Ayrin memberikan kode kepada Briyan, agar pria tampan itu mengambil bra-nya yang terletak di atas sofa, ia malu jika Deny sempat melihatnya. Namun Briyan tidak mengerti apa maksud Ayrin. "Kamu kenapa Ayrin ?" Tanya Briyan dengan bodohnya.
"Tenggorokanku terasa pahit" sahut Ayrin
"Kaka mau minum ?" Deny menyodorkan satu gelas air mineral.
"Masih terasa pahit" ucap Ayrin setelah ia meneguk setengah air mineral yang di berikan Deny. "Sepertinya harus minum yang ada rasa manis-manisnya gitu" lanjut Ayrin.
"Ya sudah, biar aku pesan minuman untuk kamu" sahut Briyan dan langsung meraih ponsel dari saku celananya untuk memesan minuman.
"Mas mau ngapain ?" Tanya Ayrin.
"Mau pesan minuman untuk kamu" sahut Briyan.
"Ini sudah larut malam mas" bantah Ayrin. Sebenarnya tenggorokannya tidak pahit, ia hanya beralasan agar Deny pergi membelikan minuman, lalu ia bisa mengambil bra-nya.
"Ya sudah, biar aku belikan di supermarke
Sinar matahari yang menembus kaca masuk ke dalam kamar Ayrin, membuat sepasang suami istri itu terbagun dari mimpi indahnya. Ayrin duduk di atas ranjang dengan posisi bersandar sambil memandang wajah tampan Briyan yang masih terlelap. Ia tidak dapat membohongi perasaannya kalau dirinya benar-benar mencintai dan menyanyi pria yang baru saja mengambil kesuciannya itu. Tanpa terasa cairan bening yang hangat lolos keluar dari mata indahnya. Hatinya sedih mengingat hubungan rumah tangga mereka yang rumit.Hayalannya melambung tinggi sehingga ia tidak menyadari kalau Briyan sudah terbagun dan saat ini sedang menatapnya bingung "kamu sudah bangun ?" Tanya Briyan sambil mengangkat kepalanya dan meletakkannya di atas kedua paha Ayrin."UM...iya mas" sahut Ayrin dengan gugup. Ia mengangkat tangan untuk menyeka air mata yang membasahi pipi mulusnya."Kamu kenapa menagis ? Hm....?""Siapa yang menagis ?" Dalih Ayrin."Jangan berbohong, aku jelas melihat
Satu harian penuh hanya berdiam diri di dalam kamar membuat Ayrin merasa jenuh dan bosan. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, ia turun ke bawah dan membatu pak Karto menyiram bunga di halaman depan. Tidak lama tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam masuk dari gerbang "Hay Ayrin" sapa Sarah dari dalam mobil setelah membuka kaca mobilnya. "Hay juga Sarah, apa kamu sudah selesai berpetualang ?" Sindir Ayrin dengan senyum sinis. "Tentu saja" sahut singkat Sarah, sambil menginjak gas mobilnya dan memarkirkan ke dalam garasi. "Neng kok aku merasa ada yang aneh ya dengan nona Sarah ? Beliau sepertinya tidak suka dengan neng Ayrin" Karto mengungkapkan perasaannya yang selama ini ia pendam di dalam hati. "Itu hanya perasaan bapak saja, Sarah itu orangnya baik" sahut Ayrin dengan tersenyum sambil melanjutkan menyiram bunga. "Apa iya ya neng, Hanya perasaan bapak saja ? Apa bapak bisa mengatakan sesuatu neng ? Lanjut pak Karto dengan rasa ragu-ragu.
