Share

6.

last update Huling Na-update: 2025-03-04 00:59:31

Ting.

Bunyi pesan masuk, namun bukan dari ponsel milik Kanza melainkan dari ponsel lain yang juga berada di keranjang tadi.

Hm?

Tangannya mengambil ponsel dengan warna maroon itu, warna favoritnya.

Kanza pun menyalakan ponsel tersebut, kemudian membuka aplikasi pesannya.

‘Di depan ada supir yang sudah menunggumu. Ikut dengannya dengan patuh dan jangan banyak bertanya.’

Kebahagiaannya luntur sudah, bayangan kembali ke rutinitasnya kini benar-benar hanya menjadi bayangan.

Dengan langkah lesu Kanza keluar dari rumah sakit dengan memeluk keranjangnya. Beberapa kali terdengar helaan nafas putus asa darinya.

Tepat di depan rumah sakit, matanya menyisir area parkir. Berharap menemukan seseorang yang sudah di utus untuk menjemputnya.

Namun sebuah mobil hitam yang begitu mewah sudah lebih dulu mengejutkan dirinya.

Seorang perempuan turun dari dalam mobil, berjalan ke arahnya dan tiba-tiba membukakan pintu mobil.

“Silahkan nona.”

Kanza yang terkejut hanya diam di tempat, matanya menatap tanpa kedip pada sosok wanita yang tengah membungkuk padanya itu.

“Ah, baiklah. Maaf membuatmu menunggu,” serunya segera.

Mobil terus melaju membelah kota, menjauh dari hiruk pikuk kota dan berganti dengan pemdangan hijau di sertai udara segarnya.

“Maaf, tapi kemana kita akan pergi?”

“Kita akan ke rumah anda, Nona.”

Tak lama mobil tiba di sebuah rumah yang begitu indah.

Rumah dengan halaman luas, di lengkapi dengan berbagai tanaman bunga juga beberapa pohon yang menjulang tinggi

Menambah kesan asri dalam rumah tersebut. Dan tak ketinggalan, di dekat taman bunga ada sebuah ayunan berwana maroon.

“Wah, indah sekali ini. Warna ini, warna kesukaanku.” Memeluk ayunan.

Kanza pun di ajak masuk ke dalam rumah. Dan lagi-lagi dirinya di buat takjub.

Rumah lantai satu itu bernuansa putih, dengan ruang keluarga yang cukup besar di dalamnya.

Tak hanya itu, di halaman belakang rumah juga ada kolam renang yang di lengkapi dengan gazebo untuk bersantai.

Dan lagi-lagi di halaman belakang juga di tanam berbagai macam bunga juga pohon-pohon rindang.

“Ini benar-benar indah sekali, milik siapa rumah ini kalau saya boleh tahu?”

“Ini adalah rumah anda, Nona.” Jawabnya dengan begitu halus.

Kanza terdiam, ia tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.

“Aku punya rumah sekarang?” gumamnya.

Jangankan rumah, untuk hidup sehari-hari saja ia masih kesulitan. Dan sekarang tiba-tiba ia memiliki rumah yang begitu indah dan nyaman.

Namun Kanza merasa familiar dengan semua yang ada di rumah itu.

Mulai dari taman depan, ayunan, nuansa rumah hingga kolam renang juga gazebo.

“Dari semua warna, kenapa yang di selipkan warna maroon?”

“Dan ini semua, ini adalah rumah impianku dari kecil.”

*

Di negara lain nya, Melvin tengah melakukan pemulihan pasca kecelakaan.

Kondisinya kini semakin membaik setelah mendapatkan penanganan, bahkan Melvin merasa tubuhnya sudah baik-baik saja.

“Dari mana saja kamu?”

“Maaf, Tuan. Saya baru saja melakukan pertemuan dengan perusahaan RR, menggantikan anda yang tidak bisa hadir disana.”

Melvin hanya menghela nafas, ia  melupakan jadwal kerjanya itu.

