Kini Arthur dan Ayra sudah sampai di Bandara International London Heathrow, mereka menyeret koper mereka masing-masing.
Arthur dan Ayra kini sudah berada di dalam taxi menuju hotel tempat mereka menginap, namun itu adalah hanya pikiran Ayra saja, karena Arthur sudah memesan sebuah Villa di London. "Pak, kita kan meetingnya lusa, 2 hari ini apa yang akan kita lakukan?" tanya Ayra yang sedari dari dalam pesawat terus mengusik pikirannya. "Terserah kamu, kamu mau liburan, jalan-jalan, shoping, terserah kamu, anggap aja ini libur gratis kamu dan keuntungan kamu menjadi sekretaris saya, " ketus Arthur. "Ya bapak, saya baru pertama kali ini naik pesawat dan keluar negeri, kalau saya melakukan itu semua sendiri yang ada saya nyasar, kalau saya nyasar pasti bapak akan sangat repot mencari saya," "Siapa bilang kalau kamu hilang saya akan mencari kamu! saya tidak peduli dengan kamu," "Benarkah pak? bapak sudah minta izin dengan ayah saya membawa saya kesini, berarti bapak harus mengembalikan saya dengan selamat kepada ayah saya," ucap Ayra dengan cengir kudanya yang menampilkan deretan gigi putihnya. Arthur memandang wajah Ayra dengan intens. "Ada apa bapak memandangi saya, awas bapak jatuh cinta dengan saya, bisa diamuk saya sama istri bapak yang galak itu." "Jangan terlalu kepedan kamu bicara, saya tidak mungkin tertarik dengan kamu," "Ah iya pak, saya sadar diri kok, saya tidak ada apa-apanya dibanding istri bapak yang sangat cantik dan bodynya bagus itu."Arthur teringat kembali kalau istrinya tidak ingin memiliki anak karena takut ia tidak cantik lagi dan tubuhnya tidak terlihat bagus. Mengingat itu Arthur mengepalkan tangannya dengan kuat urat-urat ditanganya terlihat menonjol, dan membuang mukanya ke arah jendela mobil.
"Jika kamu menikah, apa tujuan kamu menikah?" tanya Arthur tiba-tiba namun Arthur masih memandang keluar jendela mobil.
Ayra memiringkan kepalanya melihat wajah Arthur yang sedang berbicara dengannya namun tidak melihatnya, "Kenapa bapak bertanya seperti itu? Seharusnya kan bapak yang lebih tahu, karena bapak sudah menikah sedangkan saya belum menikah."
Arthur mengerjapkan matanya mendengar penuturan Ayra.
Mungkin aku salah tempat untuk bertanya, pikir Arthur.
"Lupakan!" Hanya itu yang diucapkan Arthur.
Arthur melamun sambil memandangi keluar jendela mobil namun tak lama Arthur tersadar dari lamunannya, ia menoleh sisi kirinya ternyata Ayra sudah tertidur pulas dan kini kepala Ayra bersandar dibahu Arthur. Kepala Ayra yang tersandar di bahu Arthurlah yang membuat Arthur tersadar dari lamunannya.
Gadis ini berani sekali memperlakukan atasannya seperti ini, batin Arthur.
Namun saat Arthur ingin menjauhkan kepala Ayra, Arthur melihat wajah Ayra yang damai, cantik alami tidak banyak polesan bedak dan warna. Matah Arthur tertuju pada bibir Ayra yang juga merah alami. Arthur mengurungkan niatnya untuk menjauhkan kepala Ayra.
Adelia seandainya kamu mau mendengar ucapanku, aku lebih menyukai kamu apa adanya, cantik alami, dan mempunyai seorang anak itu sangat menyenangkan pasti saat ini aku orang yang paling bahagia, batin Arthur.
Seandainya waktu bisa diputar, aku lebih awal tahu jika kamu sebenarnya tidak ingin memiliki anak, aku tidak akan pernah menikah denganmu, batin Arthur lagi.
Setelah menempuh perjalanan dua jam lamanya, akhirnya Arthur sampai di Villa yang sudah dipesannya. Arthur tidak tega membangunkan Ayra, terlihat wajah Ayra sangat lelah. Arthur berinisiatif menggendong tubuh mungil Ayra dan Arthur juga meminta tolong kepada supir taxi untuk membawakan kopernya dan koper Ayra.
