakan,” ajak Diana kepada Cristian.“Sabar, Mom. Aku sedang mengerjakan sesuatu,” sahut Cristian dan masih asik dengan ponselnya.“Ayolah! Nanti saja kau urus ponselmu dan game itu! Kau selalu saja tidak pernah bisa diandalkan! Saat seperti ini pun kami masih sibuk bermain game,” ketus Diana dan tidak lupa sedikit kata umpatan pada anak laki-lakinya itu.Cristian sebenarnya hanya sedang mengulur waktu karena ia tidak ingin Diana benar-benar pergi saat ini. Cristian juga masih punya hati dan tidak tega jika harus mengorbankan nyawa ibunya demi menyelamatkan nyawa Lara. Jadi, sejak tadi dia berusaha untuk menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Lara dan juga Diana dalam waktu bersamaan.Namun, ternyata semua itu terlalu sulit untuk bisa dia lakukan. Pada akhirnya alarm peringatan dari Morgan pun datang. Ia tidak bisa lagi mengelak saat ini untuk membawa Diana
Di kediamannya, Diana merasa takut karena ia sudah mendengar tentang dirinya yang sedang dalam pencarian Morgan. Sebenarnya, ia tidak perlu terlalu takut saat ini andai itu hanya Morgan saja. Diana memang sudah memutuskan untuk membunuh Vallen dan ia ternyata salah sasaran. Ia menduga gadis yang dibawa oleh Leo di dalam mobilnya itu adalah Vallen.Mereka melukai gadis itu dan kemudian Diana baru menyadari bahwa ternyata itu adalah Cleo – putri semata wayang Vallen dan Morgan. Namun, lagi-lagi tembakannya salah sasaran karena Leo dengan beraninya memberikan tubuhnya sebagai perisai dalam melindungi Cleo dari tembakannya yang brutal itu tadi.“Bukannya aku sudah bilang pada Mami untuk tidak lagi pernah menganggunya! Tapi kenapa Mami masih tetap tidak mau mendengarkan aku?” tanya Cristian dengan sangat geram pada Diana yang bersembunyi di dalam kamarnya.“Diam lah kau, Anak durhaka! Kau bahkan tidak bisa aku andalkan dalam semua hal ini. Padahal, aku melakukan semua ini tentu adalah demi
“Jangan bercanda, Sweety! Kau tidak bisa membohongiku dalam hal seperti ini! Leo tidak mungkin bisa terluka apalagi sampai harus dioperasi seperti itu. Dia tidak akan berani mati sebelum aku menyuruhnya untuk mati.” Morgan berkata dengan nada tidak percaya atas apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya itu.“Kau harus memeriksanya ke sana sekarang juga!” titah Vallen yang merasa bahwa semua itu pasti lah benar adanya.“Aku akan menelponnya dulu untuk memastikan.” Morgan berkata lagi sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemdudian menekan tombol panggil di samping nama Leo.Tuuutt … tuuutt ….Tidak ada jawaban dari sana meski sudah beberapa kali Morgan mencoba untuk menghubungi Leo. Memang tidak seperti biasanya, karena Leo tidak pernah membuat Morgan menunggu meski hanya di panggilan kedua kali.Leo adalah kaki tangan kepercayaannya dan tidak pernah membuatnya kecewa selama ini. Mana mungkin Morgan membiarkan Leo pergi begitu saja tanpa pamit. Morgan mendecak kesal dan kemudian
Cleo sudah sampai dengan selamat di rumah sakit berkat perjuangan Leo dan juga pengorbanannya. Ia tidak akan pernah bisa sampai di tempat ini dan bertemu orang tuanya jika saja Leo tidak pasang badan dalam melindunginya dari tembakan orang tidak dikenal saat dalam perjalanan tadi.Saat sampai di rumah sakit, Morgan segera memeluk putrinya itu dengan rasa bahagia dan haru. Meski tetap saja awalnya ia mendapatkan penolakan dari Cleo dan itu tidak mengapa bagi Morgan. Ia mengerti karena Cleo masih dalam keadaan marah padanya perihal kondisi Vallen saat ini.“Tuan … maafkan aku kalau tidak bisa menjaganya dengan maksimal. Nona kecil terluka di lengannya karena pecahan kaca mobil,” ucap Leo saat menghantarkan Cleo ke dalam ruangan perawatan Vallen.“Kau! Kenapa bisa putriku terluka?” tanya Morgan dengan marah dan melayangkan satu pukulan keras pada perut Leo.“Daddy! Stop! Paman Leo sedang terluka!” teriak Cleo dengan sangat keras dan membuat rencana hantaman Morgan terhenti.“Itu sudah me
“Sayang … kapan kau akan bangun? Sudah empat jam kau belum juga membuka mata. Apa kau memang tidak ingin lagi bertemu denganku? Bagaimana dengan kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Apa kau sama sekali tidak ingin menunggunya datang? Dia pasti akan sangat sedih jika kau tidak menyambut kedatangannya nanti,” ungkap Morgan dengan untaian pertanyaan yang ia lemparkan kepada Vallen.Tubuh wanita itu masih tergelatak di atas ranjang rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia merespon setiap yang dikatakan oleh Morgan. Sejak Morgan menemaninya di dalam ruangan ini, tidak sebentar pun Morgan berhenti mengajak berbicara.Ia masih terus berharap bahwa Vallen bisa membuka matanya sebelum Cleo datang. Ia tahu bahwa Cleo akan mencecarnya dengan makian nanti karena sudah membuat Vallen seperti sekarang ini. Cleo sudah terlalu lama memendam rasa rindunya kepada Vallen. Namun, sekarang ketika mereka akan bertemu kejadian tak terduga ini terjadi.“Selamat siang, Tuan Muda. Kami ingin memeriksa k
