“Leo, pisahkan kamar wanita itu dengan putrinya!” titah Morgan pada Leo dengan penuh ketegasan.“Baik, Tuan Muda.” Leo menjawab dengan sangat patuh.“Jangan lupa, pastikan bahwa anak kecil itu tidak pernah melihat keadaan ibunya mulai hari ini. Tapi, kau juga harus menjamin bahwa dia akan tetap hidup dengan baik dengan dunia anak-anaknya,” ucap Morgan lagi sesaat sebelum Leo memutar tubuhnya untuk pergi dari ruangan kerja Morgan itu.“Siap, Tuan Muda. Aku akan memastikan Cleo menjalani hari-harinya dengan sangat baik.”“Jangan sebut nama bocah itu di depanku!”“Maaf, Tuan Muda. Aku tidak bermaksud untuk hal itu.”“Pergi lah! Jangan datang sebelum kau selesai memisahkan kedua orang itu. Aku yakin bocah itu dan ibunya akan menolak untuk dipisahkan. Meski hanya pisah kamar saja. Kau harus berjuang keras, Leo,” ujar Morgan pada Leo dengan penuh keyakinan karena sudah bisa dipastikan hal itu akan terjadi.“Baik, Tuan Muda. Aku permisi,” ucap Leo dan menundukkan sedikit badannya ke arah Mor
Mendengar hal yang diucapkan Leo padanya, hati Vallen menjadi sangat bimbang. Ia tidak berpikir untuk terus membiarkan Cleo berada dalam kamar ini dan tentu saja memungkinkan Cleo untuk menyaksikan apa saja yang dilakukan oleh Morgan padanya. Vallen tidak mau Cleo melihat semua perlakuan kasar dan kejam Morgan padanya itu.“Mami … aku tidak akan apa-apa. Paman baik hanya akan membawaku bermain keluar dan aku memang sangat bosan di sini sepanjang hari,” ucap Cleo seperti mengerti kegundahan hati Vallen saat ini.“Tapi sayang … Mami takut kau terluka di luar dan Mami tidak bersamamu,” balas Vallen menyertakan alasannya pada Cleo.“Aku akan menjaganya dengan sangat baik, Nona Muda.” Leo menyela pembicaraan ibu dan anak itu dengan sopan.“Kau berani menjamin keselamatannya, Leo?” tanya Vallen seperti ingin memastikan hal itu dari Leo.“Tentu saja, Nona Muda. Aku akan menjaga dan mengawasi Nona Kecil bermain dan sampai kembali ke kamar!” jawab Leo dengan penuh rasa percaya diri dan keyakin
Entah karena dasar apa dan berasal dari perihal apa, Cleo seakan meyakini bahwa Morgan adalah ayah kandungnya. Meski Morgan bersikap tidak baik padanya dan tidak menganggapnya sebagai anak, akan tetapi Cleo masih merasakan ikatan batin antara dirinya dengan Morgan.Walaupun begitu, Cleo tetap enggan untuk menunjukkan sikap baiknya pada Morgan karena Morgan pun selalu berkata kasar padanya. jadi, Cleo pun bersikap keras kepala sama seperti yang dilakukan oleh Morgan. Cleo memiliki IQ di atas rata-rata dan tidak ada yang tahu dengan jelas tentang semua itu kecuali Vallen. Mereka memang menyembunyikan semua itu dari semua orang karena tidak ingin Cleo mendapatkan masalah karena itu.“Paman, kenapa kau masih betah bekerja dengan orang seperti tuanmu itu?” tanya Cleo sambil menyuapi kangkung ke mulut kelinci berwarna coklat yang sangat gemuk dan berbulu lebat di depannya.Ada banyak kelinci di taman ini. Mungkin, ada sekitar tiga puluh ekor yang dipelihara oleh Morgan. Entah mengapa ia ing
