Hari ini Bella akan melakukan USG kehamilannya, dan dia didampingi oleh Felix, suaminya, dan Putri. Bella sedang bersiap di kamarnya, memeriksa pakaian yang akan dipakainya untuk pergi ke dokter. Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka dan Salma masuk dengan membawa segelas susu hamil."Bella, aku membawa susu hamil untukmu. Aku tahu betapa pentingnya asupan nutrisi yang baik selama kehamilan," ucap Salma dengan pura-pura perhatian Bella mengeryitkan keningnya. "Terima kasih, Mba Salma. Tapi, aku bingung dengan perubahan sikapmu. Semalam kamu marah-marah dan membentakku, tapi sekarang kamu begitu baik padaku. Ada apa sebenarnya?" selidik Bella dengan tatapan curiga."Oh, itu hanya kelelahan dan emosi yang mempengaruhi sikapku. Aku minta maaf jika aku terlalu emosional semalam," jawab Salma dengan wajah yang di buat sebersalah mungkin."Mba Salma, aku mengerti bahwa kehamilan membuat hormonku berubah, tapi ini terasa lebih dari itu. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Apa yang sebenarn
Felix menatap Salma dengan pandangan tajam yang penuh dengan amarah. Hatinya terbakar oleh kemarahan yang mendalam saat melihat Salma mendorong Bella, istri kesayangannya, dengan kasar. "Salma, apa yang kamu lakukan?! Bagaimana kamu bisa sekejam itu pada Bella?!" bentak Felix dengan suara bergetar menahan marah.Felix merasa tak terima dengan tindakan kejam yang dilakukan oleh Salma terhadap Bella, yang saat ini sedang mengandung anak mereka.Emosi tertahan dengan pancaran mata tajam nan dingin menusuk ke pada Salma. Jika dia tak datang tepat waktu, mungkin Bella sudah terjatuh dan kandungannya bermasalah."Felix, aku ... aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ... aku hanya kehilangan kendali diri," elak Salma berpura-pura menyesal."Kehilangan kendali diri?! Itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menyakiti orang lain, apalagi istriku yang sedang hamil! Apa yang membuatmu melakukan hal ini, Salma? Apakah kamu benar-benar membencinya sebegitu ini?!" marah Felix dengan suara menggel
Bella saat ini berada di rumah sakit untuk menjalani USG, dan Felix, suaminya, serta Putri, juga ada di sana untuk memberikan dukungan. Mereka duduk bersama di ruang tunggu dengan rasa cemas yang tak terucapkan. Setelah beberapa saat, Bella dipanggil oleh dokter untuk menjalani USG."Nyonya Bella, silakan masuk ke ruang USG. Saya akan memeriksa perkembangan bayi dalam kandungan Anda," ucap Dokter dengan ramah."Terima kasih, Dokter. Aku berharap semuanya baik-baik saja," jawab Bella dengan gugup.Felix menggenggam tangan Bella. "Aku yakin semuanya akan baik-baik saja, sayang. Kita harus tetap positif."Putri juga menggenggam tangan Bella yang lain. "Aku juga yakin, Ma. Bayi kecil pasti sehat dan kuat."Bella memasuki ruang USG dengan perasaan campur aduk. Dia berbaring di tempat tidur dan menatap layar monitor dengan harapan yang tinggi. Dokter mulai melakukan USG dan memeriksa perkembangan bayi dalam kandungan Bella.Dokter yang berpengalaman dengan lembut menggerakkan alat USG di pe
