“Ada apa? Kenapa Nyonya membawaku ke sini?” tanya Aileen pada Nyonya Caisa setelah pintu ditutup.
“Seberapa dekat kau dengan Arthur?” Pertanyaan yang dilontarkan oleh Nyonya Caisa membuat Aileen merasa heran.“Kami tidak dekat. Memangnya kenapa?”“Jika tidak dekat." Nyonya Caisa melesatkan tatapan menelisik ke arah wajah Aileen, lalu berkata, "Kenapa aku sering melihatmu bersamanya?"Selama seminggu ini, Nyonya Caisa beberapa kali melihat Aileen sedang bersama dengan Arthur, itulah sebabnya dia bertanya pada Aileen malam ini.“Kami tidak sengaja bertemu.”“Benarkah?” tanya Nyonya Caisa dengan mata memicing. Seperti, tidak percaya dengan jawaban Aileen.“Tentu saja benar. Memangnya ada alasan lain untuk aku bertemu dengannya?”Melihat Nyonya Caisa hanya diam, Aileen berkata lagi, “Nyonya Caisa, Arthur dan aku tinggal di rumah yang sama, jadi wajar saja kalau kami tidak sengaja bertemu. Lagi pula, kami hanya meTidak ingin berlama-lama di sana, Aileen pun melangkahkan kaki menuju kamarnya. Ketika membuka pintu, kamarnya terlihat gelap, dia meraih ponselnya dan menyalakan lampu ponselnya. Dia sengaja tidak menyalakan lampu kamar karena dia berpikir kalau Christian sedang tidur. Itu adalah kebiasaan Christian, jika sedang tidur. Dia akan mematikan lampu kamar dan hanya akan menyisakan lampu tidur. Namun, ada yang berbeda malam ini, Christian Li tidak menyalakan lampu tidurnya, hingga membuat seluruh kamar menjadi gelap.Ketika Aileen mengarahkan lampu ke arah ranjang, dia melihat Christian sedang berbaring di tempat tidur. Itu artinya dia memang sudah tidur. Namun, karena Qariba mengatakan Christian belum makan sejak siang, Aileen berniat membangunkannya untuk makan malam.Dia pun akhirnya melangkah seraya menyinari jalan di depannya. Ketika dia merunduk ke bawah, dia melihat ada beberapa barang di lantai yang tergeletak, sepertinya sesuatu sudah terjadi tadi.
“Tidak perlu berpura-pura lagi, aku tahu apa tujuanmu menikah denganku.”Selalu saja begitu, Christian selalu menuduhnya yang tidak-tidak. Padahal, jika dia tidak terpaksa, tidak akan pernah setuju memasuki keluarga Li.“Baiklah, kalau kau tidak mau mengatakan padaku, aku akan mencari tahu sendiri nanti.”Aileen berjalan mengambil kotak obat untuk mengobati luka di tangan dan di tubuh Christian, kemudian kembali menghampiri pria itu. “Kemarikan tanganmu,” ucap Aileen seraya mengulurkan tangan ke arahnya.Sebenarnya dia bisa saja langsung meraih tangan suaminya. Namun, dia takut ditepis oleh Christian Li. Itulah sebabnya dia meminta padanya secara langsung. “Christian, sudah kubilang, aku tidak memiliki niat jahat sedikit pun padamu. Aku istrimu, tidak mugkin aku mencelakaimu. Aku hanya ingin mengobatimu.”Dia tahu kalau Christian masih tidak percaya dengannya, dan juga masih mewaspadainya. Jadi, Aileen hanya bisa memaklumi dan b