“Lalu bagaimana dengan yang aku minta? Apa sudah ada?”

 “Apa kamu serius dengan keputusanmu itu?”

“Aku tidak pernah main-main dengan keputusanku, termasuk keputusan kali ini.”

Endi menghela nafas, ia pun mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Melvin.

“Kali ini, aku tidak akan membiarkannya pergi lagi.”

**

Sudah sepekan semenjak kepergian Melvin, Kanza tetap menjalani hari-harinya dengan riang gembira. Tak sedetikpun ia merindukan laki-laki yang akan menjadi suaminya nanti.

Seperti hari ini, Kanza yang sudah selesai dengan kegiatan kampus tak lantas pulang ke rumah. Ia meminta ijin pada supir pribadinya untuk bisa bermain dengan Nadia, walau sebentar.

Raut bahagia jelas tergambar di wajah Kanza, gadis itu tertawa lepas seakan tak memiliki beban.

“Kamu belum cerita soal wanita yang terus menemanimu itu?” seru Nadia tiba-tiba.

“Nanti, aku belum siap kalau harus cerita sekarang.” Jawabnya sembari memasukkan kentang goreng ke dalam mulut.

Nadia begitu gemas dengan tingkah Kanza yang seperti anak kecil itu.

Namun kedua gadis yang tengah tertawa bersama itu tak tahu jika didepan saat ini ada seseorang yang begitu kesal.

Melvin yang baru saja tiba merasa kesal lantaran tak menemukan calon istrinya di rumah, sedang ia tahu semua jadwal perkuliahannya.

“Tuan, nona ada di dalam bersama dengan temannya.”

“Ehm. Biar saya sendiri yang membawanya pulang, kamu pergilah.”

Endi, asisten sekaligus sahabat Melvin itu ikut turun dan mengetuk pintu rumah Nadia.

Seorang wanita paruh baya nampak dibalik pintu dan bertanya,” maaf, mau cari siapa?”

“Saya datang untuk menjemput nona Kanza, apa dia ada di dalam?”

Endi pun meminta ijin untuk masuk kedalam rumah.

Dengan jelas Melvin dapat mendengar gelak tawa Kanza, perlahan netaranya juga menangkap sosok yang tengah dicarinya.

“Siapa yang mengijinkanmu pergi selain ke kampus?”

Suara bariton itu mengejutkan Kanza, ia pun buru-buru berdiri dan menatap sumber suara.

“Tuan?” gumam.

“Nad, aku harus pulang dulu. Lain kali kita main lagi ya, sorry.”

Kanza yang mampu membaca situasi segera keluar dari rumah Nadia, di ikuti dua laki-laki di belakangnya.

Di dalam mobil, Melvin memberikan tabletnya pada Kanza.

“Baca dan tanda tangani itu.”

Mata kanza membola, mulutnya terbuka ingin mengutarkan keberatannya.

“Tuan, kenapa kita harus satu kamar?”

“Tentu saja karena kita sudah menikah.”

“Tapi kan—

“Saya tidak ingin mempermainkan pernikahan, bagi saya itu adalah hal paling suci.”

‘ pasangan suami istri harus tidur di dalam ruangan yang sama. ‘

Bunyi salah satu pasal yang membuat Kanza sedikit keberatan. Ia sama sekali tak pernah mencintai Melvin, bahkan sampai sekarangpun ia tak tahu pasti identitas calon suaminya itu.

“Tenang saja, saya juga tidak akan melakukan hal itu tanpa persetujuan dari kamu.”

Wajah Kanza tiba-tiba saja terasa begitu panas, dengan buru-buru ia pun segera menandatanganinya dan mengembalikannya pada Melvin.

Sepanjang jalan matanya menatap indah pemandangan di luar jendela, banyak gedung-gedung tinggi berdiri berjajar dan hilir mudik orang berlalu lalang.