Dengan sedikit ragu, Cleo menegakkan kepalanya dan menatap lurus pada wajah tampan yang kini sedang menunduk untuk menatapnya. Tinggi Cleo tidak berbeda jauh dari pria tampan itu. “Aku hampir menyamai tinggi badannya. Apa mungkin ini salah satu gen darinya yang turun padaku?” tanya Cleo dalam hatinya sambil terus menatap lekat pada wajah pria yang tak lain adalah Morgan itu.“Apa kau terluka, gadis nakal?” tanya Morgan pada Cleo.Cleo sempat merasa tersentuh karena pertanyaan Morgan yang terdengar penuh perhatian padanya. Nada bicaranya juga sangat lembut, terdengar berbeda dari sebelumnya dan tentu saja membuat Cleo memasang tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi pada pria itu.“Aku baik-baik saja!” jawab Cleo dan segera mengatur jarak lagi dari Morgan.“Benarkah? Tapi, sepertinya kepalamu cidera ringan. Apa kau mau aku bawa ke dokter?” tanya Morgan lagi berusaha memberikan perhatian yang lebih pada Cleo.“Tidak perlu dan terimakasih. Aku tidak tahu kau memiliki sisi baik seperti itu
Sejenak Cleo merasa ragu saat mendengar Morgan berkata seperti itu padanya. Dia tidak begitu saja percaya bahwa lelaki itu sudah berubah menjadi orang yang baik saat ini. Ia memandang Morgan dengan tatapan penuh rasa curiga dan hingga membuat Morgan merasakan lelah pada tangannya yang terulur pada Cleo.“Aku bisa berjalan sendiri,” jawab Cleo pada akhirnya dan membuat Morgan sedikit merasa patah hati.“Benar kah? Tadi kau berjalan dengan bergandengan tangan bersama Leo. Apa tadi kau sedang tidak bisa berjalan sendiri?” tanya Morgan menyindir kalimat yang Cleo ucapkan padanya itu.“Itu sama sekali bukan urusanmu!” jawabnya lagi dengan ketus.Leo berusaha menahan tawanya agar tidak pecah dan tidak melukai harga diri Morgan saat ini. Morgan memang terlihat sedang mengemis perhatian pada gadis kecil itu. Namun, ia juga masih jual mahal pada harga dirinya yang tidak pernah tunduk dan takut pada siapapun. Apalagi hanya seorang anak kecil saja.“Leo! Kau ingin menertawaiku?” bentak Morgan pa
“Tidak buruk!” ucap Cleo saat memandang seluruh isi kamarnya itu.“Ternyata monster kejam itu punya selera yang bagus juga,” lanjut Cleo bergumam mengatakan tentang Morgan.Cleo sangat yakin bahwa semua ini adalah hasil desain arahan dari Morgan. Siapa yang lebih berani mengatur segala sesuatunya di mantion ini kecuali pria itu? Cleo menyadari bahwa sepertinya Morgan tidak seburuk dan sekejam yang terlihat saat ini. Lelaki itu bisa bicara dengan sangat lembut dan baik padanya sewaktu-waktu.“Aku akan mencoba patuh padanya, dan semoga dengan hal itu bisa meluluhkan hatinya agar tidak berlaku kasar dan kejam lagi pada Mami. Aku tahu, dia sangat mencintai Mami. Tapi, ada hal lain yang tidak aku ketahui tentang mereka berdua. sepertinya, Mami juga tidak ingin mengingatnya lagi,” gumam Cleo dan duduk di depan meja belajarnya.Karena Cleo tahu ruangan ini penuh dengan CCTV, itu sebabnya dia hanya bisa bergumam. Jika ia berkata dengan nada jelas, pria itu bisa mengetahui maksud dan rencanany
Vallen masih menahan napasnya saat lidah Morgan mulai memaksa masuk ke dalam mulutnya. Ia masih ingin bertahan agar tidak bisa diperlakukan dengan semena-mena oleh lelaki itu. Ia tidak bisa lagi menerima perlakuan Morgan yang seperti itu padanya.Harga diri Vallen merasa sangat terluka oleh sikap pria yang sangat kejam itu. Ia diperlakukan layakny seorang pelacur sejak menit pertama masuk ke dalam mantion ini. Bahkan, lebih hina dan rendah dari seorang pelacur, karena Morgan melakukannya dengan pemaksaan dan bahkan tidak berbelas kasih sedikit pun. Tentu saja, tidak ada bayaran dalam hal ini.“Kau tadi sangat tidak sabar ingin segera memulainya. Kenapa sekarang malah bersikap jual mahal?” tanya Morgan yang kesal dengan sikap Vallen.Tanpa disadari, Vallen bertahan agar bibirnya bisa tetap tertutup sampai bibir itu terluka dan berdarah oleh gigi Morgan yang akhirnya merasa kesal dan marah.Vallen bahkan tidak peduli pada luka yang menimbulkan bau anyir dari cairan kental berwarna merah