Arthur menggendong Ayra ala bridal style, ia tidak merasa keberatan sama sekali saat Ayra berada digendongannya.
Arthur meletakkan tubuh Ayra perlahan diatas ranjang. Disaat Arthur melihat tubuh Ayra, Arthur menjadi salah tingkah, Arthur menelan silivanya dengan kasar.
Kenapa tubuhnya sangat menggoda, batin Arhur.
Arthur menggelengkan kepalanya, "Aku harus segera keluar dari sini,"
Arthur keluar dari kamar yang akan di tempati oleh Ayra, ia memasuki kamarnya sendiri, Arthur rasanya ingin segera mandi, ia merasa sangat panas.
"Kenapa cuaca di London hari ini tiba-tiba terasa sangat panas," gumam Arthur yang tentu saja itu tidak benar, hanya dialah yang merasa kepanasan saat ini setelah dari kamar Ayra.
Ayra terbangun di malam hari, ia mengedipkan matanya melihat sekelilingnya.Seingatku tadi aku sedang berada di dalam mobil bersama dengan pak Arthur, kenapa sekarang sudah berada di dalam kamar? dan ini kamar siapa rumah siapa, batin Ayra.Ceklek...Pintu kamar Ayra terbuka terlihat Arthur yang berpakaian santai, Ayra tak mengedipkan matanya ketika melihat Arthur berpakaian santai, Arthur terlihat berkali-kali lebih tampan."Akhirnya kamu bangun juga, bersiap lah kita akan keluar untuk makan malam," kata Arthur."Makan malam... sebentar ya pak saya mau mandi dulu," ucap Ayra yang langsung berlari ke kamar mandi.Arthur hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ayra.Ayra baru menyadari jika dia tidak berada di hotel melainkan disebuah Villa."Pak," panggil Ayra."Hm....""Ini Villa milik bapak?""Kenapa?""Tidak apa-apa pak, hanya bertanya.""Saya tidak mempunyai Villa disini, tetapi saya mempunyai apartemen disini, saya tidak mau tinggal diapartemen, jadi saya menyewa Villa ini,
Setelah melihat kelembutan Ayra dengan seorang anak Arthur merasa jatuh hati kepada Ayra. Arthur dan Ayra sekarang ini sudah berada di villa tempat mereka menginap. "Kamu suka anak-anak?" tanya Arthur. "Iya pak, saya sangat menyukai anak-anak," ucap Ayra dengan senyum manisnya. Arthur menatap Ayra dengan penuh arti. Apa aku harus menikah lagi setelah tahu kalau Adelia tidak menginginkan anak? batin Arthur, tapi baik Adelia atau Ayra pasti mereka tidak mau di duakan, pikir Arthur. "Ayra, apakah setelah menikah kamu ingin memiliki anak?" "Bapak ngomong apa sih, ya setiap orang yang mau menikah pasti menginginkan anak, bapak aja begitu kan? ya saya juga begitu pak," "Ya kamu benar semua orang pasti ingin memiliki anak, tapi tidak dengan istri saya, dia lebih ingin tampil sempurna tanpa ingin memliki anak," lirih Arthur. "Apa pak, tapi pak bukannya istri anda dan anda sering kedokter kandungan untuk mengecek nona Adelia?" "Ia benar, dia membohongi saya," "Bapak yang sabar ya, mu
Arthur nampak berpikir dengan ucapan Ayra."Baiklah, kalau begitu kita menikah setelah kita pulang dari sini," ucap Arthur."Terima kasih pak," ucap Ayra."Saya bilang jangan panggil saya bapak, tapi panggil saya mas," ucap Arthur."Maaf mas," sesal Ayra yang sudah tertunduk karena takut Arthur marah."Sekarang pergilah istirahat,"Ayra mengangguk dan pergi ke kamarnya, ia akan beristirahat, namun sampai dikamar Ayra tidak bisa tidur ia terus-terusan memikirkan perkataan Arthur."Apa benar pak Arthur akan menikahiku?" gumam Ayra."Kalau benar, aku akan menjadi istri kedua pak Arthur, apa yang akan dikatakan oleh ayah? pasti Ayah akan marah," Pikir Ayra .Karena banyak berpikir Ayra pun tertidur.Sedangkan Arthur sedang memikirkan ucapannya, ucapannya yang akan mengajak Ayra menikah."Benarkah keputusanku ini? Apakah aku harus menikah lagi, dan bagaimana dengan Adelia?" gumam Arthur."Aku harus tegas dengan Adelia, dia sudah lama mempermainkanku, dan menipuku,"Sedang asyik-asyiknya Ar
