+6285xxx
Key,
Malam ini aku lembur,
jadi pulangnya agak malaman,
mungkin nanti juga pulangnya
ke rumah bunda.
Kamu masih di rumah mama kan?
Meski belum dikasih nama, tapi aku tau siapa yang chat itu. Sengaja aku abaikan, karena menurutku itu nggak penting. Mau lembur ya lembur aja kali, ngapain pake ijin segala, kek aku orang tuanya aja.
🍎🍎🍎🍇🍇🍇🍏🍏🍏🍓🍓🍓🍊🍊🍊
Pagi ini seusai sarapan, papa memutuskan supaya kita semua datang ke rumahnya Rey, eh maksudku rumah orang tuanya di depan sana. Katanya semua ini harus segera diselesaikan.
Awalnya aku menolak, karena kurasa nggak ada yang harus diselesaikan, toh masalah utama yang bikin aku nggak betah di rumah gedong itu adalah omanya Rey, yang selalu bikin naik darah.
Mama juga kelihatannya ogah-ogahan, malah nyuruh papa buat b
"Bagaimana, Pa?" tanya Rey.Plis ... semoga papa nggak setuju sama permintaan konyol Rey."Baik, papa setuju."Apa?Aku nggak salah denger?Aku melotot ke arah Rey yang sedang tersenyum menang.Oke, kalau itu maunya, berarti sama aja mengibarkan bendera perang denganku."Pa, masa gitu sih? Key nggak setuju ya, Key maunya sebulan sekali aja ketemunya," rajukku."Tapi kan suamimu nggak aanggup, Key," ucap papa."Iya, Key, setiap akhir pekan aja dia kurang, apalagi sebulan sekali, bisa frustasi dia nggak dapat jatah," seloroh om Danu diikuti gelak tawanya juga papa."Tapi Key, ng--.""Ssst ... udah nurut aja kenapa sih." Lho kok mama jadi nggak berpihak ke aku lagi sih.Selanjutnya pembicaraan demi pembicaraan kemb
"Key, bangun, Key ... udah subuh nih."Sayup-sayup kudengar suara mama yang setengah berteriak."Key, banguuuun udah subuh."Tok.Tok.Tok.Lah, kok ada suara pintu diketuk segala sih.Perlahan kubuka mata indahku, dan terlihat lah langit-langit kamar."Key ....""Iya, maa ....""Bangun udah subuh, nggak denger tuh udah adzan.""Nanti, maaa ...." Meski baru bangun tidur, tapi suaraku bisa langsung digunakan untuk teriak-teriak, walau sedikit serak."Sekarang! Udah cepet buka pintunya!" Dari suaranya kok mama garang banget sih, pagi-pagi udah marah-marah aja. Emaknya siapa sih.Dengan rasa malas tingkat dewi, akhirnya aku bangkit dari ranjang, lalu berjalan perlahan menuju pintu yang dari t
Dengan tergesa-gesa, aku berjalan memasuki area kampus, takut-takut kalau ada teman-temanku atau salah satu fans-ku yang memergoki kalau aku habis dianter sama mobil pajero.Bisa-bisa seseantero kampus bisa heboh liat aku berangkat pakai mobil mewah yang harganya selangit menurut warga negara kismin kayak aku. Maklum lah, selama ini kan berangkat kampus kalau enggak pake motor bebek kesayangan, ya nebeng motornya si Difi, atau kalau lagi dikasih uang saku lebih, ya naik gojek.Takutnya juga kalau ketahuan dianter mobil bagus, disangka jadi sugar baby, kan parah banget tuh, soalnya di kampus ini ada beberapa cewek yang jadi sugar baby."Key ...," teriak orang di belakangku.Spontan aku noleh dong, suaranya juga kebetulan kayak familiar."Desi, Tita," ucapku setelah mengetahui bahwa dua orang ini yang tadi manggil.Entah dari mana rimbanya dua
Mengantar jemputku ke kampus adalah rutinitas Rey sekarang. Sarapan di rumahku juga udah jadi hobi Rey, katanya sih pengen makan masakannya bini, sebelum berangkat kerja, padahal dia sendiri kerjanya di restoran, yang punya lagi, kenapa nggak makan di sana aja, kan gratis dan udah tentu enak.Dari Senin sampai Jum'at kemarin, memang aku masuk kuliah terus karena jadwal lagi padat. Karena mau ngelak nggak bisa, ya udah aku pasrah kalau harus diantar jemput si manusia batu. Tentunya itu pake syarat dong.Syaratnya dia boleh nganter aku sampai jarak kurang lebih limapuluh puluh meter dari gerbang kampus, begitu pun kalau jemput. Biar lah agak jauhan, dari pada nanti ada yang lihat dan bakal ketahuan tentang statusku saat ini, kan gawat. Bisa di bully nanti. Apalagi kalau ada yang salah paham, beuh ... nanti aku dikatain jadi sugar baby lagi, kan jatuh pamorku.Sekarang hari Sabtu, kebetulan lagi nggak ada jadwal kuliah, jadi bisa santai-santai dan