Hingga,

“Tu-tuan, kenapa kita kesini?” gugupnya.

Melvin menatap Kanza sekilas, “Tentu saja untuk menikah.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   7.

    “Tu-tuan, kenapa kita kesini?” gugupnya.Melvin menatap Kanza sekilas, “Tentu saja untuk menikah.”Kanza tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya itu, bagaimana bisa ia tiba-tiba menikah tanpa pemberitahuan.Ia pun keluar dari mobil, menyusul Melvin yang sudah lebih dulu berjalan di depan.“Tunggu, Tuan. Tuan tidak bisa seenaknya begini, saya bahkan belum mengenal Tuan.”“Kamu akan tahu setelah kita menikah nanti.”Dan disinilah mereka, di dalam gedung pencatatan sipil.Kini di tangan Melvin sudah ada dua buku nikah, milinya juga milik istrinya.“En, tolong simpan ini.”“Baik, Tuan.”Kanza masih diam, ia masih tak percaya jika sekarang dirinya sudah sah menjadi istri orang asing.Melvin berjalan lebih dulu, meninggalkan Kanza yang terdiam di tempatnya.“Nona, tuan menunggu anda.”“A, baiklah.”

    Huling Na-update : 2025-03-05
  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   8.

    Kanza tengah sibuk dengan apron di tubuhnya, gadis itu berjalan kesana kemari mengantarkan makanan ke meja pelanggan.“Permisi, Tuan. Ini pesanan anda,” ujarnya dengan ramah.Resto itu nampak ramai malam ini, pengunjung yang datang lebih banyak dari hari biasanya. Hal itu membuat Kanza sibuk dan melupakan sesuatu yang sangat penting baginya.“Za, tolong antar ini ya. Pesanan delivery ke hotel XL, atas nama ibu Rahayu.”Dengan semangat Kanza mengambil kotak makan berisikan pesanan.Menggunakan motor bebek milik resto, Kanza berkendara dengan aman menembus angin malam.Hingga di tengah jalan ia mengingat sesuatu yang mengganjal di pikirannya.“Astaga,” serunya tiba-tiba.Dengan cepat ia meminggirkan motornya, tangannya dengan cepat merogoh ke dalam tas slempangnya.Cukup lama Kanza menghubungi seseorang, namun nampaknya tak ada balasan sebab Kanza melakukan itu berulang.“Ma

    Huling Na-update : 2025-03-06
  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   9.

    Tari tersenyum penuh kemenangan ketika mendengar suara teriakan Kanza, raungan meminta tolong dengan penuh ketakutan membuat hatinya begitu bahagia,“Sakit ini nggak seberapa dibanding sakit hati di putusin Reno.”Tersenyum smirk, Tari melangkah hendak mendekat untuk mengambil video Kanza.Namun tiba-tiba seseorang datang dari belakang, dan“Siapa kalian?” seru Tari.Orang-orang itu segera mengambil paksa kamera dari tangan Tari, menatap sekitar kemudian menghancurkannya hingga tak tersisa.“Brengsek! Kalian gila, itu lebih mahal dari nyawa kalian semua.”“Terlalu sombong!” ucap dingin salah satu dari mereka.Dengan kasar menyeret Tari, memaksanya berjalan berirama dengan langkah kaki mereka.Mata Tari membulat saat tahu kemana dirinya akan dibawa.Sekuat tenaga ia berontak, berusaha kabur agar tak sampai dengan apa yang saat ini di pikirkannya.Ia menatap sek

    Huling Na-update : 2025-03-07
  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   10.

