Sejujurnya, Aileen tidak mengerti dengan jalan pikiran ayahnya. Mengapa dia justru mendukung dan membela ibu tiri Christian Li. Padahal, dia tahu dengan jelas, apa tujuan utama Nyonya Caisa membawanya masuk ke keluarga Li.
"Aileen, ayah tidak bisa menjelaskan padamu sekarang, tapi ayah harap kau bisa bertahan di keluarga Li. Apa pun yang terjadi nanti, jangan pernah tinggalkan Christian Li."Itu adalah pesan ayahnya sebelum dia keluar dari ruangan ayahnya. Aileen tidak menanggapi permintaan Tuan Jonas dan memilih segera pergi dari sana. Dia tahu, ayahnya berpesan seperti itu karena takut kehilangan sumber uangnya.Setibanya di loby rumah sakit, Aileen melihat begitu banyak wartawan yang menunggu di depan pintu utama. Bahkan petugas rumah sakit kewalahan mengusir mereka. Karena tidak bisa melewati pintu utama, Aileen akhirnya memilih jalan lain. Dia harus segera pergi ke kantor sebelum terjun ke lapangan mencari berita yang ditugaskan oleh atasannya.Saat Aileen memasuki kamarnya, dia melihat Christian Li belum tertidur. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Biasanya, pria itu sudah terlelap di jam itu. Sambil melepas tasnya, Aileen melanglah menuju sofa panjang yang biasa dia pakai untuk tidur."Kenapa belum makan?" tanya Aileen ketika melihat nampan yang berisi makanan di atas nakas nampak belum tersentuh. "Apa masakanku tidak enak?"Mendengar pertanyaan Aileen, Christian yang sejak tadi sedang menonton televisi seketika menoleh pada Aileen yang sedang duduk di sofa sambil memijat betisnya. "Tidak lapar."Aileen menghela napas panjang. Dia sebenarnya sangat lelah, tapi dia harus membujuk pria itu untuk makan. "Meskipun tidak lapar, kau harus tetap makan." Setelah mengatakan itu, dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Christian Li. "Aku ambilkan makanan lain."Christian hanya memandang kepergian Aileen yang membawa kembali makanan yang dia bawa Bibi Nian pukul 7 malam tadi. Di dapur lantai 2, Aileen mengambil
Tautan di dahi Christian semakin dalam. "Siapa yang sedang kau bicarakan?"'Jangan pernah membahas mantan tunangan Christian lagi jika tidak ingin dia marah.'Begitulah pesan Nyonya Caisa ketika Aileen menanyakan tentang tunangan Christian yang pernah dibahas oleh Ava beberapa hari yang lalu."Kenapa diam?"Setelah mendengar pertanyaan Christian Li, kesadaran Aileen pun seketika kembali."Maaf, tiba-tiba saja aku terpikir keluargaku."Mata Christian memicing dengan tatapan menyelidik. "Kau belum menjawab pertanyaanku."Aileen meneliti wajah Christian Li selama beberapa detik, lalu berkata, "Bagaimana aku bisa pergi, sementara kau di sini. Kau suamiku, mana mungkin aku meninggalkanmu." "Bukan itu yang aku tanyakan." Sorot mata Christian yang tajam, membuat Aileen menjadi salah tingkah.Saat Aileen akan membuka mulutnya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Ketegangan yang sempat melanda keduanya pun tiba-
"Buka bajumu," pinta Aileen setelah dia berada tepat di depan Christian Li yang baru saja selesai mandi. "Aku bantu oleskan obat di tubuhmu.""Tidak perlu," tolak Christian dengan wajah datarnya.Aileen yang baru saja akan duduk di samping Christian seketika menghentikan gerakannya. "Jangan membantah. Jika tidak diobati dengan benar, nanti akan meninggalkan bekas." Tanpa menunggu persetujuan suaminya, Aileen membuka baju Christian, hingga tubuh atasnya terekspos. Aileen sempat tertegun sejenak ketika melihat otot perut suaminya yang terbentuk dengan sempurna. Wajahnya tiba-tiba saja memerah ketika pikiran sesuatu melintas di benaknya."Apa yang kau lihat?"Ditanya seperti itu oleh Christian, wajah Aileen semakin memerah. Dia buru-buru meminta maaf dan segera mengoleskan obat di lengan dan tubuh suaminya tanpa bicara apa pun."Tuan Muda Li, bisakah aku minta tolong padamu?" tanya Aileen setelah dia selesai mengoleskan obat di tub
"Kau mengancamku?"“Aku hanya memperingatkanmu. Hal yang tidak ada kaitannya denganmu, tidak perlu kau urusi. Aku membayarmu untuk mengambil alih semua milik Christian Li, bukan untuk menyelidikiku dan keluarga Li." Ekspresi wajah Nyonya Caisa nampak begitu suram. "Untuk masalah kaki Christian, biar aku yang mengurusnya. Kau tidak perlu repot mengurusi hal itu.”Semakin Nyonya Caisa melarangnya untuk mengetahui yang terjadi di kediaman keluarga Li, semakin dia ingin mencari tahu hal itu. Apalagi, sejak awal sikapnya sangat mencurigakan. Dia menduga kalau Nyonya Caisa ada hubungannya dengan apa yang terjadi pada Christian akhir-akhir ini.“Sepertinya, Nyonya tidak ingin Christian sembuh. Apa takut kejahatan Nyonya akan terbongkar?” Sudut bibir kiri Aileen nampak tertarik ke atas, membentuk senyuman sinis. Semakin lama, dia semakin curiga dengan sikap Nyonya Caisa yang seperti sedang berusaha menyembunyikan sesuatu darinya.“Aileen, jangan