"Ibu tiri kamu tidak mau menandatangani surat untuk operasi ayah kamu," jelas Arthur. "Apa! tega sekali dia," Geram Ayra. "Sebenarnya apa yang membuat ibu tiri mu tidak mau menandatangani surat iniz pasti kamu tahu kan?" tanya Arthur. "Mereka hanya ingin uang saya saja mas," lirih Ayra. "Jadi selama ini kamu bekerja hanya untuk diberikan kepada mereka?" tanya Arhur. "Ya mas, jika saya tidak memberi mereka uang, mereka akan menyusahkan saya jika ayah saya tidak berada dirumah," "Uang itu akan mereka gunakan untuk apa?" "Untuk kesenangan mereka pak, makanya saya selalu menyembunyikan gaji saya separuh, dan mereka juga tidak tahu jika saya adalah seorang sekretaris, kalau mereka tahu pasti mereka akan meminta lebih banyak uang lagi kepada saya," jelas Ayra. "Tanda tanganilah surat-surat ini, agar ayah kamu bisa segera diobati," "Baiklah pak," Ayra pun menandatangani berkas-berkas itu,lalu Arthur mengirimkannya kembali ke rumah sakit. "Sekarang kamu pergilah istirahat, besok kit
Arthur dan Ayra sudah kembali ke Indonesia, Arthur benar-benar menepati janjinya, setelah pekerjaan mereka selesai dia membawa Ayra pulang untuk bertemu dengan Ayahnya. "Ayah," panggil Ayra, matanya sudah tergenang air mata yang siap terjun kapan saja. Namun Baskara sang ayah tidak menyahut, bahkan matanya pun masih setia terpejam. "Kamu disini saja ya temani ayah kamu, saya akan menemui dokter," ucap Arthur. Ayra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban ucapan Arthur. Air matanya pun kini sudah turun membasahi pipinya, "Ayah, kenapa ayah masih saja memejamkan mata ayah? Ayra sudah pulang yah." "Ayah ayo lah bangun, apa ayah tidak mau melihat Ayra." Ayra kini sudah terisak, menangis melihat keadaan ayahnya. Brak.... Mayumi membuka pintu ruangan Baskara dengan kasar, mereka masuk keruangan itu dengan tertawa, tidak terlihat sedikit pun kesedihan di wajah mereka. "Oh ternyata kamu sudah pulang anak sial," ucap Yuni yang langsung memarahi Ayra. "Kemana aja kelian? kena
Arthur kembali kerumahnya, ia tidak melihat keberadaan Adelia. Art Arthur melihat kepulangan Arthur, ia pun menyambut kedatangan Arthur, "Tuan sudah kembali," "Dimana Adelia bi?" "Nyonya lagi keluar tuan, katanya ada arisan dengan teman-teman sosialitanya," "Apa tuan mau saya buatkan kopi atau tuan ingin makan?" "Buatkan saja saya kopi, dan letakkan di ruang kerja saya bi," "Baik tuan," Arthur pergi menuju kamarnya, ia melihat sekeliling kamarnya, namun ada sesuatu yang ia lihat diatas meja rias Adelia. "Ternyata dia sudah tidak menyembunyikan ini lagi, dia secara terang-terangan tidak ingin memiliki anak," gumam Arthur. Arthur melihat obat yang sama ia lihat sebelum ia bertengkar dengan Adelia, yaitu obat pencegah kehamilan. Di bawah guyuran air shower yang dingin Arthur mendinginkan kepalanya, ia merasa isi kepalanya sangat panas memikirkan Adelia, namun saat ia memejamkan matanya, ia melihat bayang-bayang Ayra yang tersenyum dan berinteraksi dengan seorang anak. "Come on