Kicauan burung di pagi hari, membangunkan Ayrin dari tidur panjangnya. Suasana pagi ini terasa berbeda dengan hari-hari sebelumnya, ia menatap wajah tampan Briyan sambil tersenyum bahagia. Tangan kanannya membelai rambut hitam Briyan dengan penuh kasih sayang.Briyan menggeliat saat merasakan sentuhan di rambutnya, perlahan ia membuka mata dengan malas "selamat pagi sayang ?" Ucap Briyan dengan suara khas bangun tidur."Pagi juga mas Iyan" sahut Ayrin."Kita tidur lagi ya ?" Ajak Briyan, karena matanya masih terasa ngantuk dan belum bisa diajak kompromi."Mas aja yang tidur ya ? Aku ke dapur dulu buatin sarapan untuk kita""Enggak usah buat sarapan, kamu temani aku tidur ya ?" Bujuk Briyan, dengan mata yang terpejam sambil melingkarkan satu tangan kekarnya di pinggul Ayrin."Tapi mas...." Protes Ayrin."Nanti kita sarapan di luar saja sayang. Aku masih ngantuk, kita tidur 30 menit lagi ya ?" Bujuk BriyanSementara di kama
Briyan mengusap layar ponselnya untuk menerima panggilan "iya Deny" sahut Briyan"Apa kakak masih di rumah sakit ?" Tanya Deny dengan nada sedikit meninggi"Ya" sahut singkat Briyan"Tunggu aku di sana, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan kakak""Apa kamu ingin bicara tentang Sarah ? Jika ingin bicara tentang Sarah, sebaiknya kamu tidak perlu menemui aku" todong Briyan."Aku tidak peduli dengan Sarah, aku hanya peduli dengan kak Ayrin" bantah Deny"Ayrin ? Cepatlah kemari, aku menunggumu" desak Briyan. Semangatnya kembali hidup saat mendengar nama AyrinBriyan dan Deny bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari rumah sakit. Pria tampan itu memijat keningnya saat mendengar apa yang dikatakan Deny kepadanya. Ia sungguh tidak percaya kalau Ayrin secepat ini mengajukan perceraian ke pengadilan agama."Tolong bantu aku" Briyan memohon kepada Deny, ia belum siap berpisah dengan Ayrin. Ia baru memulai menjalin rumah tangg
Cuaca yang mendung menyambut Ayrin di pagi hari, ia menyandarkan kepalanya ke kaca sambil menatap orang yang sedang berenang di bawah sana. Satu malam ini ia tidak bisa tidur karena memikirkan proses perceraiannya dengan Briyan. Untuk menyandang status sebagai janda, itu tidaklah mudah, tetapi untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Reyhan sungguh lebih rumit lagi, ia tidak akan sanggup jika harus tinggal satu atap dengan Sarah. Ayrin sudah membulatkan keputusannya untuk mengakhiri rumah tangganya. Apa pun yang dikatakan Pamela kepadanya, ia siap untuk menerima. Suara dering ponsel menyadarkan Ayrin dari hayalannya, ia menyeka air mata dari pipi mulusnya. Baru saja ia memikirkannya, tetapi orang itu sudah menghubungi. "Hallo" sahut Ayrin setelah mengusap layar ponselnya. *Ayrin kamu di mana ?* Suara bariton dari seberang sana "Aku di apartemen Deny" sahut Ayrin dengan santai *Aku mohon, maafkan aku Ayrin. Aku tidak mau berpisah dengan kamu
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, Ayrin sedang mengemas barang-barangnya dan masukannya ke dalam tas kantornya. Saat ia membuka pintu, matanya langsung bertemu dengan mata indah Rehan. Pria tampan itu sudah menunggunya di depan pintu."Pak Rehan" ucap Ayrin"Sore ini kamu ada kesibukan enggak ?" Tanya Reyhan."Hm.... enggak ada, emang kenapa pak ?" Ayrin balik bertanya"Aku ajakin kamu minum kopi" sahut Rehan dengan senyum seribu pesona."Tapi aku enggak suka kopi" tolak Ayrin, sebenarnya Ayrin sangat suka dengan kopi, tetapi ia sengaja agar Rehan merasa kesal."Di sana tidak hanya ada kopi, tetapi masih banyak menu minuman lainnya. Nanti kamu bisa pilih sendiri mana yang kamu suka" jelas Rehan"Heheheh" Ayrin terkekeh "aku suka kopi kok, sewaktu di kampung, hampir setiap hari aku minum kopi bersama ibu dan ayah" wajah Ayrin berubah menjadi sedih, karena teringat kepada almarhum ibu dan ayahnya."Jangan sedih dong" bu