Tiga jam sudah berlalu sejak Vallen berada di ruang perawatan dengan semua jenis alat medis yang menempel pada tubuhnya. Morgan merasa sangat teriris ketika melihat hal itu dan dia bahkan terus menangis menyalahkan dirinya.Sesekali ia akan mengelus perut buncit Vallen dan kemudian mengecupnya dengan sangat lembut. Vallen sudah melewati masa-masa kriti, tapi masih dalam masa observasi karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk ia bisa kembali sadar dari pingsannya.“Sayang … buka matamu sekarang. Apa kau tidak ingin melihat kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Aku rasa, sudah waktunya kau untuk tahu hal itu dan maafkan aku jika selama ini harus membuatmu menderita. Semua itu demi kebaikan dirimu dan juga putri kita – Cleo!” ungkap Morgan dengan suara yang sangat lembut seperti berbisik kepada Vallen yang masih memejamkan matanya.Morgan mengeluarkan ponselnya dan kemudian menghubungi Leo yang tadi ia perintahkan untuk menjemput seseorang dan sampai saat ini belum juga sampai
Di dalam kamarnya, Vallen masih terisak ketika ia tidak bisa membayangkan hal menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya. Lagi … ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Dan kali ini benar-benar sudah tidak bisa untuk ia maafkan. Vallen tidak akan pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang sudah berkhianat darinya. Ia tidak ingin terlihat rendah dengan memberikan maaf lalu menerimanya, seolah tidak ada yang pernah terjadi dalam hubungan mereka sebelumnya.Ia menghapus sisa-sisa air matanya yang kini menyisahkan sesenggukan dan juga isakan tidak bersuara. Ia mencoba kuat dan tegar dengan semua yang sudah terjadi. Vallen merasa bahwa semua ini memang sudah tidak bisa lagi untuk diperbaiki.“Baik. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menyakitiku. Aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini,” gumam Vallen dengan penuh tekad.Sementara itu, dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada hal yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang. Vallen berpikir keras seolah sedang meng
“Sayang … ada apa denganmu? Apa yang terjadi sampai kau berkata dan bersikap kasar padaku?” tanya Morgan heran kepada Vallen.Namun, wanita mengandung itu memilih berjalan meninggalkan Morgan yang menatapnya dengan heran dan juga bingung. Ia tidak mengerti sama sekali di mana letak kesalahannya pada Vallen kali ini. Ia mengekor di belakang Vallen karena merasa masih butuh penjelasan dari sang pujaan hatinya.Sementara itu, para koki dan pelayan kembali melanjutkan pekerjaannya di bawah arahan dan pantauan dari bibi Jane. Bibi Jane memang hanya bertugas sebagai pengawas para pekerja di rumah itu semenjak ia sudah tidak lagi kuat untuk beraktifitas seperti biasa. Morgan menaikkan jabatannya karena memang sejak dulu pun Morgan tidak memberikan pekerjaan yang rumit untuk bibi Jane.“Sayang … tunggu aku! Apa ini semua?” tanya Morgan yang terus mengikut Vallen.“Apa semua ini? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Aku sungguh tidak mengerti!” jawba Vallen dengan kembali bertanya.“Maksudku …
“Nona Muda … apa yang sedang kau lakukan?” tanya seorang pelayan di dapur kepada Vallen.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya sedang ingin memasak sop iga sapi dengan tanganku sendiri,” jawab Vallen dan tetap melanjutkan pekerjaannya.“Biarkan koki saja yang memasaknya, Nona. Nanti tuan muda bisa marah besar kalau dia tahu Anda berada di dapur lagi,” ucap pelayan itu dengan sangat takut.“Kenapa dia harus marah? Aku tidak memasak untuk dirinya, dan aku memang sedang ingin memasak sendiri. Justru kalau dia melarangku, maka aku lah yang akan marah besar!” ungkap Vallen kepada pelayan itu dengan nada tinggi dan emosi.Pelayan yang mendengar ucapan Vallen itu tentu saja langsung merasa tidak berdaya. Para koki yang sejak tadi berdiri di dapur pun hanya bisa diam dan menyaksikan tangan majikannya bergerak cepat mempersiapkan segalanya. Vallen tidak terlihat seperti istri seorang yang berkuasa sama sekali. Dia sangat lihai mengerjakan pekerjaan memasaknya dan sejak tadi para koki hanya m