Pagi hari Zanira bangun lebih awal daripada Tia. Begitu juga dengan Zafar, dia juga sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantornya.Saat Tia membuka mata, dia sudah tidak melihat siapapun di kamarnya. Zanira yang semalam tidur bersamanya sekarang sudah pergi, wanita itu juga tidak melihat Zafar bersiap-siap di kamarnya.Dengan kepala yang sedikit berat, Tia berniat untuk pergi ke luar kamarnya.Perempuan itu lalu mendengar percakapan antara Zanira dan Zafar yang hendak pergi bekerja."Aku akan mengusahakannya untukmu Zahira. Kau akan mendapatkannya hari ini," ujar Zafar.Tia tidak tahu apa yang Zafar bicarakan pada Zanira."Tapi kak, jangan meminjamnya pada kak Yardan, sebenarnya aku tidak enak dengan itu.""Zaniraa, jangan khawatir. Yardan adalah sahabatku. Kau tidak perlu memikirkan itu. Biaya kuliahmu lebih penting sekarang. Aku akan mengembalikannya setelah mendapatkan gajiku nanti."Rupanya Zafar sedang membicarakan mengenai biaya kuliah Zanira.Tia jadi merasa kasih
"ZAFAAAARR."Tia ketakutan dan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Perempuan itu mulai menangis karena tidak segera mendapatkan jawaban dari suaminya.Dia baru sadar bahwa sejak tadi Zafar tidak ada di kamarnya."Huhuu huuuu."Tia hanya bisa menangis sendiri. Sementara Zafar yang sudah tidur dan menyadari lampunya mati pun langsung terbangun dan ingat pada Tia.Dia lalu buru-buru mencari lilin di rumahnya dan membawanya ke kamar.Laki-laki itu melihat Tia sudah menangis ketakutan dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya."Tiaa," panggil laki-laki itu, dia mencoba mendekatinya.Perempuan itu justru semakin menangis ketakutan dan membuat Zafar bingung."Tia hei, ini aku Tia, jangan takut," ucap Zafar sambil meletakkan lilinnya di meja samping tempat tidur."Aku membawa lilin untukmu, sekarang sudah tidak gelap lagi."Tia mencoba untuk menenangkan dirinya dan memastikan bahwa orang yang berbicara saat ini adalah Zafar dan bukan hantu."Jangan takut, sudah ada lilin di ka
"Iya Zanira, kakakmu itu telah berbohong padamu," ucap Tia.Zafar yang mendengar itu pun terkejut. Dia tidak ingin Tia mengatakan yang sebenarnya juga pada Zanira. "Emm, Zanira kau harus segera pergi ke kampus kan? Ayo cepat bersiap-siap, atau ibu akan memarahimu?"Zafar bermaksud untuk membuat Zanira pergi dan tidak mendengarkan Tia lagi."Iya ini sudah selesai," jawab gadis itu."Jadi kakak, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Zanira pada Tia. Dia ingin mendengar cerita dari versi Tia juga.Zafar benar-benar merasa kesal dengan Zanira dan tidak ingin dia mengetahuinya."Zaniraaa."Saat Tia hendak bicara tiba-tiba Jahama memanggil Zanira dan membuat gadis itu harus fokus pada ibunya. Zafar merasa berterimakasih pada Jahama karena kali ini telah menyelamatkan dirinya."Berhentilah membahas itu Tia, kau tidak perlu mengatakannya pada Zaniraajuga," ujar Zafar pada istrinya saat Zanira sudah pergi."Siapa yang membicarakannya? Apa aku mengatakan semuanya padanya? Lain kali berhentilah
"Aaaww." Tia merintih kesakitan dan takut berada di dapur, dia pun meninggalkan dapur dan menangis ketika melihat tangannya yang terluka karena minyak panas itu."Ya Tuhan apa yang aku lakukan?" tanyanya pada dirinya sendiri.Perempuan itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia hanya merasa ketakutan dan tidak ingin pergi ke dapur lagi. "Aku memang benar tidak berguna, aku hanya tau semua orang melayaniku selama ini tanpa tahu bahwa memasak akan sesulit ini."Tia mengurungkan niatnya untuk memasak dan dia memilih untuk tidak makan hari ini."Aku tidak akan membahayakan diriku sendiri, biarkan saja aku mati kelaparan daripada mati mendadak karena memasak," ucapnya.Cukup lama Tia menangis ketakutan dan meninggalkan dapur dengan kompor yang masih menyala.Tiba-tiba dia mencium bau sesuatu yang gosong. Tia pun membelalakkan mata kaget karena baru teringat dia belum mematikan kompornya.Dia semakin ingin tambah menangis karena tidak tahu harus berbuat apa. Jika dirinya pergi ke dap