Misteri mengenai luka di tubuh dan tangan Christian saja belum terjawab, justru dia mendapati fakta suaminya kembali menyerang pelayan hingga melukainya.“Saya juga tidak tahu. Tuan muda memang sering marah tanpa sebab. Saya sudah sering kali mendapatkan perlakukan buruk dari tuan muda sejak saya bekerja di sini. Saya hanya bisa memakluminya, karena saya tahu mental tuan muda memang terganggu.”Wajah Aileen terlihat tidak senang ketika mendengar itu. “Mentalnya terganggu? Maksudmu suamiku gila?”Wajah Zaya memucat, seketika itu juga dia menggeleng untuk menyanggahnya. “Bukan seperti itu, Nona Muda. Saya tidak mungkin berpikir seperti itu. Nyonya Caisa sendiri yang bilang kalau tuan muda mengalami masalah kejiwaan, jadi saya diminta berhati-hati.”Melihat wajah bersalah dari Zaya, Aileen akhirnya hanya bisa menghela napas. Belakangan ini, dia jadi sangat sensitif jika mendengar ada yang menghina Christian? Entah mengapa, dia merasa marah
"Aku tidak mungkin mengusik orang jika dia tidak mengusikku terlebih dahulu."Ucapan Christian semalam, masih terngiang di benak Aileen. Pagi ini, seperti biasa setelah memasak, Aileen membersihkan dirinya sebelum Christian bangun. Di dalam kamar mandi, Aileen sedang melamun sambil memikirkan kejadian yang terjadi semenjak dia tinggal di kediaman keluarga Li. Masih banyak sekali tanda tanya yang belum terpecahkan mengenai yang terjadi di kediaman Li, termasuk luka yang ada di tubuh Christian dan pernyataan berbeda antara Christian dan Zaya. Dia berniat untuk menyelidiki diam-diam untuk mengetahui kebenarannya dan mengungkap siapa yang berniat menyingkirkan Christian.Usai mandi, seperti biasa dia akan mempersiapkan segala kebutuhan Christian Li dan mengurusnya sebelum dia berangkat kerja.“Christian, hari ini mungkin aku akan pulang malam. Aku memiliki pekerjaan penting, jadi aku akan meminta Bibi Nian untuk mengurusmu.”“Tidak perlu repot memikirkanku. Sejak dulu, aku sudah terbiasa
Sejujurnya, Aileen tidak mengerti dengan jalan pikiran ayahnya. Mengapa dia justru mendukung dan membela ibu tiri Christian Li. Padahal, dia tahu dengan jelas, apa tujuan utama Nyonya Caisa membawanya masuk ke keluarga Li."Aileen, ayah tidak bisa menjelaskan padamu sekarang, tapi ayah harap kau bisa bertahan di keluarga Li. Apa pun yang terjadi nanti, jangan pernah tinggalkan Christian Li."Itu adalah pesan ayahnya sebelum dia keluar dari ruangan ayahnya. Aileen tidak menanggapi permintaan Tuan Jonas dan memilih segera pergi dari sana. Dia tahu, ayahnya berpesan seperti itu karena takut kehilangan sumber uangnya.Setibanya di loby rumah sakit, Aileen melihat begitu banyak wartawan yang menunggu di depan pintu utama. Bahkan petugas rumah sakit kewalahan mengusir mereka. Karena tidak bisa melewati pintu utama, Aileen akhirnya memilih jalan lain. Dia harus segera pergi ke kantor sebelum terjun ke lapangan mencari berita yang ditugaskan oleh atasannya.
