"Kau bertanya seperti itu, ingin menghinaku ketidakberdayaanku?"
'Kenapa dia selalu berpikir buruk tentangku?'"Tidak ... sama sekali tidak," potong Aileen seraya menggelengkan kepalanya dengan kuat, tidak mau kalau Christian salam paham padanya. "Maksudku adalah apa kau sudah memeriksakan kakimu ke Dokter ahli? Apa benar-benar tidak bisa sembuh dan berjalan normal lagi?"Christian perlahan bangun dari tidurnya, menegakkan punggung, lalu menatap Aileen dengan dingin. "Kau pikir, aku ingin menjadi pria lumpuh selamanya?"Salah lagi. Sebenarnya ada apa dengannya? Kenapa dia sensitif sekali?"Bukan seperti itu." Melihat Christian masih salah paham padanya, Aileen kembali memperjelas maksudnya. "Maksudku adalah apa kau sudah mencoba mendatangi banyak Dokter ahli dan bertanya mengenai kakimu? Mungkin saja ada Dokter ahli yang bisa menyembuhkan kakimu dan kau bisa berjalan normal lagi."Christian nampak meneliti wajah Aileen dengan sek“Cathleen, kau di mana? Aku ingin berbicara denganmu mengenai Jackson Martin,” ucap Aileen setelah telponnya diangkat oleh saudara tirinya.Hening sesaat, kemudian Aileen berkata, “Baiklah. Aku akan segera ke sana.”Selesai menelpon Cathleen, Aileen membereskan meja kerjanya, meraih tas, lalu berjalan keluar dari ruangannya. Dia akan pergi ke tempat Cathleen berada. Butuh waktu satu jam untuk sampai di tempat tujuan. Dia terpaksa mendatangi Cathleen di lokasi syutingnya karena Cathleen yang menyuruhnya datang. Setelah menghubungi Cathleen, Aileen menunggu di dekat pintu masuk restoran. Lokasi syuting kali ini dilakukan di sebuah restoran bergaya Tiongkok.“Ikut aku, kita bicara di dalam saja,” ucap Cathleen seraya berjalan memasuki restoran. Keduanya duduk sudut ruangan yang sedikit tertutup. Setelah melepas kaca mata hitamnya, Cathleen menatap Aileen dengan angkuh.“Aku sudah bicara dengan Jackson dan dia bilang akan meluangka
“Ada apa? Kenapa Nyonya membawaku ke sini?” tanya Aileen pada Nyonya Caisa setelah pintu ditutup.“Seberapa dekat kau dengan Arthur?” Pertanyaan yang dilontarkan oleh Nyonya Caisa membuat Aileen merasa heran.“Kami tidak dekat. Memangnya kenapa?”“Jika tidak dekat." Nyonya Caisa melesatkan tatapan menelisik ke arah wajah Aileen, lalu berkata, "Kenapa aku sering melihatmu bersamanya?" Selama seminggu ini, Nyonya Caisa beberapa kali melihat Aileen sedang bersama dengan Arthur, itulah sebabnya dia bertanya pada Aileen malam ini. “Kami tidak sengaja bertemu.”“Benarkah?” tanya Nyonya Caisa dengan mata memicing. Seperti, tidak percaya dengan jawaban Aileen. “Tentu saja benar. Memangnya ada alasan lain untuk aku bertemu dengannya?”Melihat Nyonya Caisa hanya diam, Aileen berkata lagi, “Nyonya Caisa, Arthur dan aku tinggal di rumah yang sama, jadi wajar saja kalau kami tidak sengaja bertemu. Lagi pula, kami hanya me
Tidak ingin berlama-lama di sana, Aileen pun melangkahkan kaki menuju kamarnya. Ketika membuka pintu, kamarnya terlihat gelap, dia meraih ponselnya dan menyalakan lampu ponselnya. Dia sengaja tidak menyalakan lampu kamar karena dia berpikir kalau Christian sedang tidur. Itu adalah kebiasaan Christian, jika sedang tidur. Dia akan mematikan lampu kamar dan hanya akan menyisakan lampu tidur. Namun, ada yang berbeda malam ini, Christian Li tidak menyalakan lampu tidurnya, hingga membuat seluruh kamar menjadi gelap.Ketika Aileen mengarahkan lampu ke arah ranjang, dia melihat Christian sedang berbaring di tempat tidur. Itu artinya dia memang sudah tidur. Namun, karena Qariba mengatakan Christian belum makan sejak siang, Aileen berniat membangunkannya untuk makan malam.Dia pun akhirnya melangkah seraya menyinari jalan di depannya. Ketika dia merunduk ke bawah, dia melihat ada beberapa barang di lantai yang tergeletak, sepertinya sesuatu sudah terjadi tadi.