Seminggu telah berlalu, ayah Ayra sudah sadar dari komanya, Baskara merasa senang karena anaknya sudah kembali dengan selamat dari perjalanan bisni, namun ada yang mengganggu hati dan pikirannya, istri dan kedua anak tirinya tidak ada di rumah sakit dari semenjak ia siuman dari koma."Ayra, apa atasan kamu tidak marah kalau kamu selalu libur?" tanya Baskara."Tidak ayah, atasan Ayra sendiri yang memberi izin untuk menemani ayah, lagi pula hari ini ayah akan pulang dari rumah sakit,""Baik sekali atasan kamu, dia sudah membiayai biaya rumah sakit ayah dan dia juga mau memberimu izin libur kerja,""Itu karena Ayra adalah calon istri saya pak," ucap Arthur yang tiba-tiba sudah berada di dalam ruang rawat Baskara."Apa calon istri?" tanya Baskara."Iya ayah, mas Arthur adalah calon suami Ayra,""Bagaimana bisa atasan kamu menikahi kamu Ayra?""Maafkan saya pak ini terlalu mendadak, tetapi saya dan Ayra sudah sepakat, jika saya membiayai seluruh pengobatan bapak, maka Ayra akan menikah den
"Ayra, kenapa di depan rumah kita banyak orang?" tanya Baskara."Ayra gak tahu ayah, Ayra juga baru ini pulang kerumah," jawab Ayra."Ayra turun dulu ya mas, ayah, Ayra lihat dulu mereka siapa dan cari siapa,"Arthur mengantarkan Ayra dan Baskara sampai di depan rumah mereka, namun mereka melihat begitu banyak pria yang bertubuh kekar dan berpakaian preman di depan rumah Ayra. Rumah itu merupakan rumah peninggalan ibu Ayra untuk Ayra, makanya ibu tiri dan saudara tirinya mendapatkan surat tanah itu di kamar Ayra."Maaf bapak-bapak ini siapa?" tanya Ayra dengan sopan."Kamu siapa?" tanya salah satu dari pria itu."Saya Ayra pemilik rumah ini,"Mereka membuka map yang mereka bawa dan melihat foto yang ada diberkas itu mirip dengan Ayra."Rumah ini akan kami sita karena kamu tidak membayar pinjaman kamu,""Apa, disita? pinjaman?" tanya Ayra yang merasa bingung."Ya, Rumah ini kami sita, dan kamu harus membayar uang pinjaman itu sekarang juga, jika kamu tidak membayarnya maka rumah dan ta
Adelia baru saja pulang kerumahnya, saat ia melihat kamar Ayra ia sangat merasa geram, seandainya dia tahu password untuk masuk kedalam kamarnya maka itu sangat menyenangkan untuknya, memporak-porandakan kamar Ayra."Enak sekali wanita itu, selalu bersama dengan mas Arthur," gumam Adelia.Adelia mengeluarkan sebuah botol yang berisikan obat dari laci nakasnya."Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia dengan mas Arthur, aku akan membuat kamu keluar dari rumah ini," gumam Adelia lagi.Ting...Satu notif masuk ke ponsel Adelia, Adelia membuka pesannya."Alex" gumam Adelia melihat nama Alex yang tertera di layar ponselnya."Hai sayang, Apa malam ini kamu ada waktu?" Isi pesan Alex."Aku tidak ada waktu, aku ingin bersama dengan suamiku malam ini," balas Adelia."Baiklah, semoga kamu bahagia dengan suami kamu," isi pesan Alex.Adelia tidak membalas pesan dari Alex lagi, ia sangat ingin beristirahat, karena ia merasa sangat lelah digempur habis-habisan oleh Alex.*** Arthur, Adelia dan Sean
"Apa seharian ini akan tetap berada di kantorku?" tanya Arthur kepada Sean yang tidak juga pergi dari ruangannya."Santai sedikitlah, aku masih ingin melihat sekretarismu itu," jawab Sean dengan santainya."Apa matamu itu ingin ku congkel dari tadi kau hanya memandangi sekretarisku?""Ah, emangnya ada apa kau dengan sekretarismu ini, kenapa dari tadi kamu sangat sensi kalau aku memandangi sekretarismu?""Itu bukan urusanmu, sekarang pergi lah dari kantorku," usir Arthur."Ck, kau ini kejam sekali,""Apa kau sudah menjadi pengangguran?""Aku bukan pengangguran, hanya ingin menambatkan hatiku kepada sekretaris cantik ini," goda Sean yang mendekati meja Ayra."Jangan pernah kau mendekatinya," marah Arthur yang ikut mendekati Ayra dan menarik tangan Ayra agar menjauh dari Sean.Sean memicingkan matanya,"Sepertinya ada sesuatu,""Ah, sudah-sudah jangan ribut lagi, lebih baik saya keluar aja ya pak," pamit Ayra yang merasa tidak enak."Tidak Ayra kamu tetaplah disini," ucap Arthur yang sekar