Saat Aileen memasuki kamarnya, dia melihat Christian Li belum tertidur. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Biasanya, pria itu sudah terlelap di jam itu. Sambil melepas tasnya, Aileen melanglah menuju sofa panjang yang biasa dia pakai untuk tidur."Kenapa belum makan?" tanya Aileen ketika melihat nampan yang berisi makanan di atas nakas nampak belum tersentuh. "Apa masakanku tidak enak?"Mendengar pertanyaan Aileen, Christian yang sejak tadi sedang menonton televisi seketika menoleh pada Aileen yang sedang duduk di sofa sambil memijat betisnya. "Tidak lapar."Aileen menghela napas panjang. Dia sebenarnya sangat lelah, tapi dia harus membujuk pria itu untuk makan. "Meskipun tidak lapar, kau harus tetap makan." Setelah mengatakan itu, dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Christian Li. "Aku ambilkan makanan lain."Christian hanya memandang kepergian Aileen yang membawa kembali makanan yang dia bawa Bibi Nian pukul 7 malam tadi. Di dapur lantai 2, Aileen mengambil
Tautan di dahi Christian semakin dalam. "Siapa yang sedang kau bicarakan?"'Jangan pernah membahas mantan tunangan Christian lagi jika tidak ingin dia marah.'Begitulah pesan Nyonya Caisa ketika Aileen menanyakan tentang tunangan Christian yang pernah dibahas oleh Ava beberapa hari yang lalu."Kenapa diam?"Setelah mendengar pertanyaan Christian Li, kesadaran Aileen pun seketika kembali."Maaf, tiba-tiba saja aku terpikir keluargaku."Mata Christian memicing dengan tatapan menyelidik. "Kau belum menjawab pertanyaanku."Aileen meneliti wajah Christian Li selama beberapa detik, lalu berkata, "Bagaimana aku bisa pergi, sementara kau di sini. Kau suamiku, mana mungkin aku meninggalkanmu." "Bukan itu yang aku tanyakan." Sorot mata Christian yang tajam, membuat Aileen menjadi salah tingkah.Saat Aileen akan membuka mulutnya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Ketegangan yang sempat melanda keduanya pun tiba-
"Buka bajumu," pinta Aileen setelah dia berada tepat di depan Christian Li yang baru saja selesai mandi. "Aku bantu oleskan obat di tubuhmu.""Tidak perlu," tolak Christian dengan wajah datarnya.Aileen yang baru saja akan duduk di samping Christian seketika menghentikan gerakannya. "Jangan membantah. Jika tidak diobati dengan benar, nanti akan meninggalkan bekas." Tanpa menunggu persetujuan suaminya, Aileen membuka baju Christian, hingga tubuh atasnya terekspos. Aileen sempat tertegun sejenak ketika melihat otot perut suaminya yang terbentuk dengan sempurna. Wajahnya tiba-tiba saja memerah ketika pikiran sesuatu melintas di benaknya."Apa yang kau lihat?"Ditanya seperti itu oleh Christian, wajah Aileen semakin memerah. Dia buru-buru meminta maaf dan segera mengoleskan obat di lengan dan tubuh suaminya tanpa bicara apa pun."Tuan Muda Li, bisakah aku minta tolong padamu?" tanya Aileen setelah dia selesai mengoleskan obat di tub
“Arthur, mari bercerai.”Arthur seketika membeku ketika mendengar itu. “Cerai?”Calina mengangguk. “Tiffany sudah kembali, kau juga sudah sembuh, sudah saatnya aku mundur.” Meski hatinya saat ini sangat hancur, tapi Calina berusaha keras untuk tetap bersikap tenang di depan pria yang kini sudah sepenuhnya mengisi hatinya.Ya, Calina sudah jatuh cinta pada pria yang dia nikahi berapa tahun lalu. Meski, di awal dia tidak memiliki perasaan apa pun, tapi nyatanya cinta perlahan tumbuh seiring kebersamaan mereka selama bertahun-tahun.“Apa Tiffany mendatangimu?”“Tidak," jawab Calina.“Lalu, kenapa tiba-tiba ingin bercerai?”Calina mengepalkan tangan dengan kuat demi menahan agar air matanya tidak keluar. “Aku tahu kau masih mencintai Tiffany. Aku tidak ingin menjadi penghalang cinta kalian.”Arthur tampak terdiam. Namun, tatapan masih tertuju pada iris Calina. “Selain Tiffany, apa ada alasan lain yang melatarbelakangi kau ingin bercerai denganku?”"Maksudmu?""Apa kau sudah menemukan peng