“Tidak perlu berpura-pura lagi, aku tahu apa tujuanmu menikah denganku.”Selalu saja begitu, Christian selalu menuduhnya yang tidak-tidak. Padahal, jika dia tidak terpaksa, tidak akan pernah setuju memasuki keluarga Li.“Baiklah, kalau kau tidak mau mengatakan padaku, aku akan mencari tahu sendiri nanti.”Aileen berjalan mengambil kotak obat untuk mengobati luka di tangan dan di tubuh Christian, kemudian kembali menghampiri pria itu. “Kemarikan tanganmu,” ucap Aileen seraya mengulurkan tangan ke arahnya.Sebenarnya dia bisa saja langsung meraih tangan suaminya. Namun, dia takut ditepis oleh Christian Li. Itulah sebabnya dia meminta padanya secara langsung. “Christian, sudah kubilang, aku tidak memiliki niat jahat sedikit pun padamu. Aku istrimu, tidak mugkin aku mencelakaimu. Aku hanya ingin mengobatimu.”Dia tahu kalau Christian masih tidak percaya dengannya, dan juga masih mewaspadainya. Jadi, Aileen hanya bisa memaklumi dan b
Misteri mengenai luka di tubuh dan tangan Christian saja belum terjawab, justru dia mendapati fakta suaminya kembali menyerang pelayan hingga melukainya.“Saya juga tidak tahu. Tuan muda memang sering marah tanpa sebab. Saya sudah sering kali mendapatkan perlakukan buruk dari tuan muda sejak saya bekerja di sini. Saya hanya bisa memakluminya, karena saya tahu mental tuan muda memang terganggu.”Wajah Aileen terlihat tidak senang ketika mendengar itu. “Mentalnya terganggu? Maksudmu suamiku gila?”Wajah Zaya memucat, seketika itu juga dia menggeleng untuk menyanggahnya. “Bukan seperti itu, Nona Muda. Saya tidak mungkin berpikir seperti itu. Nyonya Caisa sendiri yang bilang kalau tuan muda mengalami masalah kejiwaan, jadi saya diminta berhati-hati.”Melihat wajah bersalah dari Zaya, Aileen akhirnya hanya bisa menghela napas. Belakangan ini, dia jadi sangat sensitif jika mendengar ada yang menghina Christian? Entah mengapa, dia merasa marah
"Aku tidak mungkin mengusik orang jika dia tidak mengusikku terlebih dahulu."Ucapan Christian semalam, masih terngiang di benak Aileen. Pagi ini, seperti biasa setelah memasak, Aileen membersihkan dirinya sebelum Christian bangun. Di dalam kamar mandi, Aileen sedang melamun sambil memikirkan kejadian yang terjadi semenjak dia tinggal di kediaman keluarga Li. Masih banyak sekali tanda tanya yang belum terpecahkan mengenai yang terjadi di kediaman Li, termasuk luka yang ada di tubuh Christian dan pernyataan berbeda antara Christian dan Zaya. Dia berniat untuk menyelidiki diam-diam untuk mengetahui kebenarannya dan mengungkap siapa yang berniat menyingkirkan Christian.Usai mandi, seperti biasa dia akan mempersiapkan segala kebutuhan Christian Li dan mengurusnya sebelum dia berangkat kerja.“Christian, hari ini mungkin aku akan pulang malam. Aku memiliki pekerjaan penting, jadi aku akan meminta Bibi Nian untuk mengurusmu.”“Tidak perlu repot memikirkanku. Sejak dulu, aku sudah terbiasa
Sejujurnya, Aileen tidak mengerti dengan jalan pikiran ayahnya. Mengapa dia justru mendukung dan membela ibu tiri Christian Li. Padahal, dia tahu dengan jelas, apa tujuan utama Nyonya Caisa membawanya masuk ke keluarga Li."Aileen, ayah tidak bisa menjelaskan padamu sekarang, tapi ayah harap kau bisa bertahan di keluarga Li. Apa pun yang terjadi nanti, jangan pernah tinggalkan Christian Li."Itu adalah pesan ayahnya sebelum dia keluar dari ruangan ayahnya. Aileen tidak menanggapi permintaan Tuan Jonas dan memilih segera pergi dari sana. Dia tahu, ayahnya berpesan seperti itu karena takut kehilangan sumber uangnya.Setibanya di loby rumah sakit, Aileen melihat begitu banyak wartawan yang menunggu di depan pintu utama. Bahkan petugas rumah sakit kewalahan mengusir mereka. Karena tidak bisa melewati pintu utama, Aileen akhirnya memilih jalan lain. Dia harus segera pergi ke kantor sebelum terjun ke lapangan mencari berita yang ditugaskan oleh atasannya.