"Baiklah aku turun disini mas," jawab Ayra dengan pasrah.Ayra turun dari mobil Arthur, dan berjalan terlebih dahulu, sedangkan Arthur menyuruh supirnya untuk mengikutinya dari belakang sampai di perusahaan.Ayra sudah masuk terlebih dahulu kedalam perusahaan, namun ketika sampai di lift, Ayra harus mengantri lift, semua karyawan sedang menggunakan lift untuk ke lantai masing-masing.Namun Arthur melihat antara laki-laki dan perempuan semuanya bercampur dan berdekatan, Arthur tidak rela jika Ayra berdekatan dengan laki-laki lain."Ayra," panggil Arthur dengan dingin."Ya pak," sahut Ayra yang terkejut tiba-tiba dipanggil Arthur, ia takut kalau karyawan lainnya curiga."Kemarilah, saya ingin menanyakan tentang laporan yang saya suruh kerjakan semalam apakah sudah kamu kerjakan?" tanya Arthur."Su-sudah pak," jawab Ayra merasa bingung, namun dia ikuti saja apa yang di katakan Arthur."Kalau begitu, bisa kamu jelaskan kepada saya sekarang?""Bi-bisa pak,""Kalau begitu ayo ikut saya naik
Arthur baru saja selesai mandi, ia akan bersiap pergi ke kantor, namun netra matanya melihat di atas ranjang sudah tersedia pakaian yang sudah disiapkan oleh Ayra."Ternyata dia sudah menyiapkan pakaianku, dan semua yang akan aku pakai hari ini," gumam Arthur sambil tersenyum."Heemmm... seleranya bagus juga," gumam Arthur."Tapi dimana dia sekarang?" gumam Arthur kembali yang tidak melihat keberadaan Ayra.Sedangkan orang yang dicari-cari oleh Arthur kini sedang menyiapkan serapan untuk mereka, mbok na sudah melarang Ayra untuk di dapur, namun Ayra tetap ingin membuatkan serapan untuk mereka, mbok na tidak bisa berbuat apa-apa ia harus menuruti permintaaan majikan barunya itu.Arthur yang baru saja turun dari lantai dua langsung mencari keberadaan Ayra, ia tersenyum kecil melihat Ayra sedang menyiapkan serapan di atas meja makan."Sedang apa kamu?" tanya Arthur."Eh mas, kamu sudah selesai? aku cuma buatkan serapan untuk kita," jawab Ayra."Kenapa harus kamu? kan ada mbok Na?" tanya
Di pagi hari Adelia terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. "Ah, kepalaku sangat pusing," keluh Adelia. Adelia memegang kepalanya yang sangat pusing, ia mengingat-ingat kejadian yang terjadi kepadanya. Adelia sibuk dengan pikirannya sendiri dikejutkan dengan tangan kekar seorang pria memeluknya tiba-tiba, ia mengira itu adalah Arthur, namun ketika ia menoleh kesamping ia terkejut, karena yang tidur bersama dengannya bukanlah Arthur. "Siapa kamu," teriak Adelia. "Ssstt... baby, kenapa kamu berteriak sepagi ini, aku masih mengantuk," ucap pria itu dengan mata yang masih terpejam. "Si-siapa kamu?" tanya Adelia yang merasa takut. Perlahan pria itu membuka matanya, ia menatap Adelia dengan intens. "Apa kau sudah setua itu untuk menjadi pikun secepat ini?" canda pria itu. "Apa aku perlu mengulang kegiatan panas yang kita lakukan semalaman?" tanya pria itu. Adelia terdiam ia melihat dirinya di pantulan cermin yang ada disampingnya, bayang-bayang kegiatan panasnya dengan p