Morgan menghentikan apa yang sedang dilakukannya pada Vallen, dan kemudian menjarakkan dirinya dari tubuh telanjang wanita itu. Melihat kesempatan itu, Vallen langsung menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang sudah tidak mengenakan sehelai benang pun saat ini. Ia merasa tidak percaya dengan setiap pelecehan dan penghinaan yang diterimanya dari Morgan sejak awal ia datang ke mantion ini.Namun, belum sempat Vallen menarik napas lega lebih lama, cengkraman tangan Morgan sudah kembali mendarat di rahangnya.“Sakiit …,” keluh Vallen dengan suara yang tidak terlalu jelas karena mulutnya tercekat oleh cengkraman tangan Morgan itu.“Kau panggil apa tadi padaku?” tanya Morgan menuntut sesuatu yang Vallen tidak ingat sama sekali.“Ava? Vecundang!” umpat Vallen dengan bahasanya yang aneh karena cengkraman itu semakin terasa kencang.Morgan menghempaskan rahang itu saat ia melepaskan cengkraman tangannya. Ia meludah di wajah Vallen dengan bengis. “Aku tahu, kau tidak benar-benar melupakanku, V
“Ayo, Crish! Mami sudah siap berkemas, lebih baik pergi sekarang juga. Sebelum ayahmu pulang dan membuat semua rencana kita berantakan,” ajak Diana kepada Cristian.“Sabar, Mom. Aku sedang mengerjakan sesuatu,” sahut Cristian dan masih asik dengan ponselnya.“Ayolah! Nanti saja kau urus ponselmu dan game itu! Kau selalu saja tidak pernah bisa diandalkan! Saat seperti ini pun kami masih sibuk bermain game,” ketus Diana dan tidak lupa sedikit kata umpatan pada anak laki-lakinya itu.Cristian sebenarnya hanya sedang mengulur waktu karena ia tidak ingin Diana benar-benar pergi saat ini. Cristian juga masih punya hati dan tidak tega jika harus mengorbankan nyawa ibunya demi menyelamatkan nyawa Lara. Jadi, sejak tadi dia berusaha untuk menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Lara dan juga Diana dalam waktu bersamaan.Namun, ternyata semua itu terlalu sulit untuk bisa dia lakukan. Pada akhirnya alarm peringatan dari Morgan pun datang. Ia tidak bisa lagi mengelak saat ini untuk membawa Diana
Di kediamannya, Diana merasa takut karena ia sudah mendengar tentang dirinya yang sedang dalam pencarian Morgan. Sebenarnya, ia tidak perlu terlalu takut saat ini andai itu hanya Morgan saja. Diana memang sudah memutuskan untuk membunuh Vallen dan ia ternyata salah sasaran. Ia menduga gadis yang dibawa oleh Leo di dalam mobilnya itu adalah Vallen.Mereka melukai gadis itu dan kemudian Diana baru menyadari bahwa ternyata itu adalah Cleo – putri semata wayang Vallen dan Morgan. Namun, lagi-lagi tembakannya salah sasaran karena Leo dengan beraninya memberikan tubuhnya sebagai perisai dalam melindungi Cleo dari tembakannya yang brutal itu tadi.“Bukannya aku sudah bilang pada Mami untuk tidak lagi pernah menganggunya! Tapi kenapa Mami masih tetap tidak mau mendengarkan aku?” tanya Cristian dengan sangat geram pada Diana yang bersembunyi di dalam kamarnya.“Diam lah kau, Anak durhaka! Kau bahkan tidak bisa aku andalkan dalam semua hal ini. Padahal, aku melakukan semua ini tentu adalah demi