Saat Aileen memasuki kamarnya, dia melihat Christian Li belum tertidur. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Biasanya, pria itu sudah terlelap di jam itu. Sambil melepas tasnya, Aileen melanglah menuju sofa panjang yang biasa dia pakai untuk tidur."Kenapa belum makan?" tanya Aileen ketika melihat nampan yang berisi makanan di atas nakas nampak belum tersentuh. "Apa masakanku tidak enak?"Mendengar pertanyaan Aileen, Christian yang sejak tadi sedang menonton televisi seketika menoleh pada Aileen yang sedang duduk di sofa sambil memijat betisnya. "Tidak lapar."Aileen menghela napas panjang. Dia sebenarnya sangat lelah, tapi dia harus membujuk pria itu untuk makan. "Meskipun tidak lapar, kau harus tetap makan." Setelah mengatakan itu, dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Christian Li. "Aku ambilkan makanan lain."Christian hanya memandang kepergian Aileen yang membawa kembali makanan yang dia bawa Bibi Nian pukul 7 malam tadi. Di dapur lantai 2, Aileen mengambil
"Ada apa, Sayang?"Christian yang baru saja terbangun dari tidurnya seketika bertanya pada sang istri yang sedang berbaring memunggunginya saat mendengar Aileen merintih sambil memegangi perutnya."Perutku sakit."Christian langsung terbangun dari tidurnya dan menyalakan lampu, tampak wajah Aileen sedang berkerut dan dipenuhi oleh keringat-keringat kecil."Sakit sekali," rintih Aileen lagi sembari meringis."Apa kau sudah mau melahirkan?" tanya Christian dengan panik.Pasalnya, belakang ini Aileen sering mengeluh sakit pada perutnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Aileen baru tahu jika mendekati hari kelahiran, dia akan sering mengalami kontraksi palsu. Itu sebanyanya Christian bertanya seperti itu untuk memastikan apakah sakit perut kali ini akibat dari kontraksi palsu atau karena akan melahirkan."Aku tidak tahu, tapi ini rasanya sakit sekali.""Kita ke rumah sakit sekarang." Dengan hati-hati, Christian membantu Aileen untuk bangun, kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa kau ma
"Sayang, ini terlihat lucu. Pasti akan terlihat cantik saat dikenakan anak kita nanti," ucap Christian sembari menunjukkan baju bayi berwarna pink yang memiliki renda.Ketika melihat itu, Aileen menghela napas dengan wajah frustrasi, "Christian, apa kau lupa kalau anak kita laki-laki? Dia tidak mungkin mengenakan baju seperti itu.""Aku tahu, Sayang. Maksudku, untuk anak perempuan kita selanjutnya. Tidak ada salahnya, kita membelinya sekarang. Kita bisa menyimpannya sampai dia lahir nanti."Aileen yang mendengar itu dibuat tidak bisa berkata-kata lagi oleh Christian. Bagaimana bisa dia membahas adik dari anak pertamanya, sementara anak pertama mereka saja belum lahir.Yang lebih membuatnya tidak habis pikir adalah meskipun mereka memang berencana ingin memiliki anak lagi, tapi bagaimana bisa Christian begitu yakin kalau mereka akan mendapatkan anak perempuan nanti.Bagaimana jika seandainya nanti mereka kembali mendapatkan anak laki-laki dan justru bukan anak perempuan? Mau diapakan b