Saat Bella sedang tertidur pulas, ada seseorang yang berdiri di sampingnya dengan tatapan yang mencurigakan. Orang tersebut memegang sebuah jarum suntik di tangannya, siap untuk mencelakai Bella. Namun, sebelum dia bisa menyuntikkan cairan beracun pada kulit Bella yang sedang tertidur lelap, tiba-tiba pintu kamar terbuka.Mama Sally, muncul di pintu dengan tatapan curiga. Dia melihat orang tersebut dengan curiga dan segera menanyakan apa yang sedang dia lakukan di kamar Bella."Maaf, tapi apa yang sedang kamu lakukan di kamar Bella?" tanya mama Sally dengan tatapan curiga.Orang tersebut terkejut dan gugup, mencoba untuk menemukan alasan yang bisa meyakinkan Mama Sally. Dia pun segera menyembunyikan suntikan itu."Oh, maaf, Mama Sally. Saya sebenarnya hanya membawakan jus mangga untuk Nona Bella atas permintaan Tuan Felix sebelum dia pergi ke kantor," jawab orang itu dengan gugup yang tak lain adalah seorang pelayan.Mama Sally memperhatikan kegugupan dan ketidaknyamanan di wajah oran
Felix pulang ke rumah dengan wajah yang sedikit panik setelah menerima telepon dari mama Sally yang memberitahunya bahwa Bella, istrinya, dalam bahaya. Hatinya berdegup kencang saat dia membayangkan kemungkinan terburuk. Dia segera melangkah masuk ke kamar Bella dan merasa lega ketika melihat Bella sedang duduk di meja makan, sedang makan siang yang disuapi oleh mama Sally, ibunya."Bella, apa yang terjadi? Mama Sally bilang kamu dalam bahaya.?" tanya Felix dengan suara yang masih terengah-engah."Mas Felix, aku baik-baik saja. Mama Sally hanya sedikit khawatir karena aku merasa lelah hari ini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Bella dengan tatapan bingung."Tapi tunggu! Bahaya apa yang kamu maksud, Mas?" bingung Bella."Tidak sayang. Mama tadi menelpon Felix untuk segera pulang, dan mengatakan kamu dalam bahaya," sela mama Sally dengan mata kode pada Felix.Melihat itu, Felix mengerti. Dia merasa lega mendengar jawaban Bella. Dia duduk di samping Bella dan menggenggam tanga
Bella sedang tertidur siang dengan lelap, namun seketika perutnya terasa begitu sakit. Dia terbangun dengan rasa tidak nyaman dan merintih kesakitan, sambil meremas-remas selimut di sekitarnya. Rasa sakitnya begitu intens sehingga Bella bahkan tidak mampu mengambil ponselnya untuk menelepon Felix."Oh Tuhan, rasanya begitu menyakitkan. Apa yang sedang terjadi? Kenapa tiba tiba perutku sakit? aaakkhh!" ringis Bella sambil menggigit bibirnya kesakitan.Bella mencoba untuk mengatur nafasnya dan mencari cara untuk meredakan rasa sakit yang tak tertahankan itu. Dia merasa putus asa karena tidak bisa menghubungi Felix untuk meminta bantuan."Mas Felix, tolong datang cepat. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku." kata Bella di dalam hati.Bella terus merintih kesakitan, berusaha menahan rasa sakit yang begitu kuat. Dia merasa khawatir dan cemas tentang apa yang sedang terjadi pada kandungannya.Beberapa saat kemudian, Bella merasakan kelemahan yang begitu besar sehingga dia tidak bisa lagi
"Setelah saya periksa, zat ini benar-benar sangat berbahaya, hingga mampu menggugurkan kandungan Nona Bella, Tuan." ungkap Dokter Rama dengan serius. Felix dan Mama Sally yang mendengar penjelasan tersebut sangat terkejut. Mereka tidak bisa mempercayai apa yang baru saja mereka dengar. Mama Sally bahkan sampai menutup mulutnya dengan telapak tangannya, mengekspresikan rasa syok dan kebingungan yang begitu mendalam."Tunggu sebentar, Dokter. Apa yang Anda katakan? Ada zat berbahaya di dalam janin Bella?" ucap Felix dengan suara bergetar tak percaya."Ya, Tuan Felix. Saat saya memeriksa janin Bella, saya menemukan adanya zat berbahaya yang dapat menyebabkan keguguran. Ini adalah situasi yang sangat serius dan perlu penanganan medis segera."Kebetulan di rumah milik Felix, alat alat rumah sakit sudah lengkap, sehingga Bella tidak harus di bawa ke RS guna pemeriksaan."Oh Tuhan, tidak bisa dipercaya. Bagaimana bisa ada zat berbahaya di dalam janin Bella? Siapa yang bisa melakukan hal sep