“Jangan bercanda, Sweety! Kau tidak bisa membohongiku dalam hal seperti ini! Leo tidak mungkin bisa terluka apalagi sampai harus dioperasi seperti itu. Dia tidak akan berani mati sebelum aku menyuruhnya untuk mati.” Morgan berkata dengan nada tidak percaya atas apa yang baru saja diucapkan oleh putrinya itu.“Kau harus memeriksanya ke sana sekarang juga!” titah Vallen yang merasa bahwa semua itu pasti lah benar adanya.“Aku akan menelponnya dulu untuk memastikan.” Morgan berkata lagi sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemdudian menekan tombol panggil di samping nama Leo.Tuuutt … tuuutt ….Tidak ada jawaban dari sana meski sudah beberapa kali Morgan mencoba untuk menghubungi Leo. Memang tidak seperti biasanya, karena Leo tidak pernah membuat Morgan menunggu meski hanya di panggilan kedua kali.Leo adalah kaki tangan kepercayaannya dan tidak pernah membuatnya kecewa selama ini. Mana mungkin Morgan membiarkan Leo pergi begitu saja tanpa pamit. Morgan mendecak kesal dan kemudian
Cleo sudah sampai dengan selamat di rumah sakit berkat perjuangan Leo dan juga pengorbanannya. Ia tidak akan pernah bisa sampai di tempat ini dan bertemu orang tuanya jika saja Leo tidak pasang badan dalam melindunginya dari tembakan orang tidak dikenal saat dalam perjalanan tadi.Saat sampai di rumah sakit, Morgan segera memeluk putrinya itu dengan rasa bahagia dan haru. Meski tetap saja awalnya ia mendapatkan penolakan dari Cleo dan itu tidak mengapa bagi Morgan. Ia mengerti karena Cleo masih dalam keadaan marah padanya perihal kondisi Vallen saat ini.“Tuan … maafkan aku kalau tidak bisa menjaganya dengan maksimal. Nona kecil terluka di lengannya karena pecahan kaca mobil,” ucap Leo saat menghantarkan Cleo ke dalam ruangan perawatan Vallen.“Kau! Kenapa bisa putriku terluka?” tanya Morgan dengan marah dan melayangkan satu pukulan keras pada perut Leo.“Daddy! Stop! Paman Leo sedang terluka!” teriak Cleo dengan sangat keras dan membuat rencana hantaman Morgan terhenti.“Itu sudah me
“Sayang … kapan kau akan bangun? Sudah empat jam kau belum juga membuka mata. Apa kau memang tidak ingin lagi bertemu denganku? Bagaimana dengan kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Apa kau sama sekali tidak ingin menunggunya datang? Dia pasti akan sangat sedih jika kau tidak menyambut kedatangannya nanti,” ungkap Morgan dengan untaian pertanyaan yang ia lemparkan kepada Vallen.Tubuh wanita itu masih tergelatak di atas ranjang rumah sakit dan belum ada tanda-tanda dia merespon setiap yang dikatakan oleh Morgan. Sejak Morgan menemaninya di dalam ruangan ini, tidak sebentar pun Morgan berhenti mengajak berbicara.Ia masih terus berharap bahwa Vallen bisa membuka matanya sebelum Cleo datang. Ia tahu bahwa Cleo akan mencecarnya dengan makian nanti karena sudah membuat Vallen seperti sekarang ini. Cleo sudah terlalu lama memendam rasa rindunya kepada Vallen. Namun, sekarang ketika mereka akan bertemu kejadian tak terduga ini terjadi.“Selamat siang, Tuan Muda. Kami ingin memeriksa k
Tiga jam sudah berlalu sejak Vallen berada di ruang perawatan dengan semua jenis alat medis yang menempel pada tubuhnya. Morgan merasa sangat teriris ketika melihat hal itu dan dia bahkan terus menangis menyalahkan dirinya.Sesekali ia akan mengelus perut buncit Vallen dan kemudian mengecupnya dengan sangat lembut. Vallen sudah melewati masa-masa kriti, tapi masih dalam masa observasi karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk ia bisa kembali sadar dari pingsannya.“Sayang … buka matamu sekarang. Apa kau tidak ingin melihat kejutan yang sudah aku persiapkan untukmu? Aku rasa, sudah waktunya kau untuk tahu hal itu dan maafkan aku jika selama ini harus membuatmu menderita. Semua itu demi kebaikan dirimu dan juga putri kita – Cleo!” ungkap Morgan dengan suara yang sangat lembut seperti berbisik kepada Vallen yang masih memejamkan matanya.Morgan mengeluarkan ponselnya dan kemudian menghubungi Leo yang tadi ia perintahkan untuk menjemput seseorang dan sampai saat ini belum juga sampai