“Selamat siang, Nyonya Li,” sapa Lea dengan sopan ketika Aileen akan melewati meja kerjanya menuju ruangan Christian Li bersama dengan Ken.“Siang Lea,” jawab Aileeen, dia berhenti sejenak di depan meja kerja sekretaris suaminya dan bertanya, “Apa Christian ada di dalam?”“Ada.”Lean kemudian berjalan mendahului Aileen dan membuka pintu. “Silahkan.”Aileen mengangguk seraya mengucapkan terima kasih. Setelah Aileen memasuki ruangan Christian, Lea kembali ke mejanya. Sementara Ken tetap mengikuti dari belakang hingga Aileen berhenti tepat di sebelah Christian.“Kenapa baru ke sini, Sayang? Aku sudah menunggu sejak tadi,” ucap Christian seraya menarik tangan Aileen dan mendudukkannya di pangkuannya.“Christian, jangan begini, masih ada Ken di sini,” bisik Aileen dengan wajah malu.Setelah itu, Christian beralih menatap asistennya. “Ken, kau boleh pergi. Masalah tadi, kita bicarakan besok lagi.”Masalah yang dimaksud oleh Christian adalah masalah Ava. Rencananya, Ava akan diterbangkan kel
"Kandungannya tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami keram akibat kontraksi palsu." Ucapan dokter seketika membuat Nyonya Caisa dan Qarina menjadi lega. Mereka sudah panik sejak tadi karena takut disalahkan oleh Christian seandainya terjadi apa-apa dengan janin dalam kandungan Aileen. "Qarina, apa sudah ada kabar dari Christian?" tanya Aileen usai berbaring di ranjangnya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter, Aileen dan yang lainnya langsung pulang ke rumah. Karena kondisi Aileen tidak mengkhawatirkan, jadi dokter memperbolehkan untuk pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. "Belum." Melihat wajah cemas Aileen, dia berusaha untuk menenangkannya, "Kak, ingat kata dokter, kau tidak boleh stres, jangan memikirkan hal lain dulu, itu akan berpengaruh pada kehamilanmu." Wajah Aileen masih tampak cemas. "Tapi, aku khawatir dengan Christian, tidak biasanya dia seperti ini." "Kak Christian pasti baik-baik saja. Jika terjadi sesuatu padanya, Ken atau orang yang ada di sana
“Ada apa?” Christian segera membalik tubuhnya usai menerima telpon dari asistennya. “Tidak apa-apa, Sayang. Ken hanya melaporkan mengenai pekerjaan.” Christian berjalan menghampiri Aileen yang sedang duduk di tepi ranjang, kemudian membungkuk di depan istrinya. “Sayang, hari ini aku akan berkunjung ke anak perusahaan yang berada di luar negeri bersama Ken. Ada hal mendesak yang harus aku urus di sana.” Usai mendengar itu, raut wajah Aileen seketika berubah menjadi muram. “Kapan kau kembali?” “Jika tidak bisa selesai besok, aku akan menginap dua hari di sana, tapi jika bisa aku selesaikan segera, aku akan kembali besok.” “Aku ikut.” “Tidak bisa, Sayang. Ini terlalu berisiko untukmu, tunggu saja aku di rumah. Aku usahakan menyelesaikannya pekerjaanku besok agar bisa langsung kembali.” Melihat wajah muram istrinya, Christian berjongkok di depan Aileen, kemudian memegang perut istrinya. “Aku akan melakukan perjalanan melalui udara, Sayang. Kau tidak bisa ikut. Perutmu semakin besar,
“Heemm!”Suara dehaman dari arah pintu menyadarkan keduanya yang sejak tadi saling memandang. Calina langsung menarik diri dan berdiri dengan tegak ketika melihat seorang pria dan wanita memasuki ruanganSementara itu, Arthur juga menoleh ke arah pintu dengan ekspresi biasa. Namun, ketika pandangannya bertemu dengan Tiffany, sorot matanya berubah sendu selama beberapa detik.“Sepertinya, kami datang di waktu yang tidak tepat,” ucap Jackson sambil berjalan mendekati ranjang Arthur. “Maaf, sudah mengganggu keromantisan kalian.”Calina yang sedang berdiri di samping Arthur tampak mengusap lengan kirinya dengan canggung, sementara Arthur tampak acuh tak acuh seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.“Dia perawatku,” ujarnya, menjelaskan agar Jackson dan Tiffany tidak salah paham.“Aku kira kau sudah berpaling ke lain hati.”Candaan Jackson ditanggapi dengan acuh tak acuh oleh Arthur. “Kenapa kau datang ke sini?” Arthur bertanya pada Jackson, tapi pandangannya mengarah pada Tiffany yang se