Belum sempat mobil terparkir dengan benar, Jayden sudah keluar dengan langkah terburu-buru dengan ekspresi suram.“Bu, di mana Ayah?” tanya Jayden pada Aileen yang sedang duduk di ruangan keluarga dengan Alicia dan Steven“Ada di ruangan kerjanya, ada ...”Belum selesai Aileen bicara, Jayden sudah berjalan menuju ruangan kerja sang ayah yang berada di lantai bawah. Tanpa mengetuk, dia langsung membuka pintu dengan kasar, membuat Christian dan Ken yang berada di dalam ruangan itu terkejut dan menoleh bersamaan.“Jayden, apa kau sudah lupa cara mengetuk pintu? Di mana sopan santunmu?” tegur Christian.Jayden yang sudah terlanjur emosi, mengabaikan teguran sang ayah dan bertanya dengan marah, “Kenapa ayah menggusur pekampungan itu?'Christian mengerutkan kening sebentar, kemudian bertanya, "Perkampungan apa?""Jangan pura-pura tidak tahu," jawab Jayden, "Perkampungan yang berada di selatan kota, itu tanah milik Li's Corp, kan?"Sebelum menjawab pertanyaan sang putra, Christian meminta Ke
“Kakak, kau datang lagi?”Gadis kecil penjual kue itu langsung berlari ketika melihat Jayden sedang berjalan ke arah minimarket.“Hhmm,” gumam Jayden Li seraya mengangguk ringan. Seperti biasa, dia hanya menampilkan ekspresi biasa ketika berbicara dengan siapa pun.Berbeda sekali dengan gadis kecil yang berada di hadapannya itu, matanya tampak berbinar dan senyuman sangat lebar ketika menyambut kedatangannya.“Kak, maaf, kueku hari ini sudah habis. Tadi ada Paman baik hati yang membeli semua kueku,” ujarnya dengan wajah riang. Senyuman begitu polos, membuat siapa pun yang melihat akan merasa gemas.“Lihatlah. Sudah tidak tersisa.” Dengan antuasias gadis kecil itu menunjukkan wajah kue yang biasa gunakan untuk meletakkan kue kukusnya.Jayden melirik sejenak, sebelum akhirnya kembali menatap gadis di depannya. “Aku ke sini untuk membeli sesuatu di dalam,” jawabnya datar.Gadis itu mengangguk tanda mengerti. “Oh, seperti itu.”Dia pikir Jayden datang untuk membeli kuenya, karena biasanya
"Sudahlah. Untuk apa juga aku perhitungan dengan anak kecil sepertimu."Daniel berlalu dari sana dan mendekati gadis kecil yang tampak sedang menunduk. Sebelum memeriksa gadis kecil itu, Daniel memanggil salah satu perawat yang ada di sana untuk mendekat.Jayden Li yang semula duduk dengan acuh tak acuh, akhirnya mendekat ketika melihat Daniel mulai mengobati gadis kecil itu.Ketika Daniel sedang membersihkan luka di bibir gadis itu, tampak dia mengigit bibir bawahnya seraya mengerutkan wajah.“Sakit?” Jayden Li yang sejak tadi hanya diam, akhirnya bertanya pada gadis kecil itu.“Tidak, Kak.”Melihat senyuman gadis itu yang begitu lebar, entah mengapa justru membuat sudut hati Jayden terasa sakit.Kenapa gadis di depannya tidak menangis dan justru tersenyum? Sudah jelas itu sakit, tapi gadis di depannya tidak mengeluh sedikit pun.Jika itu terjadi pada adiknya, bisa dipastikan akan terjadi kehebohan di rumah sakit itu. Adiknya pernah tidak sengaja terjatuh dan itu membuat kehebohan di