Hari Minggu ini rencananya aku mau ke salon buat perawatan mumpung lagi banyak duit karena kemarin si manusia batu ngasih kartu Atm begitu aku bilang mau belanja. Setelah aku cek saldonya berapa, seketika mataku kek ada bintang-bintangnya, dadaku pun kembang kempis nggak karuan.Gimana enggak coba, lawong saldonya aja mencapai lima ratus jeti, angka yang fantastis banget bagi kaum pinggiran sepertiku. Pegang uang satu juta aja cuma sekali waktu dikasih papa buat bayar kuliah, lah ini lima ratus jeti cuuuy.Tapi yang bikin aku heran lagi, kenapa Rey dengan suka relanya ngasih kartu debit yang isinya nggak main-main itu. Kenapa dia nggak takut kalau aku habisin uangnya ya? Apa uang segitu nggak ada apa-apanya buat dia?Suara dering ponsel membuyarkan lamunanku tentang duitnya Rey itu. Setelah kulihat, ternyata dia yang telpon. Ada apa sih pagi-pagi gini."Halo," ucapku setelah mengangkat panggilannya dan meletakkan ponsel di dekat
"Yuk berangkat," ucapku menghentikan mama papa juga Rey yang lagi ngobrol-ngobrol.Sekilas kulihat Rey seperti terpana melihatku. Matanya tampak enggan berkedip menatapku."Cantik," lirih Rey yang masih dapat ditangkap telingaku.Eh, aku nggak salah denger kan?===================================Dengan sangat terpaksa, aku berjalan dengan bergelayut di lengan Rey, seperti yang mama bilang. Katanya sih biar tampak mesra dan harmonis. Rupanya mama mau mencoba mengelabuhi publik.Yang bikin aku heran kenapa si manusia batu yang sedang kugandeng ini terus senyum-senyum nggak jelas kayak orang gila sejak di rumah tadi. Entah apa yang dia pikirkan, mungkin seneng kali mau ketemu mantan calon istri. Eh, tapi seharusnya galau dong kalau tau mantan calon istri mau menikah. Apa Rey nggak tau yang jadi istrinya kak Arga itu Berlin? Berjalan di karpet merah sembari memberikan senyuman palsu, karena di sini banyak wa
"Rey, stop! Sampe sini aja.""Sampai depan kampus aja, ini masih lumayan jauh, capek nanti kalau kamu jalan.""Nggak! Sesuai perjanjian kan kamu boleh nganterin aku kuliah tapi nggak sampe depan kampus." Aku mengingatkan."Tapi untuk kali ini enggak. Aku ingin anter kamu sampai depan gerbang kampus," ucapnya yang bikin mood-ku ambyar sepagi ini."Jangan ngaco, deh. Gimana nanti kalau anak-anak pada tau aku dianterin pake mobil sekeren ini, bisa-bisa mereka mengira kalau aku jadi sugar baby," ujarku resah.Rey mengangkat sebelah alisnya. "Ya kamu tinggal bilangan kalau aku suami kamu, apa susahnya sih, mengakui suami sendiri."Huh, ini orang bener-bener nggak tau apa yang aku rasakan."Dih, ogah ya, bisa-bisa reputasiku sebagai primadona kampus bakal hancur lagi, terus para fans-ku berbalik jadi haters. Nggak, aku nggak mau mengorbankan itu semua." Aku menggeleng-gelengkan kepala karena yang tid
"Kita bukan anak kecil yang bisa lo bohongin, Key." Desi menarik napas. "Ini tuh bukan gigitan nyamuk, karena nggak mungkin nyamuk meninggalkan bekas seperti ini. Tapi ini bekas gigitan orang, jadi sekarang lo harus jelasin ke kita udah sejauh mana gaya pacaran lo sama Kak Rey."Aduh, aku harus jawab gimana nih. Jujur aja kalau aku pun sebenarnya nggak tau tentang tanda kemerahan yang ada di leherku ini. Aku lihat tanda ini pas ngaca mau mandi di toilet rumah tadi pagi. Ya, aku nyangkanya ini bekas gigitan nyamuk, atau bekas garukan tanganku sendiri pas waktu tidur, kan lagi nggak inget, bisa jadi kan aku nggak sadar garuk-garuk leher sampai semerah ini, apalagi jari kuku panjang-panjang.Kenapa mereka jadi mikirnya bekas gigitan orang? Aku sih nggak tahu seperti apa bekas gigitan orang, karena aku belum pernah melakukannya. Berapa kali pacaran paling cuma sebatas bergandengan tangan, nggak lebih, dan itu pun sangat jarang dilakukan karena jarang kencan juga.