Gerakan tangan Calina yang baru saja akan mengobati luka di tangan Arthur seketika terhenti saat dia mendengar itu."Kau tenang saja, setelah kematianku, tidak akan ada yang berani menyelidikinya, karena aku sudah membuat surat wasiat."Surat wasiat Arthur berisikan kalau seandainya sesuatu terjadi padanya nanti, dia minta kasus kematiannya tidak perlu diselidiki.Melihat Calina mematung dengan ekspresi heran, Arthur kembali angkat bicara, “Ulurkan tanganmu.”“Untuk apa?”Arthur tidak menjawab dan memberikan kode melalui gerakan tangan kiri agar Calina segera mengulurkan tangan padanya.“Ini racun khusus. Aku meminta orangku untuk membelinya di pasar gelap. Siapa pun yang meminumannya, pasti akan langsung mati.”Jari tangan Calina seketika gemetar. Dia menatap botol transparan yang berukuran sangat kecil yang berada di telapak tangannya dengan mata membola."Kau bisa gunakan itu untuk membunuhku."Apa dia sudah gila? Kenapa dia justru memberikan ide seperti itu? Apa dia sadar kalau ya
Saat sedang termenung di tempat tidur, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Dengan malas, Calina menggeser tubuhnya dan meraih ponselnya yang berada di atas nakas.Ketika melihat Ken yang menelpon, Calina menjadi ragu untuk mengangkatnya. Jika tebakannya benar, maka tujuan Ken menghubunginya, pasti ada hubungannya dengan Arthur.Mungkin pria itu sudah melapor pada Ken tentang kejadian kemarin sehingga asisten Christian itu menghubunginya pagi-pagi.“Calina, kau di mana?”Ditanya seperti itu oleh Ken, Calina menjadi bingung mau menjawab apa. Mungkin dia menanyakan itu karena ingin menyuruh bawahannya untuk menjemputnya. Dia pun menjadi bingung, antara memberitahu Ken atau tidak di mana keberadaannya sekarang.“Kenapa kau belum datang pagi ini? Bukankah sudah kubilang padamu, jam 7 pagi kau harus sudah berada di rumah sakit. Sejak tadi Tuan Arthur sudah menunggumu.”Menungguku? Apa dia ingin membalas dendam padaku karena aku ingin melenyapkannya kemarin? Atau, di sana sudah ada polisi jug
"Selamat tinggal dan maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Calina mengarahkan pisau itu tepat di dada kiri Arthur, kemudian mengayunkan tangannya Ke bawah.Sebelum pisau itu mencapai dada Arthur dan menancap di sana, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditangkap oleh Arthur. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?”Mata Calina membola melihat Arthur sudah membuka mata. Namun, itu hanya sesaat karena detik selanjutnya, mata hitam Calina dipenuhi oleh kilatan kebencian. “Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti aku orang yang akan melenyapkan nyawamu.” Usai mengatakan itu, Calina semakin mendorong tangannya ke bawah. Namun, ditahan sekuat tenaga oleh Arthur.“Apa Christian yang mengirimmu ke sini?”Calina seketika menghentikan gerakan tangannya. “Jangan sembarangan memfitnah orang. Dia adalah penyelamat keluargaku, sementara kau yang sudah menghancurkan keluargaku.”Kedua alis Arthur saling bertautan. Dia menatap gadis yang dia perkirakan usianya sama dengan Ava dengan tatapan heran. “J