"Pah, Bella terkena racun. Dokter mengatakan bahwa ada zat berbahaya di dalam janinnya yang menyebabkan keguguran," ucap mama Sally dengan suara sedih.Mama Sally berada di kamar dan memberitahu Tuan Johnson, suaminya, tentang apa yang terjadi pada Bella. Tuan Johnson merasa sangat kaget dan terkejut mendengar kabar tersebut. Pikirannya langsung memunculkan curiga bahwa mungkin ada penghianat di rumah Felix."Apa yang mama katakan? Bella diracuni? Bagaimana bisa hal ini terjadi?" kaget Tuan Johnson."Aku tidak tahu, Pah. Ini semua sangat mengejutkan dan mengerikan. Mama merasa ada yang tidak beres di rumah ini," jawab Mama Sally dengan suara sendu.Tuan Johnson merasa curiga dan mulai mempertanyakan keamanan di sekitar mereka. Dia tidak bisa memahami bagaimana seseorang bisa melakukan sesuatu yang begitu jahat dan merugikan kepada Bella dan janinnya.Tuan Johnson: (dengan suara tegas) "Ada yang tidak beres di rumah ini, Mam. Seseorang di antara kita mungkin adalah penghianat. Kita ha
Felix berjalan menuju pintu kamarnya yang sedang digedor dengan keras. Saat pintu itu terbuka, dia melihat Mama Selly, ibunya, berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan penuh kepanikan."Mas Felix, ada apa? Kenapa Mama Sally menggedor pintu dengan begitu keras?" tanya Bella yang berada di sampingnya, raut wajahnya penuh kekhawatiran.Felix menghela nafas dalam-dalam, merasakan kegelisahan yang sama. "Mama, ada apa? Kenapa wajahmu tampak begitu panik?" tanya Felix, mencoba menenangkan ibunya.Mama Sally menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk memberitahu mereka berita yang sangat mengejutkan. "Felix, Bella, beberapa menit yang lalu, pihak rumah sakit jiwa menelpon mama. Mereka mengatakan bahwa Salma mencoba untuk ... melakukan tindakan bunuh diri."Kata-kata itu jatuh seperti bom, membuat Felix dan Bella terdiam dalam kejutan. Bella merasa tubuhnya gemetar dan dia memegang lengan Felix dengan kuat, mencoba mencari dukungan."Mas Felix, apa ... apa ini be
Malam itu, setelah Bella selesai menyusui Galang, bayinya, dia berdiri di balkon kamar sambil menatap kegelapan malam. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran dan rasa bersalah terhadap Salma, istri pertama Felix yang saat ini sedang berada di rumah sakit jiwa.Tiba-tiba, Felix memeluknya dari belakang, kepalanya bersandar di bahu Bella. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Bella?" tanya Felix dengan suara lembut.Bella merasa air matanya menggenang. "Aku ... aku merasa bersalah, Mas Felix," jawab Bella dengan suara yang bergetar. "Aku merasa sedih melihat kondisi Mba Salma. Dia masih menyimpan kebencian yang begitu dalam terhadapku, dan aku merasa bahwa semua ini adalah salahku."Felix merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Bella. Dia mempererat pelukannya dan mencoba menenangkan Bella. "Bella, kamu tidak perlu merasa bersalah. Kondisi Salma bukan salahmu. Dia memiliki masalahnya sendiri yang harus dia hadapi. Kita semua memiliki beban dan tantangan dalam hidup kita, dan Salma juga demi