"Bang, ini dede nangis, tolongin dong ...," teriakku di sela-sela tangisan bayi yang baru saja kulahirkan lima hari yang lalu. Tadi popoknya sudah ku-cek, barangkali dia pipis atau pup, tapi ternyata tidak. Aku susui, tetap saja dia tidak mau, mungkin masih kenyang juga karena sepuluh menit yang lalu baru kususui. Meski sudah kutimang-timang penuh kasih, sudah coba kuhibur dengan berbagai macam cara, termasuk mengajaknya bicara, tetap saja dia asyik menangis. Anehnya, begitu dia diambil alih oleh ayahnya, maka spontan tangisannya mereda. Tapi sekarang ke mana bang Rey? Kok tidak muncul juga? Biasanya sekali panggil, dia langsung menghampiriku. "Baaang," panggilku dengan volume suara yang lebih keras dari yang tadi. Mana bayinya nangisnya tambah kenceng lagi. Sungguh aku jadi pusing. "Apa sih, Key, kok teriak-teriak?" Bukannya bang Rey yang datang, tapi mamaku. Mama memang setiap hari ke sini buat nengokin cucunya ini. "Ini dede nangis, Ma," ucapku sedikit khawatir karena dari tad
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰"Bang, aku pengen seblak, nih," pinta Key padaku dengan nada manjanya yang selalu sukses membuatku tak tega untuk menolaknya. Apalagi sekarang dia tengah mengandung buah cinta kami.Meski usia kandungan Key sudah memasuki bulan ke delapan, tetap saja dia minta yang aneh-aneh dengan alasan nyidam, terlebih saat tengah malam begini."Besok aku beliin ya, sekarang kamu tidur, udah malem ini, kasihan baby kalau diajak begadang," ujarku menolak secara halus permintaan Key sembari mengusap lembut perut yang di dalamnya bersemayam darah dagingku."Ih, nggak mau! Aku maunya sekarang, Bang. Baby pengennya sekarang nih," rajuknya.Aku menghela napas berat. Sebenarnya sudah aku pastikan dia akan memprotes seperti itu, pasalnya buk
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰Tiga bulan setelah kepulangan dari bulan madu, aku belum juga dinyatakan positif hamil. Setiap bulan aku selalu rutin mengecek lewat test peck, berharap ada dua garis di sana, namun sepertinya memang belum rezekiku untuk memiliki momongan.Belum dikasih hamil, ada plus minusnya. Plusnya ya aku bisa fokus untuk mengerjakan skripsi, dan berharap tahun ini bisa lulus. Minusnya kadang aku merasa insecure, takutnya Rey akan berpaling ke lain hati.Beruntungnya aku punya suami seperti Rey. Dia tidak pernah menuntut agar aku cepat hamil. Rey juga selalu membesarkan hatiku jika test pecl yang kugunakan sehabis ngecek, masih bergaris satu.Oh, ya, sekarang aku dan Rey tidak lagi tinggal di apartemen, melainkan di pondok indah mertua, alias rumah o
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰Bau obat-obatan menusuk di indra penciumanku. Tembok serba putih kini menjadi pemandangan.Ya, di sinilah aku sekarang. Di rumah sakit yang ada di Jakarta.Bukan aku atau Rey yang sakit, bukan juga orang tua atau mertuaku, melainkan oma.Oma kritis setelah mengalami kecelakaan saat ikut mobil yang dikendarai oleh Sahila. Menurut penuturan asisten rumah tangga di rumah oma, akhir-akhir ini oma memang sering berpergian dengan Sahila, dalam rangka kerjasama bisnis.Aku dan Rey serta beberapa anggota keluarga besar Rey, turut memenuhi ruang tunggu di depan ruangan tempat oma dirawat.Jika oma kritis, maka lain halnya dengan Sahila. Sahila dinyatakan meninggal dunia tepat setelah dibawa ke rumah sakit.Ada sedikit
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow ' biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕ Happy reading🔰 Setelah kemarin malam aku dan Rey sedikit berdebat tentang tempat di mana kami akan bulan madu, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Bromo di Malang Jawa Timur. Sebenarnya itu sih dapet rekomendasi dari bunda sama mama. Katanya di sana tempatnya indah dan nyaman, juga dingin, jadi pas bagi pasangan yang mau honeymoon. Di sinilah aku dan Rey sekarang, di balkon kamar hotel yang langsung menampakkan pemandangan indah gunung Bromo. Ternyata bener apa kata bunda sama mama, di sini bagus banget. Takjub sudah pasti, apalagi ini pertama kalinya aku ke sini, maklumlah, selama ini aku cuma muter-muter di ibu kota doang, kalau mudik ya paling ke bandung, karena mama sama papa asli orang sana. Destinasi wisata paling jauh yang pernah kukunjungi sebelum ini, ya cuma ke Bali ngikut Rey waktu itu. "Sayang, kamu lagi liatin apa sih? Kok seri