    Hubungan yang semakin menjauh membuat jarak tak terukur di antara Melvin juga Kanza. Pernikahan yang mereka jalani kini seperti gurun pasir, kering tanpa angin atau air.Melvin terlihat begitu acuh saat berpapasan dengan Kanza yang baru saja menyiapkan sarapan pagi.Di rumah itu, Kanza yang selalu ingin menyiapkan makanan. Selebihnya ia tak ingin membantah suaminya untuk tak turun tangan.Namun sesekali ketika bosan, Kanza melanggar aturan itu.“Sarapan dulu, saya sudah membuat sandwich.”“Hm.”Hening, keduanya sibuk dengan makanan di depan mata.Melvin bangkit, ia lebih dulu meninggalkan rumah tanpa berpamitan.“Suami macam apa yang meninggalkan istrinya tanpa berpamitan. Gini amat nikah karena tanggung jawab.” Keluhnya.Tak lama ia pun meninggalkan rumah, menuju kampus tempat ia mencari ilmu.Namun Kanza tak tahu, jika disana sudah ada bom yang tengah menunggu.*

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   11.

    Melvin semakin diam, bahkan kini Kanza bisa merasakan aura dingin dari suaminya itu.Mobil tiba di pelataran rumah, namun Melvin lebih dulu keluar dan melenggang masuk.Meninggalkan Kanza yang masih terdiam di dalam mobil.“Tolong mengerti, suasana hati tuan sedang buruk. Ada masalah dengan pekerjaannya.”“Ya.” Singkatnya sebelum keluar menyusul suaminya.Melepas dasi secara kasar, Melvin benar-benar dalam mood yang buruk.Melihat kedatangan Kanza, ia buru-buru keluar kamar. Membuat tanda tanya besar di benak Kanza atas sikapnya.“Aneh deh. Tiba-tiba datang ke kampus, tiba-tiba maksa pulang sekarang tiba-tiba marah.”Kanza dibuat bingung dengan mood suaminya.Namun gadis itu tak ingin ambil pusing, ia lebih memilih membersihkan diri dan melanjutkan tugas kampus.Hingga sore menjelang Melvin masih tak kunjung menampakkan diri. Ada rasa cemas di hati Kanza, namun ras

    Huling Na-update : 2025-03-17
  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   12.

    Pagi kembali menyapa, namun hangat sinyarnya tertutup oleh dingin sikap Melvin.Kanza hanya bisa menatap suaminya dari jarak aman, jarak dimana ia masih bisa melihat kegiatan Melvin tanpa harus menampakkan diri.Ia tahu suaminya sedang marah, namun ia tak tahu jika dirinya lah penyebabnya.Melvin melangkah keluar kamar, mengabaikan Kanza yang masih menunggu di sudut ruang.“Kenapa marahnya lama banget sih?” gumamnya.Namun tiba-tiba Melvin kembali lagi, berjalan melewati Kanza masuk ke dalam ruang ganti.“Tuan, anda mau kemana?”Mata Kanza tak lepas dari koper yang ada di tangan Melvin, menyisakan tanda tanya akan diamnya sang suami.“Tuan, saya bertanya.”“Dinas.”Singkat, lalu berjalan pergi meninggalkan Kanza yang masih tak mengerti dengan sikap suaminya.Pagi itu menjadi pagi terakhir keduanya bertemu.Sudah lebih dari dua hari Melvin meninggalkan rumah, bahkan tak satu pun kabar ia berikan pada Kanza.Endi berulang kali menegurnya, meminta Melvin untuk bisa menghargai Kanza sebag

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   13.

    Nadia menunggu dengan cemas di depan ruang rektor, berkali-kali ia mencoba mengintip lewat jendela namun tak satupun yang dapat dilihatnya.Dan tak lama pintu terbuka, Kanza keluar dengan wajah sendu.“Gimana? Apa kata rektor?” cecar Nadia cemas.Kanza menghela nafas, ia pun menatap Nadia dengan tatapan iba.“Jangan bikin panik deh, cepat jawab.”Tiba-tiba saja ibunya Dewi keluar dengan wajah bersungut-sungut.Sempat berhenti sejenak di dekat Kanza sebelum akhirnya pergi membawa kemarahannya.“Za?”Kanza melangkah pergi, diikuti Nadia yang masih penasaran dengan hasil di ruang rektor.Bukan hal biasa saat ia bisa melihat sahabatnya keluar dari ruang rektor dengan baik-baik saja.Memilih duduk di kelas, Kanza menyibukkan dirinya dengan buku-buku pelajaran.“Za, lo belum kasih tahu gue apa hasilnya?” cecarnya.Melirik sekilas, “Gue di skors satu min

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   14.