Pagi itu, Bella dan Felix melangkah keluar dari pintu rumah mereka dengan hati yang berdebar-debar. Mereka tahu bahwa hari ini adalah hari yang penting, mereka akan pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemui Salma.Sementara Galang, sang anak kecil yang penuh keceriaan, mereka titipkan kepada mama Sally, yang dengan setia menjaga dan merawatnya.Mama Sally menatap Bella dengan cemas, mencoba mencari kepastian dalam matanya. "Apakah kamu yakin akan pergi ke rumah sakit jiwa, Bella? Kamu tahu betapa sulitnya melihat Salma dalam kondisi seperti ini," ucapnya dengan suara yang penuh kekhawatiran.Bella mengangguk mantap, walaupun di dalam hatinya ada keraguan yang menghantui. Dia ingin melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana keadaan Salma. Bella merasa bahwa hanya dengan melihatnya secara langsung, dia bisa merasakan apa yang Salma alami dan memberikan dukungan yang lebih dalam."Felix dan aku perlu melihatnya sendiri, Mama Sally. Kami ingin memberikan dukungan sebanyak mungkin untuk
"Iya, kamu benar, Nak. Papa memang mengetahui segalanya."Tuan Johnson duduk dengan tenang di sofa kulit berwarna gelap, lampu ruangan menerangi wajahnya yang berkerut, menunjukkan tanda-tanda usia dan kebijaksanaan. Dia mengambil napas dalam-dalam, menatap Felix yang tampak pucat dan terkejut."Felix," kata Tuan Johnson dengan suara yang lembut namun penuh otoritas. "Aku tahu ini mungkin sulit untukmu menerima kenyataan ini. Tapi aku melakukan ini demi Bella, demi kalian berdua."Felix merasa seperti ditampar oleh kata-kata ayahnya. Dia merasa seolah-olah tanah di bawahnya runtuh. "Kenapa, Pah?" Felix bertanya, suaranya bergetar. "Kenapa kau tidak memberitahuku?"Tuan Johnson menatap Felix, matanya penuh penyesalan. "Karena aku tahu betapa kerasnya kau mencintai Bella, Felix. Aku tahu betapa hancurnya hatimu saat dia pergi. Aku hanya ingin melindungi kalian. Terlebih, Bella masih belum siap bertemu denganmu."Felix merasa kepalanya berputar. Dia menatap ayahnya, mencoba mencerna seti
Felix melepaskan pelukannya dan menatap Bella dengan tatapan penuh cinta. "Bella, aku sangat merindukanmu. Aku bahagia kamu kembali. Aku mencintaimu," ucap Felix dengan suara bergetar. "Kemana kamu selama ini, sayang? Kenapa kau pergi meninggalkanku?"Bella menatap Felix dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia tampaknya masih belum yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Namun, Felix tahu bahwa dia harus bersabar. Dia harus memberi Bella waktu untuk memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka berdua kembali bersama."Sayang aku khawatir dengan keadaanmu dan ..." Ucapan Felix terhenti saat melihat perut Bella yang sudah kempes.Felix menatap Bella dengan penuh kasih saat matanya terfokus pada perut Bella yang sudah tidak buncit lagi. Dia tidak bisa menahan kebahagiaannya dan akhirnya bertanya apakah Bella telah melahirkan anak mereka. "Apa kamu sudah melahirkan, sayang?" Bella hanya bisa mengangguk tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Melihat reaksi Bella, Felix merasa hatinya b
Felix melangkah masuk ke halaman rumahnya, hatinya dipenuhi rasa heran. Suasana rumah yang biasanya tenang dan damai kini berubah menjadi ramai, penuh dengan suara tawa dan percakapan yang riuh. Dia merasa ada yang berbeda, sesuatu yang tidak biasa. Kemudian, ia teringat bahwa hari ini ada tamu spesial yang akan datang, namun ia lupa siapa tamu tersebut.Saat pintu rumah dibuka, aroma masakan yang lezat langsung menyapa indra penciumannya. Di tengah kebingungan dan rasa penasaran, mama Selly, ibu dari sahabatnya, langsung menghampirinya."Mama, ada apa ini? Kenapa rumah ini begitu ramai?" tanya Felix dengan wajah bingung."Felix, kamu lupa ya? Hari ini ada tamu spesial yang datang. Kamu segera mandi dan ganti baju ya, tamu kita sedang menunggu di meja makan," jawab Mama Sally dengan senyum ramah."Tamu spesial? Siapa itu, Mama?" tanya Felix penasaran."Itu nanti kamu tahu sendiri setelah mandi dan berganti baju. Sekarang, cepatlah mandi dan berganti baju. Jangan sampai tamu kita menu