"Kenapa kau menyembunyikan hal sebesar ini dariku Tia? Apa yang kau lakukan hingga menyakiti tanganmu sendiri seperti ini?"Zafar benar-benar merasa marah karena Tia tidak memberitahunya, dia benar-benar sangat Khawatir pada perempuan itu. Sekarang Zafar baru mengerti kenapa Tia menolak untuk makan, karena dia tidak bisa makan dengan tangan seperti ini."Apa untungnya kau tetap diam dan tidak memberitahuku? Apa dengan diammu itu akan segera menyembuhkan lukamu ini?" Zafar tetap memarahi Tia karena kekhwatirannya."Sekarang ayo kita pergi ke dokter, aku tidak ingin membiarkanmu seperti ini." "Tidak Zafar tidak masalah. Ini akan sembuh nanti.""Jangan keras kepala Tia. Apa kau pikir aku akan suka dengan penolakanmu ini?" "Tapi ini sudah malam Zafar, kau tidak perlu membawaku ke dokter, kalau kau ingin menolongku, obati saja di rumah, tidak perlu ke dokter.""Tapi aku bukan dokter, bagaimana aku akan melakukannya? Jangan menolakku, sekarang bersiap-siaplah."Tia benar-benar tidak ing
"Ada apa Zafar? Kenapa kau bicara tidak baik pada adikmu?" tanya Jahama penasaran sambil mendekatinya.Zanira merasa kecewa dengan kakaknya dan tidak ingin bicara lagi padanya."Zanira, ada apa? Katakan padaku!""Sebaiknya ibu tanyakan sendiri padanya, kenapa dia memarahiku?"Zanira tidak ingin menceritakannya pada Jahama, dia sudah kecewa dan malas bicara.Gadis itu lalu pergi ke kamarnya dan meninggalkan ibunya yang penasaran."Kenapa Zafar?" Sekarang hanya Zafar harapan Jahama supaya laki-laki itu mau bercerita padanya."Kenapa kau berdebat dengan adikmu?" "Tidak ada ibu, aku hanya bicara padanya."Zafar juga tidak ingin bercerita pada Jahama. Kamal pun tidak terlalu ingin tahu apa masalahnya, karena merasa lelah, dia pun langsung masuk saja.Hanya Jahama yang penasaran dengan apa yang Zafar bahas dengan adiknya."Kau bicara soal apa dengan adikmu itu?""Tidak ada ibu, aku baik-baik saja. Sekarang kau pasti lelah kan? Ayo segera makan dan istirahatlah, ini sudah malam. Aku juga h
"HANYA KARENA PEREMPUAN INI KAU MENYALAHKANKU?"Jahama menarik lengan Tia dan menjauhkannya dari Zafar."SEJAK KAPAN KAU MEMPENGARUHI PUTRAKU UNTUK MEMBENCI DAN MELAWAN IBUNYA SENDIRI TIAA? KATAKAN PADAKU SEJAK KAPAN?""IBU SUDAH IBU, JANGAN BICARA LAGI PADANYA!""Jadi kau sudah berani bicara dengan nada tinggi pada ibumu dan mengatakan kalau ibumu ini salah?""Jadi sejak kemarin kau memarahi adikmu dan sekarang berani juga padaku hanya karena kau membela perempuan ini Zafar? Kau menentang keluargamu sendiri hanya karena wanita ini? Ya Tuhan, apa sekarang putraku tidak akan menghormati ibunya lagi?"Zafar tidak akan membiarkan ibunya berbuat kasar lagi pada Tia karena itulah dia berani membelanya karena menurutnya sudah keterlaluan. "Dengar ibu, aku menyayangimu, tapi saat ini kau salah karena sudah berbicara buruk pada Tia. Mungkin menurut ibu Tia memang salah, tapi tidak sepantasnya ibu memarahinya seperti ini, apalagi berkata buruk padanya. Apa ibu tidak bisa bicara dengan lebih b
"Kalau kau ingin membuatku bahagia maka kau harus segera bisa membuatku bertemu dengan ibuku, meninggalkan rumah ini dan juga dirimu."Itu hanya sebuah kata-kata tapi sakitnya luar biasa. Definisi kebahagiaan bagi Tia yang telah ia ucapkan dengan jelas di depan Zafar saat ini."Aku akan mengusahakannya untukmu Tia, aku tidak akan pernah melupakan itu."Meski perih laki-laki itu tetap tidak ingin menampakkannya pada Tia.Apapun yang menjadi mau Tia akan Zafar usahakan meskipun kemauan itu akan menghancurkan hati Zafar sekalipun.Zafar lalu buru-buru untuk segera berangkat ke kantor dan meninggalkan Tia.Begitu ia ingin keluar dari rumahnya, seperti biasa Jahama akan membawakan bekal untuknya. Walaupun sempat berdebat dengan laki-laki itu karena Zafar membela Tia tapi Jahama tetap menyayanginya."Zafar, tunggu dulu. Ibu belum selesai menyiapkan bekal untukmu," ujar perempuan setengah tua itu menghentikan Zafar."Hari ini kau tidak perlu menyiapkannya untukku ibu aku sudah terlambat."