    Kanza begitu lahap menyantap makan malamnya, hanya makanan sederhana namun nampak sangat nikmat.Melvin mengikuti jejak istrinya, ia juga ikut menikmati makan malam yang sebenarnya sudah sangat kemalaman itu.Bagaimana tidak jika mereka baru merasa lapar ketika jarum jam menunjukkan pukul setengah satu malam.Dan disinilah keduanya, sebuah warung pinggir jalan yang nampak ramai dengan pengunjungnya.Walau sederhana namun Melvin begitu menikmatinya.Entah memang karena makanan yang sesuai dengan seleranya, atau karena ada Kanza bersamanya.Sesekali Melvin melirik dengan penasaran, namun sebisa mungkin di tahannya.Ia tak ingin istrinya kehilangan selera makan.Kanza melirik minuman milik suaminya, ia pun dengan tanggap memberikan minuman miliknya.“Minum ini, nanti seret.”Begitu patuh, Melvin meneguk minuman langsung dari botolnya.Mata Kanza membola, tak percaya.“Tuan, itu kenapa

    Huling Na-update : 2025-03-22

Pinakabagong kabanata

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   17.

    Melvin memesan puding juga es krim untuk dirinya juga Kanza. Namun saat hendak kembali ia merasakan perutnya melilit, dengan buru-buru ia mencari toilet di sekitarnya.Namun saat di toilet, ia mendengar suara orang di luar yang tengah mengobrol.Samar-samar ia mendengar jika orang tersebut tengah menceritakan pertengkaran di area restoran.“Kayak nggak ada tempat lain aja, malu-malu in.” Selorohnya.“Cukup Tar, lo udah kelewatan.” Sentak Kanza pada akhirnya. Ia sudah lelah dengan teriakan juga caci maki dari Tari.“Haha.”Plak.Kanza terkejut, begitu juga beberapa orang yang tengah menatap pada keduanya.“Tamparan itu bahkan nggak sebanding dengan kejahatan lo sama gue.”Mengibaskan rambutnya, Kanza menatap kesal pada Tari yang sudah mulai di luar kendali.Gadis itu begitu kesetanan menyerangnya, ia pun sampai bertanya-tanya apa lagi kesalahannya.

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   16.

    Masih di balkon kamar, dua anak manusia saling mendengarkan dan mencerna. Lebih tepatnya Melvin yang tengah mendengarkan istrinya, tentang rasa sedih dan luka yang lagi dan lagi terbuka.“Aku bahkan nggak ngerti dengan apa yang mereka bicarakan. Tapi ibu itu malah terus menuduhku, memaksa rektor untuk mengeluarkanku dengan ancamannya.”“Dia mengancam apa?”“Jika pihak kampus tidak mengeluarkanku, maka dia akan mencabut semua bantuan untuk kampus.”Telinganya dengan seksama mendengar, matanya dengan teduh menatap juga tangannya yang selalu sigap menghapus air mata.Melvin benar-benar manis pagi ini. Bahkan di tengah rasa sedihnya, Kanza masih bisa berdebar dengan perlakuan manis tersebut.“Gimana nanti kalau saya benar-benar di keluarkan, Tuan?”Tangannya terulur, menyelipkan anak rambut yang menutupi indah wajah sang istri.“Apa kamu lupa dengan apa yang saya katakan sehari

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   15.