Sudah dua hari Felix tinggal di rumah, dan selama dua hari itu orang tuanya belum pulang dan tidak bisa dihubungi. Felix merasa cemas dan khawatir tentang keberadaan orang tuanya. Namun, pada saat yang sama, Betrand, asisten Felix, menelepon dan memberitahu bahwa mereka akan ada meeting dalam satu jam."Iya, aku akan segera turun ke bawah," jawab Felix dengan datar pada Betrand di seberang telepon.Dengan perasaan terpaksa, Felix turun ke lantai bawah di mana Betrand sedang menunggunya. Saat melangkah ke bawah tangga, Felix melihat semua pelayan sedang sibuk menghias sebuah kamar di lantai satu. Felix merasa bingung dan penasaran tentang apa yang sedang terjadi. Tanpa pikir panjang, Felix mendekati salah satu pelayan dan bertanya, "Maaf, apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa semua pelayan sedang sibuk menghias kamar ini?"Pelayan itu menoleh ke arah Felix dan menjawab dengan sopan, "Tuan Felix, ada tamu spesial yang akan menginap dan tinggal di rumah ini atas perintah dari Tuan J
"Namanya adalah, Galang Perdana Harrison," jawab Bella sambil mengusap pipi bayinya dengan lembut.Mama Sally tersenyum lebar, matanya berbinar-binar melihat cucu pertamanya yang baru saja diberi nama. Dia mengulurkan tangannya dengan penuh kelembutan, mengelus pipi Galang dengan lembut. "Galang Perdana Harrison, nama yang begitu indah. Aku yakin kamu akan tumbuh menjadi anak yang hebat dan penuh keberanian, seperti namamu."Tuan Johnson mengangguk setuju, senyumnya tak bisa disembunyikan. Dia merasa bangga melihat Bella mengambil keputusan yang tepat untuk memberi nama kepada bayi mereka. "Galang, nama yang kuat dan memiliki makna yang mendalam. Kamu akan menjadi anak yang berani dan selalu berusaha mencapai tujuanmu, seperti namamu yang mengandung arti 'berani'."Bella melihat kedua orang yang begitu ia cintai dengan tatapan penuh kebahagiaan. Dia merasa lega karena mereka menerima nama yang dia pilih untuk bayi mereka. "Terima kasih, Mama Sally, Papa Johnson. Saya senang bahwa kali
Bella terdiam sejenak. "Aku tidak tahu Mah, apakah aku harus kembali kepada Max Felix atau tidak," jawab Bella dengan lirih.Mama Sally mendekati Bella dengan penuh kelembutan. "Sayangku, mama mengerti betapa sulitnya situasi yang kamu hadapi. Kamu sudah melalui banyak penderitaan dan trauma, dan mama tidak bisa membayangkan betapa beratnya bagi kamu untuk kembali kepada Felix. Tapi apapun keputusanmu, kami di sini untuk mendukungmu."Bella menangis, membiarkan air mata mengalir bebas di pipinya. "Mama Sally, aku takut. Aku takut Felix akan marah dan mengancam keselamatanku dan bayi ini. Aku takut dia akan mengambil bayiku dariku. Terlebih, aku takut pada mba Salma."Mama Sally menggenggam tangan Bella dengan erat. "Bella, kamu tidak sendiri dalam menghadapi semua ini. Kami akan melindungi kamu dan bayi ini. Jika kamu memilih untuk pergi kembali kepada Felix, kami akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamananmu. Tapi jika kamu memutuskan untuk tidak kembali, kami akan mendu