Di dalam kamarnya, Vallen masih terisak ketika ia tidak bisa membayangkan hal menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya. Lagi … ia disakiti oleh pria yang dicintainya. Dan kali ini benar-benar sudah tidak bisa untuk ia maafkan. Vallen tidak akan pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang sudah berkhianat darinya. Ia tidak ingin terlihat rendah dengan memberikan maaf lalu menerimanya, seolah tidak ada yang pernah terjadi dalam hubungan mereka sebelumnya.Ia menghapus sisa-sisa air matanya yang kini menyisahkan sesenggukan dan juga isakan tidak bersuara. Ia mencoba kuat dan tegar dengan semua yang sudah terjadi. Vallen merasa bahwa semua ini memang sudah tidak bisa lagi untuk diperbaiki.“Baik. Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menyakitiku. Aku tidak akan pernah tinggal diam dengan semua ini,” gumam Vallen dengan penuh tekad.Sementara itu, dia mengambil ponselnya dan melihat tidak ada hal yang perlu ia khawatirkan lagi sekarang. Vallen berpikir keras seolah sedang meng
“Sayang … ada apa denganmu? Apa yang terjadi sampai kau berkata dan bersikap kasar padaku?” tanya Morgan heran kepada Vallen.Namun, wanita mengandung itu memilih berjalan meninggalkan Morgan yang menatapnya dengan heran dan juga bingung. Ia tidak mengerti sama sekali di mana letak kesalahannya pada Vallen kali ini. Ia mengekor di belakang Vallen karena merasa masih butuh penjelasan dari sang pujaan hatinya.Sementara itu, para koki dan pelayan kembali melanjutkan pekerjaannya di bawah arahan dan pantauan dari bibi Jane. Bibi Jane memang hanya bertugas sebagai pengawas para pekerja di rumah itu semenjak ia sudah tidak lagi kuat untuk beraktifitas seperti biasa. Morgan menaikkan jabatannya karena memang sejak dulu pun Morgan tidak memberikan pekerjaan yang rumit untuk bibi Jane.“Sayang … tunggu aku! Apa ini semua?” tanya Morgan yang terus mengikut Vallen.“Apa semua ini? Apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Aku sungguh tidak mengerti!” jawba Vallen dengan kembali bertanya.“Maksudku …
“Nona Muda … apa yang sedang kau lakukan?” tanya seorang pelayan di dapur kepada Vallen.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya sedang ingin memasak sop iga sapi dengan tanganku sendiri,” jawab Vallen dan tetap melanjutkan pekerjaannya.“Biarkan koki saja yang memasaknya, Nona. Nanti tuan muda bisa marah besar kalau dia tahu Anda berada di dapur lagi,” ucap pelayan itu dengan sangat takut.“Kenapa dia harus marah? Aku tidak memasak untuk dirinya, dan aku memang sedang ingin memasak sendiri. Justru kalau dia melarangku, maka aku lah yang akan marah besar!” ungkap Vallen kepada pelayan itu dengan nada tinggi dan emosi.Pelayan yang mendengar ucapan Vallen itu tentu saja langsung merasa tidak berdaya. Para koki yang sejak tadi berdiri di dapur pun hanya bisa diam dan menyaksikan tangan majikannya bergerak cepat mempersiapkan segalanya. Vallen tidak terlihat seperti istri seorang yang berkuasa sama sekali. Dia sangat lihai mengerjakan pekerjaan memasaknya dan sejak tadi para koki hanya m