    Kanza terbangun karena kantong kemihnya terasa begitu penuh, ingin ia segera bangkit dan membuang semuanya.Namun tidak semudah itu, sesuatu kini tengah membelit tubuhnya.“Astaga, sejak kapan?” menatap tangan kokoh yang saat ini memeluknya dengan posesif.Kanza begerak dengan begitu pelan, berusaha menyingkirkan tangan kokoh itu dengan sangat pelan.“Jangan bangun ya, maaf. Maaf ya, tidur lagi.” Gumamnya.Jantungnya seakan berhenti saat melihat suaminya menggeliat dan berpindah posisi.Nyatanya Melvin tak terbangun, ia hanya mengubah posisi atau mungkin tengah mencari posisi nyamannya.Melihat itu membuat Kanza segera berlari menghindar, menuntaskan apa yang sudah seharusnya di lakukannya pagi itu.Keluar dengan wajah segar, Kanza memilih duduk di balkon kamar.Semilir angin menemaninya menikmati pagi, menerbangkan rambut yang basah terkena air.Pikiran nya melayang, mengingat tentang huku

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   14.

    Kanza begitu lahap menyantap makan malamnya, hanya makanan sederhana namun nampak sangat nikmat.Melvin mengikuti jejak istrinya, ia juga ikut menikmati makan malam yang sebenarnya sudah sangat kemalaman itu.Bagaimana tidak jika mereka baru merasa lapar ketika jarum jam menunjukkan pukul setengah satu malam.Dan disinilah keduanya, sebuah warung pinggir jalan yang nampak ramai dengan pengunjungnya.Walau sederhana namun Melvin begitu menikmatinya.Entah memang karena makanan yang sesuai dengan seleranya, atau karena ada Kanza bersamanya.Sesekali Melvin melirik dengan penasaran, namun sebisa mungkin di tahannya.Ia tak ingin istrinya kehilangan selera makan.Kanza melirik minuman milik suaminya, ia pun dengan tanggap memberikan minuman miliknya.“Minum ini, nanti seret.”Begitu patuh, Melvin meneguk minuman langsung dari botolnya.Mata Kanza membola, tak percaya.“Tuan, itu kenapa

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   13.

    Nadia menunggu dengan cemas di depan ruang rektor, berkali-kali ia mencoba mengintip lewat jendela namun tak satupun yang dapat dilihatnya.Dan tak lama pintu terbuka, Kanza keluar dengan wajah sendu.“Gimana? Apa kata rektor?” cecar Nadia cemas.Kanza menghela nafas, ia pun menatap Nadia dengan tatapan iba.“Jangan bikin panik deh, cepat jawab.”Tiba-tiba saja ibunya Dewi keluar dengan wajah bersungut-sungut.Sempat berhenti sejenak di dekat Kanza sebelum akhirnya pergi membawa kemarahannya.“Za?”Kanza melangkah pergi, diikuti Nadia yang masih penasaran dengan hasil di ruang rektor.Bukan hal biasa saat ia bisa melihat sahabatnya keluar dari ruang rektor dengan baik-baik saja.Memilih duduk di kelas, Kanza menyibukkan dirinya dengan buku-buku pelajaran.“Za, lo belum kasih tahu gue apa hasilnya?” cecarnya.Melirik sekilas, “Gue di skors satu min

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   12.

    Pagi kembali menyapa, namun hangat sinyarnya tertutup oleh dingin sikap Melvin.Kanza hanya bisa menatap suaminya dari jarak aman, jarak dimana ia masih bisa melihat kegiatan Melvin tanpa harus menampakkan diri.Ia tahu suaminya sedang marah, namun ia tak tahu jika dirinya lah penyebabnya.Melvin melangkah keluar kamar, mengabaikan Kanza yang masih menunggu di sudut ruang.“Kenapa marahnya lama banget sih?” gumamnya.Namun tiba-tiba Melvin kembali lagi, berjalan melewati Kanza masuk ke dalam ruang ganti.“Tuan, anda mau kemana?”Mata Kanza tak lepas dari koper yang ada di tangan Melvin, menyisakan tanda tanya akan diamnya sang suami.“Tuan, saya bertanya.”“Dinas.”Singkat, lalu berjalan pergi meninggalkan Kanza yang masih tak mengerti dengan sikap suaminya.Pagi itu menjadi pagi terakhir keduanya bertemu.Sudah lebih dari dua hari Melvin meninggalkan rumah, bahkan tak satu pun kabar ia berikan pada Kanza.Endi berulang kali menegurnya, meminta Melvin untuk bisa menghargai Kanza sebag

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   11.