"Key, kamu betah tinggal di sini?" tanya mama sambil mengedarkan pandang, melihat setiap pojokan apartemen yang kuhuni sama Rey. Hari ini mama berkunjung ke sini."Eem, sebenarnya sih belum terlalu betah sih, Ma, tapi dibetah-betahin demi ketentraman hidup plus kelangsungan rumah tangga aku sama Rey, Ma," jawabku sambil membuat minuman untuk mama."Uluh-uluh ... anak mama udah bisa ngomong bijak ternyata." Mama mencubit gemas pipiku. "Ini pasti Rey yang ngajarin. Beruntung mama punya menantu kayak Rey, anak mama yang manja ini, bisa diubah jadi bijaksana."Aku mencebik mendengar ucapan mama. Tadinya aku kira mama beneran mau memuji aku, eh, ternyata malah mau muji menantunya itu."Iya deh, iya, puji terus tuh menantu mama yang baik hati itu," sinisku.Bukannya aku nggak suka kalau mama memuji Rey, tapi rasanya aku tuh cemburu. Sebagai anak kandungnya, bisa dikatakan jarang banget mama memujiku, tapi baru punya mantu be
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'aufa21' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰Setelah tragedi oma yang memaksa Rey untuk menikahi Sahila dan menceraikanku, Rey memutuskan untuk membawaku pergi dari rumah. Maksudnya bukan kabur, karena tentu aja kami pamit sama orang tua kami masing-masing. Rey mengajakku untuk tinggal di apartemen yang dia sewa dari temannya.Awalnya aku menolak, sebab aku nggak mau jauh-jauh dari orang tua, tapi setelah Rey menjelaskan alasan kenapa kami harus tinggal sementara dulu di apartemen, aku pun menurut. Keputusan ini Rey ambil agar oma nggak lagi menyuruh hal-hal yang menjurus untuk memisahkan Rey denganku. Harapan tinggal di apartemen ini untuk menghindari oma, meski kemungkinan oma bisa menemui Rey di restorannya."Bang, kamu yakin kalau oma nggak bakal tau apartemen ini?" tanyaku sambil menyodorka
"Oma mau nyuruh apa lagi sama bang Rey, Bun?"Bunda menghela napas kasar, lalu beralih menatapku sendu. "Bunda sih nggak tahu pastinya, Key, tapi firasat bunda mengatakan kalau oma bakal nyuruh yang aneh-aneh dengan menghadirkan mantan pacar Rey."Duh, duh, duh, tiba-tiba alarm tanda bahaya berbunyi di kepalaku setelah mendengar ucapan bunda barusan.Kalau dipikir-pikir sih, iya, oma bakal nyuruh Rey yang aneh-aneh."Bunda tenang aja, Key yakin kalau bang Rey nggak akan nurutin kemauan oma." Aku menggenggam tangan bunda.Mertuaku ini tersenyum manis padaku, kemudian membalas genggaman tanganku. "Key, janji ya, apapun yang terjadi, kamu jangan tinggalin Rey. Bunda udah terlanjur sayang banget sama kamu, melebihi Rey yang anak kandung bunda sendiri."Hatiku menghangat dengan penuturan bunda. Ternyata mertua baik hati nan idaman kayak bunda ini, nggak cuma ada di film-film sama novel yang biasa aku tonton dan baca. Sosok
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'aufa21' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰Tiba di pelataran rumah bunda, kulihat ada sebuah mobil warna merah yang cukup mewah. Kalau merk-nya sih aku nggak tau, maklumlah warga kismin, mana paham sama merk-merk mobil.Sama denganku, Rey juga kayak bingung liat ada mobil yang terparkir di halaman rumah orang tuanya ini."Mobil siapa, Bang? Ada tamu kah?" tanyaku sambil melirik ke Rey.Suamiku ini mengerutkan dahinya, tanpa dia jawab, aku udah tau kalau dia juga nggak tau siapa pemilik mobil itu."Nggak tau, Key, jarang ada yang bertamu ke sini pake mobil yang warnanya mencolok begitu." Nah, bener kan tebakanku kalau Rey juga nggak tau."Temen kamu mungkin, Bang," kataku menebak, meski sejak menjadi tetangganya, nggak pernah aku liat ada temen-temen Rey main ke ru