Kring...kring....kring.... Suara nyaring ponsel Ayrin di pagi hari.Ayrin membuka matanya dengan malas, tangannya meraba ponsel miliknya yang terletak di atas meja kecil di samping tempat tidur. Matanya membulat saat melihat nama yang muncul di sana *mama* ucap Ayrin. Ia bangkit dari tempat tidur lalu mengusap layar ponselnya"Hallo ma" sapa Ayrin dengan lembut."Iya sayang, kamu di mana ?" Tanya Pamela"UM...aku lagi di rumah ma, ada apa ma ?" Tanya Ayrin, ia sengaja berbohong agar Pamela tidak curiga."Mama tahu kamu saat ini tidak di rumah" todong Pamela. "Itu sebabnya mama menghubungi kamu. Hari ini juga mama akan ke Indonesia, mama berharap saat tiba di rumah, kamu ada di sana menyambut mama" lanjut Pamela.Ayrin sulit untuk menelan salivanya, ia jadi gugup karena Pamela mengetahui kalau ia sedang berbohong "ba...baik mama" jawab Ayrin"Kalau begitu, mama tutup teleponnya dulu. Bye sayang""Bay mama" bala
Waktu menunjukkan pukul 8 malam saat mobil Hendrik tiba di kediaman Barata. Sarah yang duduk santai di teras bersama Briyan, langsung menyambut Pamela. Dengan tidak tahu malu, ia meraih tangan Pamela dan menciumnya."Selamat datang mama" ucap SarahPamela tidak menjawab sapaan Sarah, ia hanya menarik tangannya dengan kasar dari genggaman Sarah. Ia juga tidak menerima jabat tangan dari anaknya Briyan."Mama" panggil Briyan sambil mengikuti langkah ibunya dari belakang bersama Sarah."Selamat datang nyonya" sapa pelayan Riana dengan ceria."Iya bi" sahut Pamela dengan ramah "oh iya bi, Ayrin belum datang ya ?" Lanjutnya."Sudah nyonya. Beliau sudah datang sejak tadi siang, mungkin saat ini sedang istirahat di kamar. Sebentar saya panggilkan dulu nyonya" ucap Riana. Ia melangkah menaiki anak tangga menuju kamar Ayrin yang berada di lantai dua.Tok...tok...tok.... Riana mengetuk pintu kamar Ayrin*Iya, masuk* suara dari
Dua bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Ayrin memasuki 9 bulan. Bahkan beberapa hari terakhir ini Ayrin sudah sering merasa sakit dan mulas di bagian perut. Namun saat periksa, dokter mengatakan kalau itu hanya kontraksi palsu. Jadi Ayrin hanya bisa melakukan jalan-jalan pagi dan sore hari, agar mempermudah persalinannya saat melahirkan nanti.Briyan dan Pamela sudah berkeras untuk meminta Ayrin melakukan operasi, keduanya merasa kasihan setiap kali Ayrin meringis kesakitan akibat kontraksi. Tetapi Ayrin menolak, wanita cantik itu sudah membulatkan niatnya untuk melahirkan normal. Ayrin merasa takut membayangkan jarum suntik, karena ia memang fobia dengan suntik."Sayang, kita lakukan operasi saja ya ?" Bujuk Briyan. Saat ini mereka sedang jalan-jalan pagi di taman yang ada di pekarangan kediaman Barata."Enggak mas, aku mau melahirkan normal. Aku ingin menjadi wanita yang sesungguhnya. Jika masih bisa normal, kenapa harus operasi ? Orang yang melakukan operasi itu ka
Tepat pukul 12, Ayrin dan Briyan sudah tiba di pusat perbelanjaan. Sebelum berburu pakaian bayi ! Keduanya terlebih dahulu makan siang. Saat keduanya sedang asik menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang menyapa mereka."Apa kabar Ayrin ?"Briyan dan Ayrin refleks menegakkan kepala secara bersamaan. "Kamu" ucap Briyan dengan nada yang lantang."Jangan mas, kamu harus tenang" Ayrin memeluk Briyan. Ia tidak mau jika suaminya itu sampai memukul Aldo. "Santai bro, aku datang kemari bukan untuk menganggu istrimu. Tetapi aku ingin mengatakan kalau bayi yang ada di dalam kandungan Ayrin adalah milikku" ucap Aldo yang membuat Briyan semakin marah."Tutup mulutmu" sentak Ayrin. "Jangan berusaha menghancurkan hubungan orang lain" lanjutnya."Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hubungan kalian, tetapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya" Briyan langsung menarik leher baju Aldo. "Tutup mulutmu sebelum aku menghancurkannya" Pengaman kafe datang menghampiri mereka, "silahkan pergi tuan, and
Akibat jatuh dari pohon, hari ini Briyan tidak masuk kantor. Tubuh pria tampan itu terasa remuk, bahkan ia jadi demam. Hal itu membuat Ayrin merasa bersalah. Ia tidak tega melihat suaminya meringis kesakitan, bahkan satu malam ini Briyan tidak bisa tidur."Mas, aku panggil tukang pijit ya ?" Ucap Ayrin."Enggak usah sayang" tolak Briyan."Kenapa gak usah ? Nanti kalau enggak dipijit sembuhnya lama loh mas" "Aku bukannya gak mau dipijat" sahut Briyan."Terus, enggak mau apa ?""Gak mau orang lain yang pijit, maunya kamu" jawab Briyan sambil tersenyum licik."Tapi aku gak ngerti pijit mas ?""Aku gak mau tahu, yang penting berani berbuat harus berani bertanggung jawab" protes Briyan."Baiklah kalau begitu" Ayrin bangkit dari ranjang melangkah menuju meja rias, lalu mengambil minyak telon dari sana."Ets ... tunggu dulu" Briyan menghindar saat Ayrin ingin menyentuh tubuhnya."Apalagi sih mas ?""Kamu ikhlas enggak untuk pijat aku ?" Tanya Briyan."Ya ikhlas dong mas" "Kalau ikhlas, kam