    Melvin semakin diam, bahkan kini Kanza bisa merasakan aura dingin dari suaminya itu.Mobil tiba di pelataran rumah, namun Melvin lebih dulu keluar dan melenggang masuk.Meninggalkan Kanza yang masih terdiam di dalam mobil.“Tolong mengerti, suasana hati tuan sedang buruk. Ada masalah dengan pekerjaannya.”“Ya.” Singkatnya sebelum keluar menyusul suaminya.Melepas dasi secara kasar, Melvin benar-benar dalam mood yang buruk.Melihat kedatangan Kanza, ia buru-buru keluar kamar. Membuat tanda tanya besar di benak Kanza atas sikapnya.“Aneh deh. Tiba-tiba datang ke kampus, tiba-tiba maksa pulang sekarang tiba-tiba marah.”Kanza dibuat bingung dengan mood suaminya.Namun gadis itu tak ingin ambil pusing, ia lebih memilih membersihkan diri dan melanjutkan tugas kampus.Hingga sore menjelang Melvin masih tak kunjung menampakkan diri. Ada rasa cemas di hati Kanza, namun ras

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   10.

    Hubungan yang semakin menjauh membuat jarak tak terukur di antara Melvin juga Kanza. Pernikahan yang mereka jalani kini seperti gurun pasir, kering tanpa angin atau air.Melvin terlihat begitu acuh saat berpapasan dengan Kanza yang baru saja menyiapkan sarapan pagi.Di rumah itu, Kanza yang selalu ingin menyiapkan makanan. Selebihnya ia tak ingin membantah suaminya untuk tak turun tangan.Namun sesekali ketika bosan, Kanza melanggar aturan itu.“Sarapan dulu, saya sudah membuat sandwich.”“Hm.”Hening, keduanya sibuk dengan makanan di depan mata.Melvin bangkit, ia lebih dulu meninggalkan rumah tanpa berpamitan.“Suami macam apa yang meninggalkan istrinya tanpa berpamitan. Gini amat nikah karena tanggung jawab.” Keluhnya.Tak lama ia pun meninggalkan rumah, menuju kampus tempat ia mencari ilmu.Namun Kanza tak tahu, jika disana sudah ada bom yang tengah menunggu.*

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dingin   9.

    Tari tersenyum penuh kemenangan ketika mendengar suara teriakan Kanza, raungan meminta tolong dengan penuh ketakutan membuat hatinya begitu bahagia,“Sakit ini nggak seberapa dibanding sakit hati di putusin Reno.”Tersenyum smirk, Tari melangkah hendak mendekat untuk mengambil video Kanza.Namun tiba-tiba seseorang datang dari belakang, dan“Siapa kalian?” seru Tari.Orang-orang itu segera mengambil paksa kamera dari tangan Tari, menatap sekitar kemudian menghancurkannya hingga tak tersisa.“Brengsek! Kalian gila, itu lebih mahal dari nyawa kalian semua.”“Terlalu sombong!” ucap dingin salah satu dari mereka.Dengan kasar menyeret Tari, memaksanya berjalan berirama dengan langkah kaki mereka.Mata Tari membulat saat tahu kemana dirinya akan dibawa.Sekuat tenaga ia berontak, berusaha kabur agar tak sampai dengan apa yang saat ini di pikirkannya.Ia menatap sek

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status