"Mas yang mana lemari pakaianku?" tanya Ayra karena kebingungan. Ayra melihat begitu banyak lemari yang ada di walkin closed. "Semua kebutuhan kamu ada disini," tunjuk Arthur. "Baiklah terima kasih," ucap Ayra. Ayra membuka lemarinya, betapa terkejutnya Ayra ketika melihat isi lemari yang sudah disediakan Arthur. "M-Mas," panggil Ayra "Hemm... ada apa?" sahut Arthur yang melihat ponselnya. "I-ini beneran punyaku?" tanya Ayra dengan gugup. Ayra bergedik ngeri melihat lingrie yang sudah disiapkan oleh Arthur. "Hemm... kenapa emangnya?" "Apa tidak ada baju yang lain? I-ini terlalu terbuka dan tipis..." Arthur mengalihkan pandangannya, kini ia melihat Ayra. "Memangnya kenapa?" "Aku gak terbiasa memakai pakaian seperti ini mas," Arthur bangun dari duduknya ia mendekati Ayra. "Mulai sekarang biasakan menggunakan ini," bisik Arthur tepat ditelinga Ayra. Ayra merasa merinding karena ulah Arthur, dan ia semakin gugup. Arthur menyunggingkan senyumnya melihat
Di kediaman Arthur, Arthur sedang berbicara dengan Adelia."Adel, besok mas akan menikah dengan Ayra, mas harap kamu bisa hadir dan menyetujui pernikahan mas dengan Ayra," pinta Arthur"Baik mas, apa mas akan membawanya kerumah ini?" tanya Adelia"Ya, mas akan membawanya kesini, mas harap kamu bisa bersikap baik dengannya," "Aku pasti akan bersikap baik dengannya, jika dia juga bersikap baik denganku,""Mas, apakah setelah menikah cinta mas untukku akan berkurang?" lirih Adelia."Rasa cinta mas denganmu memang sudah tidak ada semenjak kamu membohongi mas, semenjak kamu benar-benar tidak mau memiliki anak," ucap Arthur dengan dingin."Jadi mas sudah mencintai wanita itu?""Panggil dia Ayra, dia mempunyai nama!""Secepat itu mas sudah mencintainya?""Itu bukan urusanmu Adel, mas hanya ingin kau bersikap baik dengan Ayra."Baiklah mas, aku akan bersikap baik dengannya,"***Pagi ini Ayra sudah terlihat sangat cantik, ia sudah di rias oleh MUA yang dikirim oleh Arthur."Wah kamu terlihat
"Ada apa mas kemari?" tanya Zean tanpa melihat ke arah Arthur, ia masih betah melihat halaman rumahnya yang luas dari balkon kamarnya."Apa Ayra wanita yang sering kamu ceritakan? yang kamu taksir?" tanya Arthur."Apakah kalau aku mengatakan iya, mas akan memberikannya kepadaku?" tanya Zean kembali."Tentu saja tidak," jawab Arthur."Kalau itu jawaban mas kenapa mas menanyakan itu kepadaku?""Aku ingin meyakinkan saja, apakah kau masih menyukainya atau sudah melupakannya,""Apa mas serius ingin menikahinya?" tanya Zean dengan menatap tajam Arthur."Ya," jawab Arthur."Apa mas akan mencintai dan menyayanginya? atau mas hanya ingin memiliki anak saja dengannya, selebihnya mas tidak peduli dengannya?"Itu bukan urusan kamu, jika dia sudah menikah dengan mas, bagaimana dia kamu jangan pernah ikut campur," pesan Arthur."Jika mas menyakitinya, aku orang pertama yang akan membawanya pergi jauh dari mas," pesan Zean."Mas pastikan dia tidak akan pernah mau ikut denganmu.""Kita lihat saja na
Ayra keluar dari ruang ganti, Arthur meihat Ayra sampai tidak mengedipkan matanya."Mas Arthur bagaimana yang ini?" tanya Ayra."Cantik," kata Arthur yang keluar begitu saja dari mulutnya."Orangnya yang cantik atau bajunya yang cantik?" goda pemilik butik."Orangnya," ucap Arthur tanpa sadar memuji kecantikan Ayra."Gaun itu terlihat cantik dipakai oleh Ayra," ralat Arthur."Kamu suka gaun itu Ayra?" tanya pemilik butik."Ya tante saya menyukainya," jawab Ayra."Kami pilih gaun itu tante," ucap Arthur.Pemilik Butik membungkus gaun itu dan diberikan kepada Ayra.Arthur memberikan black cardnya kepada tante,"Ini tante,""Tidak usah Arthur," tolak pemilik toko."Tapi tante,""Tante memberikan ini untuk Ayra, sebagai hadiah untuk pernikahan kelian,""Kalau begitu terima kasih tante," ucap Arthur."Terima kasih tante," ucap Ayra."Semoga Samawa, dan kelian bahagia.""Ammiin," ucap Ayra dan Arthur bersamaan.Bagaimana bisa aku bahagia dengan pria Arogan seperti ini, kalau bukan karena kea