Dua bulan telah berlalu, di mana hari ini keluarga Barata sedang mengadakan acara 7 bulan kandungan Ayrin. Tamu yang berdatangan bukan hanya dari golongan atas atau sesama pengusaha, dan bukan pula hanya tamu dari Jakarta. Tetapi juga tamu dari desa Bukit Kehidupan, yaitu desa kelahiran Ayrin.Pamela sengaja mengundang seluruh warga desa itu demi membahagiakan Ayrin. Ia tahu kalau menantunya itu pasti tidak menginginkan yang lain selain kehadiran warga desa yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.Acara itupun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Kini warga desa sudah bersiap-siap untuk kembali ke desa Bukit Kehidupan. Sebenarnya Pamela dan Briyan meminta mereka untuk menginap karena hari sudah malam dan menunjukkan pukul 8. Tetapi warga desa menolak, mereka tetap meminta untuk pulang malam ini. Sebab banyak diantara mereka yang harus bekerja besok pagi dan anak-anak mereka harus sekolah."Dada" ucap Ayrin sambil melambaikan tangan ke arah bus pariwisata yang membawa ro
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, di mana Briyan dan Ayrin saat ini sedang dalam perjalanan menuju sebuah kafe tempat mereka untuk bertemu dengan klien."Mas, mas, berhenti sebentar" ucap Ayrin.Briyan menghentikan mobilnya di sisi jalan. "Ada apa sayang ?""Aku mau itu dong mas" Ayrin menunjuk ke arah seberang jalan. Dan diikuti kepala Briyan, pria tampan itu tersenyum setelah melihat apa yang ditunjuk oleh Ayrin."Itu enggak bagus untuk wanita hamil sayang, soalnya itu makanan mengandung pewarna" ucap Briyan dengan lembut.Ayrin tersenyum, "tapi aku pengen itu mas" "Tapi janji makannya gak banyak-banyak" tegas Briyan. Ia ragu untuk memberikan Ayrin makanan sembarangan, sebab dokter mengatakan kalau kandungan wanita cantik itu sangat lemah, bahkan dokter menyarankan untuk istirahat total hingga usia kandungannya 5 bulan.Ayrin mengangkat dua jari tangan berbentuk V. "Janji" ucapnya dengan riang."Oke, kamu tunggu di sini ya ?" Briyan membuka pintu lalu menyebrang jalan untuk m
Kicauan burung di pagi hari membangunkan Briyan dari tidurnya. Pria tampan itu membuka mata dengan malas sambil tersenyum melihat wanita cantik yang tertidur pulas di sampingnya, dengan posisi menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal.Briyan mengelus ujung kepala Ayrin dengan lembut. "Aku bahagia bisa memilikimu Ayrin. Bahkan aku pria yang paling beruntung di dunia" ucapnya dengan lembut dan nyaris tidak terdengar."I love you sayang" ucap Briyan sambil mengecup kening Ayrin. Sentuhan lembut dari Briyan membuat Ayrin membuka mata. "Mas sudah bangun ?" Ucapnya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dengan selimut.Bukanya menjawab, Briyan malah balik bertanya. "Kenapa wajahnya disembunyikan sayang ?""Malu mas" jawab jujur Ayrin. Rasanya enggan pede menunjukkan wajah bantalnya kepada Briyan. Briyan menarik paksa selimut yang menutupi wajah Ayrin. "Kamu itu cantik banget tahu" puji Briyan."Tapi aku enggak pede mas""Kok gak pede, aku ini suami kamu loh sayang !" Bujuk Briyan. Ia be
Setelah 15 menit di dalam kamar, akhirnya dokter ke luar dari sana. Ia mengatakan kepada keluarga Barata kalau ingatan Briyan sudah 50% pulih. Tentu ucapan dokter itu kabar bahagia bagi Ayrin."Jadi bagaimana dok, apa aku masih tetap membawanya ke luar negeri ?" Tanya Pamela kepada dokter yang menangani Briyan."Menurutku tidak perlu nyonya. Sebab tuan Briyan sudah mengigat nyonya, adiknya dan sedikit tentang masa lalunya" "Oh.... yasudah kalau begitu" Pamela menuruti apa yang dikatakan dokter.Tentu Ayrin semakin semangat karena Pamela tidak jadi membawa Briyan berobat ke luar negeri. Walaupun suaminya itu tidak mengenalnya saat ini ! Tetapi Ayrin selalu ingin dekat di sisi Briyan."Dok, apa sudah bisa menemui mas Briyan ?" Tanya Ayrin."Silahkan nyonya" Ayrin bergegas masuk ke dalam kamar, ia tersenyum sambil melangkah menghampiri Briyan yang duduk bersandar di atas tempat tidur."Mas" panggil Ayrin.Briyan menegakkan kepala untuk melihat Ayrin. "Kamu kenapa masuk ke kamarku Ayrin