“Bagaimana keadaan Christian?” tanya Nyonya Casia setelah melihat dokter keluar dari kamar anak tirinya. Sejak tadi, Nyonya Fawlina, Nyonya Casia dan Aileen menunggu di depan kamar saat dokter sedang menangani Christian Li. Setelah mendengar tentang apa yang terjadi dengan Christian, Nyonya Fawlina segera naik ke atas untuk melelihat langsung kondisi keponakannya. Mereka betiga menunggu di depan kamar sesuai instruksi dokter.“Apa yang sebenarnya terjadi dengannya??” tanya Nyonya Caisa lagi dengan raut wajah cemas, sebelum dokter sempat menjawab pertanyaan yang tadi.“Tuan Muda mengalami anafilaksis. Saya sudah memberikan suntikan epinephirine, jadi Nyonya tidak perlu khawatir” jawab Dokter Jayadi yang biasa menangani Christian. “Saya akan mengirim perawat nanti untuk mengawasi kondisi Tuan Muda.”Syok anafilaktik bisa dipicu oleh berbagai macam alergen, salah satunya alergi terhadap makanan laut. Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas atau reaksi alergi yang parah.
Aileen terlihat tercengang, tidak menyangka kalau Christian bisa menebak secara benar penyebab wajahnya yang memerah.“Ini … aku tidak sengaja menabrak tembok tadi. Aku sangat panik melihatmu, jadi aku tidak melihat jalan di depan, hingga pipiku terbentur tembok di dekat tangga.”Aileen segera memalingkan wajahnya karena merasa tidak nyaman terus dipandangi oleh Christian Li.“Kau pikir, statusmu itu hanya pajangan semata?”Perkataan Christian membuat Aileen mengernyit. Dia tidak mengerti maksud dari perkataan pria dingin di depannya. Namun, dia terlalu takut untuk bertanya. Takur pria di depannya itu semakin marah padanya.“Waktu itu, kau sangat membanggakan statusmu sebagai Nyonya Muda Li, lalu kenapa sekarang kau membiarkan orang lain menindasmu?”Tentu saja Christian tidak percaya begitu saja dengan penjelasan Aileen tadi. Dia tidak bodoh, dia tahu kalau itu adalah bekas tamparan. “Tidak ada yang menindasku. Aku memang pantas mendapatkannya.”Bagaimanapun, itu kesalahannya. Wajar
"Nyonya Muda, jangan menyalahkan dirimu. Tuan muda pasti mengerti. Aku juga salah. Seharusnya, aku memberitahumu sejak awal," ucap Bibi Nian dengan raut wajah bersalah.Keduanya sedang berada di dapur bawah. Aileen sengaja menemui Bibi Nian untuk bertanya padanya mengenai makan apa saja yang tidak boleh dikonsumi oleh suaminya. Dia ingin mencatatnya secara detail agar kejadian tadi tidak terulang lagi."Tidak apa-apa Bibi Nian. Seharusnya aku bertanya padamu," kata Aileen. "Besok pagi, tolong bawakan bahan makan yang sudah aku beritahu tadi."Selesai berbicara dengan Bibi Nian, Aileen kembali naik ke atas. Dia melihat Christian Li sudah tertidur. Aileen berjalan menuju ranjang lalu duduk di tepi tempat tidur. Dia menghela napas setelah memperhatikan wajah Christian yang nampak memerah.Tidak hanya di wajahnya, tapi di sekujur tubuhnya dipenuhi ruam merah yang Alieen yakini pasti menimbulkan rasa gatal yang luar biasa. Meskipun Christian tidak mengatakan apa pun, dia tahu kalau pria it
"Apa kau sakit?" tanya Christian Li sembari menatap Aileen sedang mengoleskan kirim kulit di dadanya.Krim yang dioleskan Aileen di tubuh Christian itu untuk meredakan rasa gatal dan kemerahan akibat alergi."Ti-tidak," jawab Aileen tanpa berani menatap Christian. Sejak tadi, pria itu terus menatapnya, membuatnya jadi gugup, apalagi posisi keduanya sangat dekat. "Lalu kenapa sejak tadi wajahmu memerah dan tanganmu terus gemetar?"Tidak hanya itu, Christian bisa merasakan jemari kurus Aileen terasa sangat dingin ketika bersentuhan dengan kulitnya."Itu karena ..." Itu karena dia merasa malu ketika mengingat kejadian di kamar mandi tadi. Tubuhnya hampir polos dan Christian Li terus memandanginya tanpa berkedip, membuatnya menjadi malu. Apalagi, dia harus menggosok seluruh tubuh Christian Li menggunakan tangannya tadi dengan posisi saling berhadapan."Karena apa?" tanya Christian lagi karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Aileen."Aku sedikit tidak enak badan." Terpaksa dia be
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J