“Bangunlah.”Gadis kecil yang semula masih meringkuk, perlahan bangkit dibantu oleh Jayden Li usai ketiga preman itu dibuat tumbang dan babak belur.“Apa kau tidak apa-apa?”Gadis itu mengangkat kepala setelah membersihkan bajunya yang kotor. “Aku tidak apa-apa, Kakak. Terima kasih sudah menolongku.”Melihat gadis itu tersenyum lebar dengan wajah polosnya, Jayden seketika tertegun. Dia menatap gadis di depan dengan alis yang hampir menyatu.Dia tersenyum?Setelah diinjak-injak dan dibuat terluka, dia masih bisa tersenyum selebar itu.Bagaimana bisa? Padahal, di wajahnya terdapat beberapa luka memar dan di bagian bibir bawahnya tampak mengeluarkan cairan merah. Sepertinya ada luka robek di bagian bibirnya. Tidak hanya itu, di bagian pelipis gadis kecil itu pun terdapat luka berupa garis memanjang yang juga mengeluarkan sedikit darah.Dengan umur seusainya, sangat wajar jika dia menangis histeris, tapi gadis kecil di depannya itu justru tersenyum. Jangankan menangis, mengeluh sakit pun
“Tuan Muda, silahkan.” Pengawal pribadi Jayden Li membuka pintu belakang setelah melihat anak bosnya keluar dari tempat latihan bela diri.Jayden mengangguk dengan wajah datar, kemudian memasuki mobil dan duduk di kursi belakang.“Paman Rai, berhenti di depan. Aku ingin membeli sesuatu.”Rai, asisten pribadi Jayden yang sedang mengemudi mengangguk, kemudian menepikan mobil mereka di minimarket yang berada di sebelah kanan jalan. Mobil yang hitam yang sejak tadi mengikuti mobil Jayden Li ikut berhenti di belakangnya. Mobil sedan hitam itu berisi 4 orang pengawal berbadan tegap yang secara khusus ditugaskan untuk mengikuti Jayden Li ke mana pun dia pergi.“Paman Rai, kau di sini saja, aku hanya sebentar," ucap Jayden setelah tiba di depan pintu minimarket.“Tapi, ....” Rai ingin menolak, tapi Jayden kembali angkat bicara, “Tidak sampai 5 menit, aku sudah keluar. Jadi, Paman tunggu di sini saja.”Jayden membalik tubuh, kemudian meraih pintu dan masuk ke dalam. Tidak jauh dari minimarket
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau juga akan tahu,” Itu adalah jawaban yang paling aman agar Steven t
“Kalau begitu, bagaimana kami bisa masuk ke perut Ibu?"Qarina menahan tawanya, semetara Christian dan Aileen saling melirik dengan ekspresi bingung.“Kalau untuk itu, silahkan tanyakan pada Ayah." Karena dia sendiri bingung, bagaimana harus menjelaskan pada Steven agar dia bisa mengerti.“Ayah, katakan padaku, bagaimana bisa kami masuk ke perut Ibu?”Christian yang ditanya seperti tampak berpikir keras. Cukup lama dia terdiam sampai akhirnya dia membuka suara, “Karena Ayah rajin menyuntikkan vitamin pada Ibu.”Steven menggaruk kepalanya karena tidak mengerti dengan penjelasan sang ayah. “Jadi, Ayah seperti Paman Daniel yang suka menyuntik orang sakit?”Karena merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, Christian menjadi bingung sendiri harus bagaimana menjelaskan pada sang putra agar dia mengerti dan tidak bertanya lagi.“Tidak sama. Kau masih kecil, Ayah jelaskan pun kau tidak akan mengeti. Tunggu kau besar, nanti kau j
"Kenapa baru pulang?" Aileen menghampiri Christian yang baru saja memasuki kamar. "Alicia sejak tadi menangis mencarimu."Sejak dua hari yang lalu, Christian berada di luar untuk meninjau anak perusahaan mereka yang berada di kota sebelah."Maaf, Sayang. Pesawatku delay."Seharian ini, dia memang tidak sempat menghubungi Aileen. Biasanya, dia menyempatkan waktu untuk melakukan panggilan vidio agar bisa berbicara dengan sang putri yang memang sejak dulu sangat dekat dengannya.Alicia memang lebih dekat dengan Christian dibandingkan dengan Aileen. Itu karena Christian sangat menyayangi Alicia dan selalu memanjakannya, hingga terkadang membuat Steven menjadi iri."Dia sudah tidur?" tanya Christian seraya membuka kancing kemejanya."Sudah. Dia menangis selama 1 jam dan tidak mau berhenti meski aku sudah membujuknya berkali-kali. Dia marah karena tidak bisa bicara denganmu.""Kalau begitu, aku akan melihatnya setelah mandi.""Apa kau ingin berendam?" Karena Christian baru saja melakukan pe